Anna dan Leon membawa Elyan ke Istana Ratu untuk sementara sambil menunggu para pelayan di Kediaman Winterthur menyiapkan ruangan untuk dijadikan sebagai kamar Elyan.
Meski awalnya menentang ide itu dan menyatakan tidak mau melihat anak dari penyihir yang sudah membunuh putranya, pada akhirnya Irene menerima kedatangan Elyan di Istana Ratu, tempat dia tinggal selama berada di Noord.
Setelah itu, Anna kembali memfokuskan diri pada masalah Imperial yang sedang bersitegang dengan Kekaisaran Orient akibat ledakan bom Morta di Jungdo. Anna memanggil para Jenderal dan para bangsawan untuk membicarakan tentang hal itu di rapat.
Sambil menunggu waktu rapat tiba, Anna pergi ke kamar Putri Vierra untuk menghabiskan waktunya bersama putrinya yang sangat dia rindukan meski dia baru pergi beberapa jam saja.
"Masuk lah." Kata Anna saat mereka tiba di depan pintu kamar Putri Vierra dan Leon baru akan pergi untuk membiarkan Anna berdua dengan putrinya. "Ada yang harus kubicarakan denganmu."
Leon menurutinya dan turut masuk ke kamar itu.
Vierra tidak sedang tidur saat Anna dan Leon datang memasuki kamarnya. Para pengasuh dan ibu susunya mengatakan bahwa Sang Putri bangun pagi tepat setelah Anna dan Leon pergi ke Istana Utara, namun bayi mungil itu tidak menangis meski tak melihat keberadaan ibunya. Bahkan beberapa kali Sang Putri tampak tersenyum dan tertawa sehingga para pengasuhnya justru merasa terhibur olehnya.
Anna mengizinkan para pengasuh putrinya untuk pergi beristirahat. Mereka pun pergi meninggalkan Anna, Leon dan Vierra dalam kamar itu.
Anna berjalan menuju tempat tidur putrinya sementara Leon tampak menjaga jarak dan tetap berdiri diam di dekat pintu. Leon memperhatikan wajah Anna yang tampak berseri penuh kebahagiaan murni saat menatap putrinya. Senyuman yang sangat dia rindukan. Tanpa sadar, dia ikut tersenyum melihatnya.
"Kenapa jauh begitu? Apa kau sengaja menjaga jarak?" Tanya Anna pada Leon, tapi matanya terus terpaku pada putrinya. "Ada lagi yang belum kau katakan padaku." Tambahnya.
Dan Leon menyadari bahwa kalimat terakhir itu bukan sebuah pertanyaan.
Karena Leon tidak segera menyanggahnya, Anna tahu bahwa perkataannya benar. Dia melanjutkan, "Kenapa tak memberitahuku?"
"Aku sudah bilang, kan? Aku memang berniat memberitahumu hanya saja waktunya belum tepat."
"Yang kumaksud bukan tentang keabadianmu." Kata Anna. Kali ini dia menoleh ke arah Leon yang masih bergeming di depan pintu. Seolah takut putrinya akan mengerti apa yang akan dia ucapkan selanjutnya, Anna memelankan suaranya, "Berapa ribu tepatnya yang tewas hari itu karena aku? Berapa banyak yang kubunuh, Leon?"
Leon begitu terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu sampai-sampai dia lupa cara menjawab. Untuk beberapa saat dia hanya terdiam membisu sambil masih menatap Anna dari kejauhan.
"Apa kau menjaga jarak karena takut padaku? Apa semengerikan itu?" Tanya Anna lagi.
"Tidak." Jawab Leon langsung. Leon menjaga jarak bukan karena takut padanya. Semenjak Anna menikah dengan Xavier, sudah menjadi kebiasaannya untuk melihatnya dari kejauhan. Sudah menjadi hobi barunya untuk melihat Anna yang berbahagia dari kejauhan. Hal itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan kejadian di Wilayah Utara. Tapi Leon tidak bisa mengatakannya.
Leon berusaha memberikan penjelasannya. Bahwa kekuatan Anna tidak membuatnya takut. Bahwa dia tahu rasanya membunuh orang, perasaan bersalah dan mempertanyakan kemanusiaan dirinya sendiri. "Aku hanya..."
"Hanya?"
Tapi Leon tak tahu kata-kata selanjutnya. Alasan apa yang akan dia katakan, bagaimana cara menjelaskan semuanya pada Anna tanpa harus membuatnya merasa semakin bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower of Eternity
FantasyLanjutan 'Lotus of East Palace' Seri terakhir dari 'The Rose that Blooms in North' "Banyak sekali bunga Wisteria yang bermekaran di Istana ini." "Itulah sebabnya Istana kami disebut Istana Wisteria." "Kudengar orang-orang Westerian dapat mengerti ba...