Chapter 13 : Thorns of Ice and Grief

86 10 4
                                    

Dua minggu yang lalu...

Kastil Api, Gerbang Perbatasan Wilayah Utara

Di Wilayah Utara, tidak ada apa pun selain salju dan udara yang membekukan. Selama ratusan tahun, Raja-Raja Nordhalbinsel tidak pernah mengirimkan para prajuritnya untuk menjaga perbatasan di Wilayah Utara karena berisiko terbunuh oleh cuaca dingin yang ekstrem. Hanya para Serigala Winterthur yang memiliki ketahanan terhadap cuaca dingin lah yang ditugaskan untuk menjaga perbatasan. Namun semenjak Raja Vlad memberi hukuman mati kepada seluruh Klan Winterthur, tidak ada lagi Serigala Winterthur yang tersisa selain Wolfgang Winterthur dan putranya sehingga mau tak mau, Raja Vlad mengirimkan beberapa prajurit terkuatnya ke Wilayah Utara beserta beberapa penyihir menara yang dapat membantu mereka mengatasi udara dingin membekukan di sana. Saat Xavier mulai bertakhta, dia memerintahkan para penyihir untuk membangun Kastil Api di dekat Gerbang Perbatasan Wilayah Utara. Disebut demikian karena kastil tersebut dibangun dengan sihir yang dapat menghangatkan udara sehingga para prajurit yang ditugaskan di sana tidak akan mati kedinginan. Setelahnya, satu legiun ditugaskan untuk menjaga wilayah tersebut. Namun mereka semua kini telah tewas terbunuh oleh Roh Salju.

Leon sebagai Jenderal penjaga wilayah perbatasan utara sekaligus pemilik kekuasaan Wilayah Utara membawa serta seluruh Serigala Winterthur dalam misinya di Kastil Api. Dia memberi satu perintah yang jelas dan mutlak, yaitu untuk menemukan dan membunuh Roh Salju. Dia tak berniat menangkapnya maupun menjadikannya tawanan karena membunuh satu legiun bukan lah sesuatu yang bisa dimaafkan. Tapi setelah seminggu berada di sana, mereka masih juga belum mendapatkan hasil. Roh Salju tidak muncul begitu saja di hadapan mereka.

Jadi saat barisan terdepan memberitahunya bahwa mereka telah melihat tanda-tanda kemunculan Roh Salju, Leon segera bergegas menuju Gerbang Perbatasan dengan membawa pedangnya—pedang Raja Zuidlijk yang dapat mengalahkan sihir apa pun.

"Kau sebaiknya kembali saja ke Istana." Kata Leon pada Xavier saat dia menoleh dan mendapati Xavier mengikutinya di belakangnya.

Xavier menggeleng. "Belum saatnya."

"Memangnya kapan saatnya?" Tanya Leon tanpa menghentikan langkahnya.

"Saat aku sudah memastikan bahwa aku salah."

"Kau mengatakan hal yang aneh. Memangnya Baginda Raja pernah salah?"

"Justru Raja lah yang paling sering berbuat kesalahan. Makanya banyak rakyat yang menderita karena kesalahan Raja."

Langkah Leon dan Xavier terhenti saat melihat salah satu Serigala menghampiri mereka dari arah berlawanan. "Jenderal! kami melihat penampakan Roh Salju dari kejauhan! Dia sekarang menuju ke arah Gerbang!"

"Semua bersiap!" Perintah Leon pada pasukan Serigala. "Para Penyihir juga bersiap!" tambahnya.

Dalam sesaat, seribu pasukan Serigala Winterthur merubah wujud mereka menjadi serigala besar yang siap menerkam. Sementara itu, Leon dan Xavier beserta puluhan penyihir yang berada di bawah kepemimpinan Leon menaiki kuda mereka masing-masing. Mereka semua dengan cepat berlari menuju Gerbang Perbatasan untuk menemui Roh Salju. Para Serigala mengikuti Leon di belakangnya dengan taring yang siap merobek apa pun yang diperintahkan Leon kepada mereka. Dan di belakang mereka semua, Kastil Api berwarna kelabu, dikelilingi kabut tebal berdiri dengan kokohnya, siap menjadi saksi bisu akan pertarungan yang tak dapat dihindari.

"Leon..." Panggil Xavier. Leon tidak memelankan kudanya, jadi Xavier yang harus mengimbanginya. "Seberapa sering kau membunuh orang?"

"Apakah itu sebuah pertanyaan atau hanya tes darimu?"

"Jawab saja."

Karena pertanyaan itu, Leon memelankan langkah kudanya. Mau tak mau, dia kembali mengingat pertumpahan darah yang sudah menjadi kesehariannya sejak masih remaja. Dahulu situasi saat di medan perang selalu menjadi mimpi buruk yang menghantuinya, membuatnya tidak bisa tidur berhari-hari dan membuatnya tidak berselera makan. Namun seiring berjalannya waktu, itu hanya menjadi mimpi buruk yang biasa baginya.

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang