261. Niscala kangen Jiskala

1.1K 70 0
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pak, neng Jiska benturin kepalanya sendiri ke mobil a Niscala pas liat a Niscala di depan gerbang," kata kang Jamal yang mengekor Jiskala yang berlari masuk ke dalam rumah kemudian berteriak histeris menuju kamarnya.

Hardin dan Daris yang sedang berbincang tentang bisnis skincare bahkan terkejut mendengar teriakan Jiskala di tangga. Daris langsung menghampiri kang Jamal, Hardin setelah mendengar pernyataan kang Jamal pun langsung menghampiri Jiskala.

"Niscala masih di depan?" tanya Daris serius.

"Masih di depan pak. Saya bilang jangan masuk melihat neng Jiska teriak gitu,"

Daris menepuk bahu kang Jamal lalu segera menghampiri Niscala yang sedang berdiri melihat bekas benturan kepala Jiskala di kap mobilnya. Niscala ingat dengan jelas bagaimana senyuman Jiskala yang turun dari mobil langsung menghilang ketika melihat dirinya karena ia sengaja membuka kaca mobilnya.

Senyumannya hilang berganti dengan wajah datar kemudian menghampiri cowok itu. Niscala tersenyum melihat Jiskala yang menghampirinya karena ia sangat merindukan adiknya itu. Hingga senyuman Niscala luntur ketika melihat Jiskala mendekat bukan untuk menghampirinya melainkan membenturkan kepalanya sendiri di depan Niscala.

"Kamu ngapain kesini?" tanya Daris tanpa basa-basi.

"Kakak mau ketemu Jiska yah,"

"Kamu tau kan? Jiskala belum sembuh?"

Niscala membuang pandangannya. Ia menarik napasnya.

"Kakak kangen sama Jiska yah. Kakak kangen sama ayah juga,"

"Kamu boleh ketemu ayah kapan saja asal jangan di rumah karena ada Jiskala,"

Niscala melihat mata Daris berkaca-kaca menatapnya, hal itu membuat Niscala bersujud di kaki Daris sambil menangis.

"Ayah, Niscala minta maaf. Semua salah Niscala, Niscala minta maaf,"

Daris mengedarkan pandangannya menahan agar air matanya tidak tumpah. Ia tidak membenci Niscala karena bagaimana pun Niscala anaknya, Daris hanya kecewa. Ayah itu kecewa kepada anak laki-lakinya yang tidak bisa melindungi adik perempuannya padahal ia sudah menitipkannya.

Daris menarik Niscala untuk berdiri. Ia membersihkan pasir di lutut Niscala, lalu merapikan rambutnya. Jari Daris menghapus air mata di pipi Niscala.

"Niscala.. ayah sayang kamu. Ayah gak pernah benci kamu, tapi ayah masih kecewa sama kamu. Kamu sudah dewasa, kamu dibesarkan dengan kemewahan dari bunda kamu. Kamu dikuliahkan di kampus terbaik di dunia. Kamu tampan juga baik. Kamu sempurna Niscala, tapi ayah mohon. Tolong jangan ke rumah lagi, jangan memaksa untuk bertemu Jiskala lagi. Adik kamu ngalamin kejadian yang bikin dia trauma sampai sekarang. Jiskala tidak terkontrol kalau melihat kamu dan bunda kamu. Jadi ayah minta tolong, kalo kamu sayang Jiskala gak usah ketemu dia lagi ya?"

"Cukup Jiskala terluka karena kamu dan bunda kamu di masa lalu. Sekarang Jiskala sama ayah udah bahagia hidup berdua. Jiskala punya temen yang baik dan punya pacar yang pengertian juga. Jadi ayah mohon sekali lagi. Jangan bertemu Jiskala lagi ya?"

Tangisan Niscala pecah membuat Daris memeluk anak sulungnya. Ia ikut menangis, tetapi masih berusaha menenangkan Niscala. Bayangan Jiskala dan Niscala berebut nugget di meja makan sambil bersenda gurau waktu mereka SMA terlintas dibenaknya. Ia menginginkan hidup bersama kedua anaknya tanpa mantan istrinya. Daris sangat menyayangi Jiskala dan Niscala. Namun, ambisi mantan istrinya untuk menjadikan Niscala menjadi anak yang sempurna diantara keluarga besarnya dan teman-temannya membuat keluarganya berantakan. Niscala yang seumur hidupnya menjadi boneka ibunya dan Jiskala yang sampai sekarang masih trauma dengan masa lalunya.

Daris melepas pelukan mereka berdua.

"Niscala.."

Niscala masih menunduk menangis, cowok itu tidak berani menatap ayahnya. Niscala merasa bersalah jika menatap ayahnya.

"Niscala lihat ayah,"

Daris mengelus pelan pipi Niscala membuat cowok itu berani menatap mata ayahnya.

"Jiskala aman sama ayah kamu jangan khawatir. Kamu cuma perlu khawatir sama diri kamu sendiri karena kalau urusannya sama bunda kamu ayah gak bisa bantu. Nanti ayah bakal ngabarin kamu kalau Jiskala udah sembuh. Ayah bakal langsung mempertemukan kamu dan Jiskala jika Jiskala sudah tidak takut lagi melihat kamu ya Niscala,"

Niscala masih menangis. Hatinya hancur mendengar kata "sembuh" dari ayahnya.

Semua bukan keinginannya, malam itu Niscala yang sedang belajar terkejut ketika bundanya memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu lalu mengambil tongkat baseball besi miliknya. Perasaannya tidak enak, untuk itu ia menghentikan bundanya. Namun, bundanya mengancam untuk membunuh ayahnya jika ia menolong Jiskala. Sehingga yang ia bisa lakukan ketika melihat Jiskala dipukuli bundanya hingga sekarat adalah hanya diam lalu langsung pergi ke kamar untuk menangis. Niscala menangis semalaman pada malam itu. Bahkan sampai sekarang Niscala masih sering tidak bisa tidur di malam hari karena bayangan bundanya memukuli Jiskala tepat di depan matanya.

Serta yang membuat ia ingin bunuh diri adalah rasa bersalah menghantuinya setiap malam karena tidak bisa melindungi adiknya.

"Niscala bisa nyetir? Atau kang Jamal mau antar sampe rumah bunda kamu?"

Niscala menghapus air mata di pipinya. Ia menggeleng lalu tersenyum.

"Gak usah yah, Niscala masih bisa nyetir kok. Niscala nitip Jiskala ya yah?"

Daris mengangguk kemudian memeluk Niscala sambil menepuk punggungnya pelan.

"Niscala pamit,"

Daris mengangguk lalu melihat mobil Niscala menjauhi rumahnya. Pria itu langsung ambruk jika kang Jamal tidak menahan tubuhnya.

"Pak Daris tidak apa-apa? Mau saya buatkan teh?"

"Saya tidak apa-apa. Saya hanya cape,"

21 to 28 dosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang