Chapter 29 : The Eye of The Truth

83 12 0
                                    

Yang Anna lihat siang itu di bola mata Aletheia:

Xavier berhasil menyelinap keluar, melewati para penjaga Istana Utama tanpa diketahui oleh siapa pun. Dia mengenakan tudung jubahnya sehingga tidak ada yang bisa melihat wajahnya. Dia melangkah dengan cepat menuju keramaian pasar pusat kota di Noord dan membayar biaya sewa untuk kuda dan kemudian menggunakan kuda itu untuk pergi ke sebuah kedai yang sangat familier bagi Anna.

Anna mengingat kedai itu. Itu adalah tempat dia biasa menyantap sarapannya bersama Leon dan Louis saat dia pertama kali datang ke Noord untuk mengikuti pemilihan pengawal pribadi Putra Mahkota dahulu kala. Rasanya sudah sangat lama sekali sejak saat itu, padahal hal itu baru terjadi sekitar setahun yang lalu.

Xavier berjalan menuju seorang remaja laki-laki berambut perunggu. Anna mengenali remaja laki-laki itu. Itu adalah Louis. Louis yang kini telah tewas akibat jatuhnya bom di Schere, bersamaan dengan tewasnya Pangeran Alexis.

"Berikan ini pada gadis berambut merah itu dan hanya dia yang boleh membacanya. Mengerti?" Kata Xavier sambil menyelipkan selembar kertas padanya.

Dari Aletha, Anna dapat melihat sorot mata Xavier yang memancarkan kerinduan dan kehangatan saat melihat sosok Anna dari kejauhan yang sedang berbicara dengan Leon saat itu. Tapi Xavier segera menunduk sebelum Louis melihat wajahnya, seolah khawatir Louis mungkin mengenalinya padahal waktu itu Louis sama sekali belum pernah bertemu dengan Xavier.

Louis pun mengangguk dengan kaku karena terlalu terkejut. Dia tidak sempat menanyakan apa pun, dan Xavier sudah lebih dulu pergi dari tempat itu.

Xavier memacu kuda dengan cepat ke tempat penyewaan kuda tadi, kemudian berlari kembali menuju Istana Utama. Dia memasuki kamarnya yang dulu—kamar Putra Mahkota, dan melepaskan pakaiannya untuk menggantinya dengan pakaian resmi.

Anna mengingat pertama kali dia melihat tubuh Xavier dulu saat dia baru menjadi pengawal pribadinya. Tubuh itu seperti pahatan sempurna para dewa, kekar dan atletis namun dipenuhi dengan bekas luka seolah dia sudah lebih sering berada di medan perang dari pada Leon. Padahal Xavier sendiri pernah mengaku padanya bahwa ayahnya melarangnya untuk terjun langsung ke medan perang karena dia adalah pewaris takhta. Bekas luka yang ada di tubuh Xavier dia dapatkan sejak kecil akibat penyiksaan yang dilakukan oleh Selena, dan tidak dapat dihilangkan dengan bantuan penyihir sekalipun. Tapi yang Anna lihat saat itu adalah tubuh Xavier yang bersih tanpa bekas luka.

Bekas luka di tubuh Xavier seharusnya baru hilang seluruhnya setelah ciuman pertama mereka di rumah kaca. Dan itu belum terjadi karena Aletha sedang memperlihatkan waktu di mana Anna belum menjadi pengawal pribadi Xavier.

Sebelum sempat memikirkannya lebih lanjut lagi, gambaran itu berubah kembali dengan cepat. Kali ini Xavier mengenakan jubah bertudung hitam yang sama, dia mengenakan topeng yang menutupi seluruh wajahnya dan hanya menyisakan kemilau emerald matanya. Kemudian dia mengambil emblem singa dari kamarnya dan menyematkannya di jubahnya. Emblem singa itu adalah milik Leon. Saat ini, Leon lah yang menyimpan emblem singa itu.

Xavier kemudian melompat masuk ke dalam labirin es, tepat di hadapan diri Anna yang sedang terluka saat itu. Dia berbalik dan segera mengayunkan pedangnya ke arah salah satu anggota Black Mamba yang menyerang Anna. Pedangnya mengenai jantung dan menjatuhkan anggota Black Mamba itu ke permukaan es yang keras. Dengan gerakan yang sangat cepat, Xavier berbalik dan bersiap melawan dua orang lainnya.

"Kalian mau lari?" kata Xavier pada mereka.

"Le-leon... Hei, itu Leon! Singa dari Selatan!"

Saat itu Anna sudah tahu bahwa pria yang menolongnya di labirin es bukan Leon. Dia sudah terlalu mengenal Leon sehingga meski Xavier menutupi wajahnya dan menyematkan emblem singa di jubahnya, Anna tidak terkecoh saat itu. Terlebih lagi, Anna sangat mengenal suara Leon. Dia bertanya-tanya kenapa saat itu dia tidak langsung menduga bahwa pria yang menolongnya itu adalah Xavier.

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang