Chapter 1 : The Wedding Day

222 19 2
                                    

Aula Istana Utama, Noord, Nordhalbinsel

Anna tak pernah menyangka ada banyak sekali hal yang dapat terjadi dalam kurun waktu satu tahun. Padahal dulu kehidupan di Istana berlalu tanpa terasa perubahan apa pun. Namun sejak kejadian itu, sejak kematian ayahnya, sejak malam di hari ulang tahunnya yang ke dua puluh tahun, kehidupannya berubah total. Dalam kurun waktu satu tahun itu, banyak yang datang dan pergi dalam hidupnya. Ayah dan Ibunya kini telah meninggal. Alexis, adiknya satu-satunya kini bukan lagi seorang Raja setelah terbukti bahwa mendiang Raja Edward mewariskan Schiereiland pada Anna. Alexis, meski dengan berat hati awalnya, mengakui kebenaran isi surat wasiat itu. Kini Alexis tetap tinggal di Istana Schiereiland sebagai Pangeran Schiereiland. Sedangkan Anna kini telah resmi menjadi Ratu dari Schiereiland dan Nordhalbinsel, telah resmi juga menikah dengan Xavier dan saat ini menunggu kelahiran anak mereka yang mungkin akan lahir dua sampai tiga minggu lagi.

"Aku lelah..." Bisik Anna setelah mereka menyapa beberapa tamu kehormatan yang hadir dalam pesta pernikahan.

"Kalau begitu, ayo kita sudahi acara dan beristirahat."

"Kau bisa tetap di sini."

"Aku tidak bisa tetap di sini sementara istriku kelelahan dan butuh istirahat. Lagi pula mereka akan mengerti. Jadi lebih baik kita—"

"Itu Leon!" potong Anna langsung begitu melihat Leon diiringi pasukannya, pasukan serigala winterthur, berjalan menuju mereka berdua.

Leon tampak rapih dengan pakaian resmi lengkap dengan berbagai pin medali yang menunjukkan pangkatnya sekaligus gelar bangsawannya. Permata berwarna biru es yang menunjukkan simbol keluarga Winterthur disematkan di kerahnya. Rambutnya sudah dipangkas pendek dan terlihat lebih rapih. Orang-orang kini akan lebih mengenalnya sebagai Grand Duke Winterthur daripada Singa dari Selatan. Dia terlihat seperti halnya pria bangsawan utara yang rupawan dan berpenampilan sempurna. Tapi raut wajahnya menampakkan kecemasan alih-alih kebahagiaan di hari yang berbahagia itu.

"Ada yang tidak beres." Kata Xavier saat membaca ekspresi di wajah kakaknya itu.

"Ekspresi itu..."

"Pertanda kabar buruk yang tidak ingin dia sampaikan." Xavier melanjutkan kata-kata Anna.

Begitu Leon sampai di hadapan pasangan Raja dan Ratu itu, dia bersiap untuk membungkuk dan menyampaikan salam hormat, namun Anna buru-buru menghentikannya. "Tidak perlu bersikap formal begitu, Leon. Kau mau menyampaikan sesuatu yang sangat mendesak. Katakan saja. Ada masalah apa kali ini?" Tanya Anna.

Leon tampak ragu mengatakannya. Dia berulang kali melirik ke arah Xavier dan kembali menatap Anna. Lalu menghela nafas berat, "Aku tak bisa mengatakannya di hadapanmu, Yang Mulia." Katanya.

"Katakan saja, Grand Duke. Istriku berhak tahu apa pun yang akan kau sampaikan padaku." Kata Xavier.

"Percaya lah, kau tidak akan suka aku mengatakan ini di hadapannya terlebih di hari berbahagia ini." Kata Leon, kemudian beralih menatap Anna kembali, "Terlebih di hari ulang tahunmu."

"Tapi kau tetap harus mengatakannya." Tuntut Anna.

Leon kembali menghela napas, "Baiklah..." Dia berhenti sejenak. Alisnya bertaut, keningnya berkerut, dan saat itu Anna bersumpah dapat melihat matanya memerah menahan air mata. Apa pun yang akan dikatakan oleh Leon, Anna yakin sekali itu adalah berita buruk, dan kemungkinan besar berita duka. "Montreux dijatuhi bom. Informasi yang kudapat menyatakan bahwa bom itu dijatuhkan dari langit oleh sesuatu yang tampak seperti kapal aneh yang terbuat dari logam dan dapat terbang entah dengan sihir apa. Gerbang pertahanan barat hancur hingga separuh bagian dari Fiore, perbatasan Westeria. Jembatan sungai Forettire juga turut hancur. Dan..." Kali ini Leon menujukan kata-katanya terkhusus untuk Xavier. "Jenderal Arianne Montreux dinyatakan telah tewas setelah informan kami mengatakan mereka hanya menemukan kepala yang sudah hangus dan sebelah tangannya yang memakai gelang simbol keluarga Montreux."

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang