Chapter 37 : Propose

89 9 0
                                    

Keesokan paginya, Anna mendapat teman sarapan. Seorang wanita muda Orient yang hampir setinggi dirinya, dengan rambut sehitam malam yang diikat ekor kuda. Wanita itu mengenakan kimono berwarna hitam di balik mantel bulu tebal yang sedang dia kenakan. Dan meski dia makan dengan khidmat tanpa mengatakan apa pun, Anna tahu sepanjang waktu sarapan wanita itu tak berhenti mencuri pandang ke arahnya seolah sedang mengaguminya.

Tentu saja Eri memang mengagumi Anna, karena Sang Ratu para Naga ternyata persis seperti yang selama ini digambarkan dalam kitab-kitab yang pernah dia baca. Berambut semerah api dengan kulit yang bercahaya seolah lahir dari cahaya matahari. Dan saat itu, saat sarapan bersama, kulit Anna memang tampak jauh lebih bercahaya karena jendela-jendela besar yang ada di ruang makan Istana sedang terbuka lebar sehingga semua cahaya matahari pagi dapat masuk dan semakin menerangi kulitnya. Bagi Eri, Anna layaknya tokoh legenda dalam kitab yang sering dia baca, sebuah dongeng yang menjadi nyata, Dewi yang turun untuk menyelamatkan umat manusia, atau justru menghancurkannya jika dia tak cukup senang.

Sarapan itu berlangsung begitu tenang. Tak satu pun angkat bicara. Anna sengaja diam karena dirinya ingin menilai Eri terlebih dahulu sebelum menentukan harus bagaimana dia bertindak di hadapan si pelacak naga tersebut. Sedangkan Eri diam karena benaknya sibuk memikirkan apa alasannya dibawa ke hadapan Ratu para Naga yang sangat dia puja.

Usai sarapan, barulah Anna memulai bicara dengannya. Anna meminta Eliza mengambilkan dokumen dari ruang kerjanya, kemudian membacanya dengan bahasa Orient. Tinggal cukup lama di Orient membuat bahasa Orient-nya semakin lancar. Anna bahkan bisa meniru logat Kaze, logat suku Ilbon dengan sempurna.

"Sasaki Eri. Pelacak Naga. Usia 26 tahun. Suku Ilbon. Belum menikah. Tidak ada data terkait keluarga. Hanya itu data yang kudapatkan tentangmu, Torakka Eri." Kata Anna. Dia kemudian mengalihkan pandangannya dari dokumen di tangannya ke arah Eri.

Eri tampak duduk tegak seolah dia sedang diwawancarai untuk posisi dayang kehormatan Tsarina di Istana atau semacamnya. Kemudian dengan suara yang dia usahakan agar terdengar tenang, dia menjawab, "Semenjak menjadi Torakka dan bekerja untuk Kaisar, kami para Torakka memutuskan hubungan dengan keluarga asal kami, kecuali Torakka Yi-Zhuo yang berasal dari keluarga panglima. Saya bahkan sudah hampir melupakan nama 'Sasaki'. Jadi data yang Anda dapatkan itu adalah data yang terlengkap saat ini, Yang Mulia."

Bahasanya begitu formal, terkesan sangat sungkan, sehingga Anna merasa bersalah. Mungkin karena sikapnya yang juga formal, atau mungkin karena Eri dibawa ke Istana Utama secara tiba-tiba oleh para Serigala. Situasi di antara keduanya begitu tegang. Tapi Anna meyakinkan dirinya bahwa untuk saat ini, dia harus bersikap layaknya seorang penguasa dari negeri musuhnya. Dia harus bersikap layaknya Ratu para Naga di hadapan wanita yang berasal dari keluarga yang menyembah para Naga.

Anna menaruh dokumennya di atas meja, menyilangkan kakinya, dan membentuk piramida dengan jari-jarinya yang dia letakan di atas meja. Anna tampak memutar otak, cara agar Eri mau membuka diri, namun tidak menghilangkan rasa sungkannya. Anna ingin Eri menyodorkannya dengan ribuan informasi padanya, namun dia juga ingin Eri tetap menghormatinya. Tidak angkuh, namun juga tidak boleh terlalu bersahabat.

Anna ingat Eri lah yang menembakkan anak panah pada Kaze dulu saat Kaze sedang dalam misinya mencari Yeon-Hwa di Istana. Menyakiti salah satu naga bukan lah tindakkan yang dapat Anna maafkan dengan mudah. Meski Anna tahu, Eri adalah Torakka yang paling dekat dengan Kaze dan bahwa anak perempuan itu menganggap Eri sebagai saudarinya, tapi dia tidak bisa melupakan apa yang sudah Eri lakukan pada Kaze begitu saja.

"Tidak." Kata Anna. Nada suaranya lebih dingin dari biasanya. "Aku membutuhkan data yang lebih lengkap dari ini, Torakka Eri."

"Mohon, Eri saja, Yang Mulia." Ucap Eri sambil menunduk, "Saya malu menyebut diri saya sendiri sebagai Pelacak Naga di hadapan Ratu para Naga."

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang