Istana Wisteria, Oeste, Westeria
Saat Anna terbangun esok harinya, hal pertama yang muncul dalam benaknya adalah Alexis.
Dia tidak bisa tidur dengan tenang semalaman karena terus memikirkan Alexis—di mana adiknya dan apakah dia baik-baik saja. Dan meski Xavier tidak datang menemuinya semalam karena urusan di Montreux, Xavier terus meyakinkan Anna melalui saluran mereka bahwa Anna akan menjadi orang pertama yang tahu mengenai kondisi Alexis dari Leon. Anna seharusnya tenang karena perkataan Xavier, tapi Anna tak dapat membohongi dirinya sendiri. Firasatnya mengatakan bahwa Leon akan menyampaikan berita duka padanya.
Anna sudah ditinggal mati ayah dan ibunya. Anna sudah pernah merasakan duka yang mendalam akibat kematian kedua orang tuanya. Berita duka lainnya, jika memang akan datang, seharusnya bisa lebih ditanganinya dengan lapang dada meski tetap sama menyakitkannya. Anna tahu bahwa semua yang hidup kelak akan mati. Tapi kematian orang-orang yang dia sayangi terus terjadi di sekitarnya. Dan dia tak mau membayangkan siapa lagi yang dapat kehilangan nyawanya.
Firasatnya itu dibenarkan ketika Ratu Eugene mendatanginya pagi itu usai sarapan di ruang makan sayap kanan Istana Wisteria yang dia tempati.
"Apa kau sudah selesai sarapan, Ratu Anastasia?" Tanya Eugene yang datang dengan didampingi suaminya, Pangeran Jeffrey. Suaranya begitu tenang sehingga Anna hampir percaya bahwa kedatangan Eugene tidak dimaksudkan untuk apa pun selain untuk menyapanya. Tapi melihat Eugene datang didampingi oleh suaminya, maka Anna yakin sekali bahwa ada sesuatu yang serius yang ingin disampaikannya.
Anna segera berdiri untuk menyapa mereka. "Terima kasih banyak atas sarapan yang luar biasa lezat ini, Ratu Eugene."
Anna kemudian mengamati kegelisahan yang tampak jelas di wajah Sang Ratu Westeria itu. Ratu Eugene menggenggam erat tangan suaminya dan menundukkan pandangannya ke lantai.
"Katakan saja padanya." Pangeran Jeffrey berkata dengan sangat pelan pada Ratu Eugene menggunakan bahwa Westernia. Sang Ratu mengangguk setuju.
"Ratu Anastasia..." Dia memulai, "Ada seorang tamu yang ingin menemuimu jika kau berkenan."
Anna tak perlu menanyakannya. Dia sudah tahu. Tamu yang dimaksud adalah Leon. Sesuai dengan perkataan Xavier, Leon akan mengabarinya terkait kondisi di Schere dan kondisi adiknya. Tapi saat Leon memasuki ruangan itu, saat Anna melihat raut wajahnya serta kantung mata pria itu, serta betapa pucat kulitnya seolah Leon belum tidur sedikit pun sejak kejadian di hari peresmian pernikahan, Anna tahu dia tak bisa mengharapkan kabar baik.
"Yang Mulia..." Leon memulai. Suaranya jauh lebih pelan dan lembut dari biasanya, seolah jika tak begitu, kata-katanya bisa menusuk Anna. "Aku akan mengantarmu ke Schere."
"Alexis?" Tanya Anna. Suaranya bergetar dan rasanya dia tak sanggup tetap berdiri untuk mendengar jawaban dari Leon. "Kau sudah menemukannya? Di mana adikku?"
Leon tampak menahan air matanya. "Yang Mulia Pangeran Alexis telah meninggal dunia."
***
Pemakaman Pangeran Alexis diadakan di Schere. Pagi itu semua bangsawan, baik dari Schiereiland maupun dari Nordhalbinsel datang ke upacara pemakaman mantan Raja Schiereiland itu. Beberapa tamu perwakilan dari Westeria dan Orient pun turut datang—termasuk di antaranya Ratu Eugene, Pangeran Jeffrey dan beberapa Menteri Orient yang pernah bertemu dengan Alexis sewaktu dia masih menjadi Raja. Anna tak dapat mengidentifikasi wajah mereka satu-persatu karena pandangannya buram akibat air matanya yang tak berhenti mengalir. Tapi satu hal yang dia tahu dengan jelas, Xavier tidak datang, bahkan tidak mengucapkan apa pun padanya pagi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower of Eternity
FantasyLanjutan 'Lotus of East Palace' Seri terakhir dari 'The Rose that Blooms in North' "Banyak sekali bunga Wisteria yang bermekaran di Istana ini." "Itulah sebabnya Istana kami disebut Istana Wisteria." "Kudengar orang-orang Westerian dapat mengerti ba...