Chapter 26 : The Gift

94 14 0
                                    

Usai rapat, Anna kembali ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sempat dia tinggalkan. Namun tak lama setelah dia mulai membaca-baca laporan, Eliza, mantan selir Raja Vlad yang kini bekerja sebagai asistennya karena kemampuan administrasinya yang baik, datang memasuki ruangannya.

"Ada apa, Lady Eliza?" Tanya Anna tanpa mengalihkan perhatian dari laporan yang sedang dia baca.

Eliza menunduk, "Yang Mulia, Jenderal Tyros Engelberg ingin bertemu dengan Anda."

"Persilahkan masuk."

Eliza pun membukakan pintu untuk Tyros dan mempersilahkan Sang Jenderal untuk masuk. Eliza segera meninggalkan mereka berdua dalam ruang kerja itu.

Setelah pintu kembali ditutup, Anna menutup laporan yang sedang dia baca dan mulai mengalihkan perhatiannya pada Tyros.

Tyros membungkuk, "Salam hormat saya kepada Tsarina."

"Ada keperluan apa, Jenderal?" Tanya Anna langsung.

"Saya ingin menyerahkan sesuatu pada Anda." Jawab Tyros.

"Apa itu?"

Untuk menjawab pertanyaan itu, Tyros melangkah maju menuju meja kerja Anna dan mengeluarkan sesuatu dari saku dalam mantelnya. Itu adalah sebuah buku jurnal kecil bersampul kulit berwarna cokelat. Anna mengenali buku jurnal itu karena sudah sering melihatnya sejak dia menjadi pengawal pribadi Xavier dulu. Itu buku jurnal milik Xavier.

Tyros mengamati saat Sang Tsarina tampak menahan air matanya saat melihat buku jurnal milik mendiang suaminya itu. Dengan perlahan dia berkata, "Sewaktu terjadi pengeboman di Montreux, mendiang Raja dan saya pergi ke sana selama beberapa hari. Saat itu beliau menitipkan buku jurnalnya pada saya dan meminta saya untuk menyerahkannya pada Anda. Tepatnya, beliau berkata, 'Jika istriku menetapkan untuk melawan Orient suatu hari nanti, serahkan ini padanya'. Saat itu saya tidak mengerti kenapa beliau berkata seperti itu atau kenapa tidak beliau saja yang memberikannya langsung. Sekarang saya mengerti alasannya."

Anna menerima buku jurnal itu dari Tyros dan membukanya. Itu benar-benar milik Xavier. Tulisan tangan yang sudah sangat tidak asing lagi baginya memenuhi lembar demi lembar buku tersebut. Tulisan tangan itu membawa kembali kenangan-kenangan saat mereka harus terpisah dan saling berkirim surat. Anna masih menyimpan surat-surat itu sampai sekarang.

"Saya tidak pernah membukanya. Jadi saya tidak tahu sama sekali apa saja isinya. Tapi saya harap keputusan saya untuk menyampaikan jurnal ini pada Yang Mulia sesuai dengan yang diperintahkan kepada saya, tidak akan membuat Yang Mulia menjadi bersedih karena mengingat kembali mendiang Raja."

Anna menahan air matanya, memastikan agar suaranya tidak bergetar dan mengatakan, "Terima kasih, Jenderal. Kau boleh pergi."

"Baik, Yang Mulia."

***

Setelah Tyros pergi meninggalkannya sendiri di ruang kerjanya, Anna tidak langsung membuka buku jurnal itu. Hatinya belum siap membaca apa pun yang tertulis di dalam sana.

Meski tadi saat rapat dia bisa menampilkan dirinya sebaik mungkin di hadapan seluruh bangsawan, menampilkan sosok seorang penguasa dan pemimpin yang kuat dan berani, tapi kini setelah dia hanya seorang diri di ruangan itu dengan buku jurnal milik Xavier di hadapannya, dia kembali menjadi seorang istri yang ditinggal mati suaminya. Seorang wanita yang kehilangan pria yang dia cintai. Seseorang dengan hati yang hancur.

Anna menghapus air mata di pipinya dan mengatur nafas.

Aku tidak ingin menangis lagi. Sudah cukup. Batinnya.

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang