Chapter 4 : The Smirnoff

108 15 2
                                    

Reruntuhan Istana Schiereiland, Schere, Schiereiland

Puing-puing reruntuhan Istana terlihat tak asing bagi Leon. Istana ini pernah sekali dihancurkan dan dibakar, setahun yang lalu, saat Raja Vlad membunuh Raja Edward. Saat ini semua dimulai. Namun kini keadaannya jauh lebih mengerikan dari saat itu. Bahkan Leon sendiri sangat yakin takkan ada yang bisa selamat dari tragedi yang terjadi di Istana Schiereiland.

Setelah berjam-jam pencarian bersama para serigala, mereka akhirnya menemukan beberapa potongan tubuh yang diduga milik Alexis karena para serigala mengenalinya dari aromanya. Maka sudah dipastikan Alexis tidak selamat dari tragedi pengeboman tersebut. Leon baru akan memberitahukan berita duka ini pada Anna, tapi malam sudah sangat larut dan jika dia memberitahukannya sekarang maka Anna takkan bisa beristirahat malam ini. Jadi Leon memutuskan akan memberitahunya besok pagi. Leon pun akhirnya pergi ke kediaman Smirnoff yang lumayan jauh dari Schere untuk memberitahu Grand Duchess Smirnoff setelah dia memerintahkan semua serigala kembali ke Nordhalbinsel.

"Oh, lihat siapa yang datang... Singa yang memimpin para Serigala." Constanza menyapanya begitu Leon berada di pintu masuk ruang tamu kediaman Smirnoff. "Ada keperluan apa Grand Duke Winterthur datang kemari selarut ini? Ini hampir tengah malam! Tidakkah kau berpikir bahwa aku ingin menikmati malam ini hanya berdua dengan suamiku setelah seharian ini aku berada di Schere untuk menangani masalah di sana?"

Leon tak menunggu dirinya diizinkan masuk, dia langsung masuk ke dalam. "Pangeran Alexis meninggal dunia." katanya langsung setelah mereka duduk di ruang tamu kediaman Smirnoff.

Constanza tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. "Kau menemukan mayatnya?"

"Jika potongan tangan dan kaki bisa disebut sebagai mayatnya, maka ya, aku telah menemukannya."

"Apa Ratu sudah tahu?" Tanya Constanza.

Leon menggeleng. Dia sendiri masih memikirkan bagaimana cara memberitahukan hal ini pada Anna besok. Anna pasti akan sangat sedih.

"Jangan beritahu dia. Paling tidak tunggu sampai dia melahirkan. Jangan beri kabar buruk apa pun padanya untuk saat ini." Constanza menyarankan.

"Raja memerintahkanku untuk memberitahunya apa pun yang terjadi. Meski sebenarnya aku setuju padamu, tapi Xavier ada benarnya juga. Dia berhak tahu. Alexis adalah satu-satunya keluarga kandungnya. Dia akan sangat marah jika aku tak memberitahu tentang kematian adiknya." Leon kemudian beranjak dari sofa, bersiap untuk pergi. "Besok kumpulkan seluruh bangsawan untuk pemakaman Alexis."

"Kau mau ke mana?"

"Kediaman Winterthur."

"Jangan pergi dulu." Tepat sebelum Leon berteleportasi pulang ke rumahnya, seseorang datang ke ruangan itu. Rambut putihnya tampak berantakan dan dia masih mengenakan kacamatanya dengan membawa gulungan kertas di tangan kanannya dan secangkir kopi di tangan kirinya. "Aku harus bicara denganmu."

"Ludwig!" Constanza memperingatkan suaminya, "Kita butuh tidur. Kau butuh tidur."

"Lagi pula aku tidak akan bisa tidur malam ini. Aku akan berada di ruang kerjaku semalaman. Akan bagus jika aku membagi beban pikiran ini pada orang yang berkepentingan. Kakakku sepertinya sedang sangat sibuk di Montreux. Tapi kurasa kakak dari kakakku memiliki waktu senggang. Benar kan, Grand Duke Winterthur?"

"Pangeran Ludwig—"

"Grand Duke Smirnoff." Constanza langsung mengoreksi perkataan Leon.

"Grand Duke Smirnoff, apakah ini terkait kapal terbang yang menjatuhi bom di Montreux dan Schere?" Tanya Leon.

Dan saat Ludwig mengangguk mengkonfirmasi dugaan itu, maka Leon pun tak jadi pulang ke kediaman Winterthur.

***

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang