bersabar - lizza.

14 0 0
                                    

Hai, perkenalkan nama ku Aliza Putri Andini, aku adalah seorang gadis yang sudah remaja, aku sekarang sekolah di Sekolah Menengah pertama, aku memiliki banyak teman disana. 

Seperti biasanya aku sekolah setiap hari kecuali hari minggu, aku biasanya bareng temen deket ku yang jumlahnya lebih dari satu. 

Nadia dan Mellin, aku akrab dengan mereka saja. Kami sekelas, selalu dan tidak pernah pisah kelas, aku duduk sebangku dengan Nadia sedangkan Mellin dengan Amel, temannya Mellin tapi aku dengan Amell tidak akrab ya masih malu-malu kambing gitu. 

Kami kemana-mana suka barengan, ke kantin dan sholat pun bareng, mereka adalah teman baik ku.

Aku saat ini ingin berangkat bareng dengan Nadia, oh iya rumah kami tetangga jadi selalu bareng kalau sekolah, kadang sama Mellin juga tapi lebih banyak dengan Nadia. 

"Nadia, ayo berangkat, takut telat" ucapku, Nadia langsung keluar dari rumah dan sudah siap untuk berangkat. 

Kami berangkat sekolah jalan kaki, agar lebih irit ongkos dan juga jarak nya tidak terlalu jauh dari rumah ke sekolah jadi itung-itung olahraga juga. 

Setelah beberapa menit kami pun sampai ke sekolah, mengucap salam lalu duduk di bangku masing-masing, karena guru belum datang jadi kami bisa berbincang terlebih dahulu. 

"Ada tugas gak?" ucapku, menatap Nadia yang terlalu asik menulis, entah apa yang ada dipikirannya. 

"Ada, tugas menghapal perkalian, nanti di tes loh maju satu-satu. " jawab Nadia, aku malah menepuk jidatnya karena kelupaan akan tugas itu.

Memang, biasanya setiap pelajaran matematika dari kelas 7-9 akan diberi tugas untuk menghafal perkalian, dari 1-10 nanti akan di tes maju. 

"Masih belum masuk kan guru nya? Aku mau menghafal soalnya, " tanyaku yang saat itu grusak-grusuk karena takut. 

"Belum kok, hafalin dulu sana. " titah Nadia dan aku pun langsung mengangguk. 

Aku sibuk menghafal karena sebentar lagi guru matematika akan tiba dikelas dan jika tidak bisa aku takut akan di hukum.

Baru saja di bicarakan, beberapa menit guru yang bernama bu Mawar pun datang dan duduk dimeja guru seperti biasa.

"Selamat pagi anak-anak, seperti biasa saya akan menagih hafalan perkalian kalian, sesuai absen ya" ujarnya, semua nya mengangguk saja nurut. 

Dalam hati aku terus mengingat dan menghafal angka-angka perkalian nya, sembari menunggu aku mencoba juga untuk tes sendiri dan berhasil.

Kini giliranku untuk maju kedepan... "Aliza" panggilnya. Aku dengan pedenya maju dan seketika hafalan ku buyar. 

Saat ditengah-tengah aku berfikir keras setelah nya apa yang harus ku ucap, sampai-sampai bu Mawar menunggu lama dan melihatku dengan sinis. Aku hanya bisa menunduk.

"Kamu tidak menghafalnya Za?" tanya nya masih dengan suara lembut. 

Seluruh murid menatapku heran, bahkan sahabatku, Nadia pun seperti menggeleng-geleng kan kepala, karena ia lihat tadi aku menghafalnya.

Aku tidak menjawab, bukan karena tidak mau membuka suara tetapi aku sangat grogi sekali, bu Mawar masih menatapku dengan keadaan sinis. 

"Kamu punya kuping kan Za? Kamu tidak menghafalnya? Saya nanya sama kamu!!" Sekarang dengan suara lantang ia menanyakan seperti itu.

"A-aku, menghafal kok bu. " jawabku dengan sedikit gugup.

"Kenapa berhenti?!" tanya bu Mawar.

Aku masih menunduk karena takut untuk menjawabnya. Sungguh, semua badan ku gugup, tapi ini salah ku juga. 

Perjalanan Menuju DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang