kegagalan itu tidak pernah ada - riska.

38 5 0
                                    

Pagi hari dengan cuaca yang sangat dingin membuat aku malas pergi ke sekolah dan aku teringat jika hari ini ada ulangan harian di kelas. Rasanya malas sekali, tetapi bagaimana lagi jika aku tidak berangkat sekolah aku tidak akan mendapat nilai. Aku bangun dari kasurku lalu menuju kamar mandi setelah selesai, aku berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Sekolah ku sangat dekat dari rumah ku jadi aku sudah terbiasa berjalan kaki menuju sekolah dan aku sangat senang dengan berjalan kaki, aku bisa menatap indahnya langit yang sedang mendung itu. Akhirnya aku telah sampai di sekolah banyak sekali yang menyapa aku, dan aku membalas sapaan mereka juga dan jangan lupakan dengan senyum manis. Aku telah sampai di depan kelasku ternyata masih sangat sepi sekali. Masih ada waktu untuk aku belajar sebelum ulangan dan aku masih bisa fokus karena ruangan kelas masih sepi. Hari ini aku sedang ulangan fisika bisa dibilang aku tidak terlalu pintar dalam fisika. Aku terus mencoba, tetapi hasilnya sama saja aku selalu gagal. Tidak pelajaran fisika saja, tetapi semua mata pelajaran.

  Kelas ku akhirnya ramai, aku berhenti belajar dan teman sebangku ku sudah duduk dengan sangat santai sambil foto-foto. Aku heran kenapa Fresya tidak memanfaatkan waktu dengan baik, ketika aku mengajak Fresya untuk belajar bersama, Fresya hanya berkata, “Aku sudah belajar dari rumah.” Aku yang mendengar Fresya berkata seperti itu, aku hanya bisa diam. Aku juga sudah belajar dari rumah. Namun, aku ingin mengulangnya kembali supaya aku ingat. Bel yang menandakan waktunya masuk kelas itu, berbunyi bertanda jam pertama ulangan fisika akan segera dimulai. Guru fisika membagikan kertas ulangan harian dan  memberi ancaman supaya semua murid tidak ada menyontek. Aku yang melihat kertas ulangan itu, aku kaget kenapa sesusah ini? Padahal semalam dan tadi, aku sudah belajar aku melihat Fresya yang mengerjakan ulangan itu sangat tenang dan sangat cepat. Fresya yang melihat ku belum mengerjakan soal ulangan itu, Fresya menyenggol tangan ku. “ Kamu kenapa, kok belum menjawab soal itu? tanya Fresya. Aku yang mendengar Fresya berkata itu aku hanya diam lalu, mengerjakan soal fisika itu dengan sangat asal. Jam yang sudah mau menunjukkan pukul 09.00 yang tandannya ulangan fisika itu hampir selesai, aku kaget padahal aku baru aja memulainya. Ternyata jamnya sudah mau habis aku terburu-buru mengerjakannya dan aku tidak memikirkan akibat dari terburu-buru itu. Kertas ulangan sudah di kumpulkan dan aku lega sekali. Aku yang melihat Fresya yang santai itu, aku bertanya kepada Fresya. “ Kamu kok, terlihat sangat cepat mengerjakannya? tanya aku. Fresya menjawab “ Ya, karena soal ulangan fisika tadi sangat gampang jadi, aku cepat menjawabnya.” Lagi-lagi aku kaget mendengar jawaban dari Fresya padahal, menurutku soal tadi sangat susah.

  Hari pertama ini memang hanya 1 mapel saja, aku dan Fresya pergi menuju kantin untuk membeli minum dan makanan berat karna tadi pagi, aku tidak sarapan. Aku memesan makanan dan minuman Fresya hanya membeli minuman saja. Kantin setelah jam ulangan selesai itu, kantin sangat ramai dan selalu ramai banyak sekali anak-anak yang belum pulang dari sekolah mereka masih membahas tentang ulangan tadi. Setelah aku kenyang aku langsung membayar pesanan ku lalu aku pulang kerumah, di tengah perjalanan menuju gerbang sekolah luar aku di cegat oleh teman-teman 1 kelasku. Mereka semua menanyakan tentang gimana dengan soal ulangan tadi. Aku yang di tanya seperti itu, aku hanya bisa menjawab bisa padahal ternyata tidak. Teman-teman ku itu mereka semua rata-rata sangat pintar apalagi Fresya. Ada satu orang yang memang sangat iri padaku orang itu adalah Jeje, Jeje adalah murid kesanyangan para guru, pintar, cantik  dan berbakat. Jeje selalu mendapat juara 1 terus menerus, nilainya selalu lebih tinggi daripada ku Jeje mempunyai banyak bakat, Jeje selalu mengikuti olimpiade apapun itu, dan lagi-lagi Jeje selalu menang. Jeje itu sempurna kan? Aku heran apa yang Jeje irikan kepadaku, padahal Jeje jauh lebih sempurna.

   Aku telah sampai di rumah, cuaca ketika aku menuju rumah sangat mendung dan sekarang hujan. Aku berlari menuju kamar dan tidak lupa mengganti baju sekolahku dengan baju rumah. Di rumah aku sendirian, orang tua ku sibuk bekerja dan mereka bisa dibilang jarang pulang kerumah. Aku dirumah selalu merasa kesepian apalagi dengan cuaca hujan seperti ini. Aku melihat ke jendela luar ku, aku menatap gelapnya langit dengan rintik hujan. Waktu menunjukkan jam 19.00 dan besok masih ulangan, aku sama sekali belum belajar walaupun aku belajar, aku juga binggung mau mulai darimana. Bisa dibilang menurutku besok adalah pelajaran tersulit ku yaitu kimia. Ya, mapel kimia aku lemah di mapel tersebut nilai ku selalu kecil. Aku berusaha belajar walaupun tidak mengerti apa yang aku pelajari. Ternyata besok aku akan ulangan dengan dua mapel, aku kira hanya satu ternyata dua, lagi-lagi aku binggung mau memulai darimana. Kejadian seperti itu kadang membuat aku menyesal karena sudah memilih jurusan yang salah. Seharusnya aku tidak mengambil jurusan yang tidak aku mengerti, bagaimana lagi sudah telanjur tidak bisa aku ulang, aku hanya bisa mengikuti alur yang telah aku pilih. Oh ya, bukan aku tapi orang tua ku yang memilih jurusan itu. Aku merasa jurusan yang mereka pilih buat aku sama sekali, aku tidak tertarik. Kadang aku menyesal mengikuti mau mereka, tapi aku bisa apa? aku hanya bisa diam ketika mereka banyak menuntut ku. Ulangan harian saja membuat aku pusing apalagi ujian nanti ya.

Perjalanan Menuju DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang