Chapter 30 : Depression

102 14 2
                                    

Catatan dari buku jurnal Raja Xavier:

Aku tertidur di kamarnya!

Kemarin Anna akhirnya bicara. Maksudku benar-benar bicara setelah lama dia hanya diam. Semenjak kematian ibunya dia tidak mau bicara pada siapa pun dan aku khawatir sekali. Jadi saat dia akhirnya bertanya apa aku bisa datang menemuinya, tentu saja aku segera terbang ke Istananya di Schiereiland secepat yang ku bisa.

Dia tampak sangat kurus dan pucat seperti belum tidur maupun makan dengan benar berhari-hari. Aku ingin melakukan sesuatu untuknya, apa pun yang bisa kulakukan agar dia dapat menemukan semangat hidupnya kembali. Jika saja aku bisa membawakan Jenderal Leon padanya, dia pasti akan sangat senang. Tapi Leon belum juga bangun dari tidur panjangnya.

Anna memintaku menemaninya kemarin malam. Kurasa bukan ide yang buruk karena kami sama-sama mengalami kesulitan tidur. Jadi kami hanya mengobrol semalaman sampai akhirnya kami sama-sama ketiduran. Aku belum pernah tidur di kamar seorang gadis sebelumnya jadi saat aku terbangun pagi ini aku benar-benar terkejut dan sama sekali tak tahu harus berkata apa. Aku memang minum semalam sebelum datang ke kamarnya, dan aku sedikit mabuk tapi aku cukup yakin aku tak melakukan apa pun yang tidak pantas. Aku sempat khawatir Anna akan marah padaku. Tapi ternyata tidak. Dia justru berterima kasih padaku karena aku sudah menemaninya. Dia bilang baru kali itu dia bisa benar-benar tidur dengan pulas tanpa mimpi buruk, jadi dengan malu-malu dan wajah yang merona merah dia memintaku untuk datang lagi dan tidur bersamanya kalau aku tidak keberatan. Maksudnya adalah tidur sungguhan, tanpa melakukan apa pun yang tidak pantas dilakukan oleh dua orang yang belum menikah. Tapi tetap saja, jantungku yang bodoh menggila mendengarnya bicara seperti itu. Dan aku yakin sekali wajahku juga memerah.

Aku sama sekali tidak merasa keberatan, tentu saja. Karena aku juga merasa bisa tidur dengan tenang untuk pertama kalinya setelah sekian lama aku mengalami insomnia. Lagi pula, karena berada di dekatnya, racun Morta tidak terasa lagi. Rasanya seperti benar-benar pulih dari racun Morta. Benar, ini demi kebaikan bersama. Ini bukan karena Anna menyukaiku, karena tentu saja dia tidak merasa seperti itu terhadapku. Maksudku, kami memang beberapa kali berciuman tapi... aku benar-benar tidak tahu apakah dia melakukannya karena menyukaiku juga atau untuk penyembuhan semata. Aku tak tahu apakah dia tahu bahwa setiap kali kami berciuman, aku merasa semakin sulit merelakannya. Aku menjadi serakah dan semakin menginginkannya.

Aku tidak berani berharap bahwa dia juga menyimpan perasaan untukku karena ingin aku tidur bersamanya. Mungkin dia hanya ingin bisa tidur dengan nyenyak. Mungkin karena apiku membuatnya merasa hangat dan tenang dan nyaman makanya dia bisa tidur nyenyak. Aku tidak tahu. Tapi yang jelas aku tidak boleh berharap sama sekali. Aku hanya akan kecewa jika mengharapkan cintanya. Di kehidupan ini, kami tidak boleh mengulang takdir. Aku hanya akan mencintainya dalam diam dan berharap untuk kebahagiaannya.

***

Sepasang mata emerald itu menyambutnya begitu Anna membuka kedua matanya. Hanya ada dua kemungkinan, Anna sedang berhalusinasi karena sangat merindukannya, atau Anna sedang bermimpi. Tentu saja itu tidak nyata. Tapi rasanya begitu nyata hingga Anna tidak mau berkedip. Jika dia berkedip, Xavier akan hilang dari hadapannya. Seperti biasa.

"Selamat pagi, istriku." Sapanya sambil tersenyum. Tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan betapa Anna sangat merindukan senyuman itu. Senyuman yang sebelumnya selalu menyapanya setiap pagi.

Cukup!

Anna segera memejamkan matanya. Dia tidak ingin terlalu lama terlarut dalam khayalannya. Dan begitu dia membuka matanya lagi, Xavier akan kembali tiada. Dan kehidupan akan terus berjalan seperti biasa. Waktu akan berlalu menghapuskan jejak Xavier di hatinya hingga Anna akan benar-benar bisa menjalani hidupnya dengan normal lagi dan mungkin membuka hatinya lagi. Namun Xavier akan menjadi kenangan indah yang takkan bisa dia lupakan.

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang