aku ingin kembali - syarifah.

27 4 0
                                    

"Aku yang salah mengira atau dunia memang sengaja begini?"

Syarifah terus bermonolog sembari menatap hamparan rumput yang luas dari balkon kamarnya di lantai dua. Seharusnya pemandangan tersebut bisa membuat hatinya tenang dan damai. Namun, entah mengapa hatinya tidak bisa ditaklukan oleh pemandangan elok tersebut.

"Teman-temanku sudah sukses. Ada yang sudah bekerja, kuliah, bahkan menikah dan memiliki anak. Sedangkan aku... aku masih terus hidup seperti ini. Kenapa aku tidak sesukses mereka juga?"

Semilir angin menggerakan rambut gadis tersebut hingga menutupi sebagian wajahnya. Kemudian ia berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamar, lalu mengganti pakaiannya. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan keluar sebentar. Toh, tidak akan ada yang melarangnya. Keluarganya sedang pulang kampung dan Syarifah tidak ikut. Karena ia tidak ingin diwawancarai oleh bibi dan tantenya. Pasti mereka akan menanyainya seperti ini, "Udah kerja belum?", "Kok masih nganggur?", "Kenapa nggak kuliah aja?", "Kalo nggak punya pacar, gimana kamu mau nikah?" Dan ujung-ujungnya akan dibanding-bandingkan dengan orang lain di luar sana.

Jujur saja, pertanyaan tersebut mampu membuat kepala gadis yang baru menginjak usia 20 tahun itu meledak. Cukup ibunya saja yang membanding-bandingkan dirinya, bibi dan tantenya tidak perlu.

Sebenarnya, saat ini Syarifah sendiri masih bingung akan masa depannya. Akan seperti apa ia nanti. Memikirkannya saja rumit.

"Argh, lebih baik aku berjalan-jalan ke luar sebentar." Syarifah pun ke luar dari rumah, tak lupa ia mengunci pintunya. Ia khawatir jika rumahnya akan dibawa kabur oleh semut, hahaha.

Keadaan di luar rumah membuatnya sedikit rileks. Panas matahari tidak terlalu menyengat kulit, semilir angin menerpa tubuh kecilnya begitu menyegarkan. Ditambah jalanan yang tidak begitu ramai yang membuatnya dapat menikmati keadaansekitar.

Syarifah merogoh sakunya, ia mendapati uang pecahan sepuluh ribu rupiah. Seketika terbesit di pikirannya bahwa nanti ia akan membelanjakan uangnya di warung.

Saat sampai di warung, ia segera memborong beraneka jajanan di sana dan segera pulang ke rumah. Ia menenteng satu kantong plastik penuh berisi jajanan. Ia berpikir bahwa dengan makan, maka masalahnya akan pergi. Begitulah. Saat perjalanan ke rumah, Syarifah melihat seorang pemulung yang menenteng sebuah karung di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya sibuk mencari sesuatu di tumpukan sampah.

Umurnya mungkin tidak jauh berbeda dengan ayahku, pikir Syarifah sambil terus berjalan.

Melihat raut wajah pemulung yang begitu bersemangat dan tanpa beban, membuat hati Syarifah terenyuh. Bagaimana tidak? Meski pekerjaan tersebut dipandang sebelah mata oleh kebayakan orang, tetapi pemulung itu tetap berusaha.

"Orang itu begitu bersemangat dan terus berusaha. Sedangkan aku... jangan-jangan selama ini aku kurang berusaha," gumam Syarifah masih terus memandangi punggung pemulung yang masih sibuk dengan aktivitasnya.

"Menjadi dewasa tidak seseru yang dipikirkan ketika kecil. Aku kira aku akan menjalani hari-hari dewasaku dengan santai, ternyata semuanya perlu perjuangan dulu. Lagi-lagi ekspetasiku terlalu tinggi," ucap Syarifah sembari menggenggam erat kantong plastik di tangannya.

"Jika Tuhan mengizinkan, aku ingin kembali ke masa kecil dan menikmati hari-hari yang menyenangkan."

Tamat

Perjalanan Menuju DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang