281. tentang Mateo

1K 62 0
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SADEWA BAYII,"

Teriak Jiskala ketika Sadewa membuka pintu apart Hardin. Bahkan sekarang gadis itu sudah mencubit kedua pipi Sadewa.

"Kak Jiska astaga. Aku bukan bayi,"

Jiskala tertawa melihat respon Dewa lalu menuju dapur untuk menaruh rendang yang Hardin pesan. Ia memisahkan tupperware kuning lalu memberikannya pada Dewa.

"Nih rendang. Janji gue mau bawain lo bekal buat di kereta. Harus dimakan, harus habis, harus pap ke gue kalo tupperware-nya udah kosong gak mau tau. Awas aja gak habis, gue samperin ke kampus lo,"

"Hahaha iya kak Jiska iya. Nanti aku abisin terus pap ke kak Jiska. Ini enak banget kak wanginya," ucap Sadewa sambil mencium aroma rendang dari dalam tupperware.

"Ho jelas. Bunda gue yang masak. Ngomong-ngomong abang lo mana? Gue kangen,"

"Di kamar kak,"

Jiskala langsung mengetuk pintu kamar Hardin. Mendengar jawaban dari Hardin, gadis itu langsung membuka pintu dan terkejut ketika melihat pria itu sudah siap menggunakan celana bahan, tetapi tubuh bagian atasnya tidak memakai apapun.

"Sudah datang dari tadi kamu?" tanya Hardin sambil mencari sesuatu di lemarinya.

"Emm.. barusan. Pak Hardin mau kemana?"

"Mau jadi juri lomba BMC. Menurut kamu saya cocok pakai atasan yang mana?"

Jiskala pun mendekat pada Hardin dan ikut memilih baju yang ada di lemari. Tangannya menarik hanger kemeja bewarna putih.

"Kalo kata saya ini sih pak, tapi gak usah pake dasi sama jas. Biar kesannya santai, tapi tetap formal,"

"Boleh. Tolong pakaikan,"

Jiskala tersenyum lalu dengan telaten memakaikan kemeja putih pada badan besar Hardin. Pria itu hanya tersenyum melihat Jiskala yang serius mengancingkan kemejanya. Tangan Hardin melingkar di pinggang Jiskala kemudian mendekatkan tubuh mungil itu agar menempel di tubuhnya.

"Gini ya. Kancing dua ini jangan ditutup biar gak keliatan cupu-cupu amat. Juga gak boleh buka kancing lagi karena saya gak mau aset saya terlihat sama orang lain,"

Hardin menggangguk sambil menahan tawa karena omelan Jiskala.

"Gak usah ketawa. Dengerin apa kata Jiskala,"

Hardin tersenyum sambil mengangguk kemudian tangannya membawa kedua tangan Jiskala untuk memeluk lehernya. Pria itu kembali memeluk pinggang Jiskala sambil memeluknya posesif.

21 to 28 dosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang