PROLOG

238 26 0
                                    

Ruangan aula Istana Utama tampak berbeda siang itu. Lantainya seperti dibuat ulang menggunakan es dan berlian. Salju berjatuhan dari langit-langit namun tak pernah mencapai lantai. Jajaran lampu gantung yang terbuat dari kristal es dan kunang-kunang ungu menyala terang. Setiap pilar kokoh yang menopang langit-langit dirambati tumbuhan yang terbuat dari es dan perak. Ribuan Tulip kristal menghiasi setiap sudut ruangan dan sepanjang sisi jalan setapak yang kelak akan dilalui bintang utama hari itu. Dan meski saat itu di belahan dunia lain, di berbagai negara di dunia, musim panas hampir berakhir dan musim gugur baru akan dimulai, aula Istana Utama telah berubah menjadi taman musim dingin yang ajaib dan abadi.

Musik orkestra mengalun lembut saat sang mempelai wanita memasuki ruangan. Serentak semua yang hadir di ruangan itu—para bangsawan dan tamu undangan dari negara lain, memusatkan perhatian mereka ke arahnya.

Sang mempelai wanita tampak sangat menakjubkan hari itu. Rambut merahnya yang panjang tertata dengan rapih di balik punggungnya, berhias mahkota dengan taburan permata. Gaun pengantinnya yang panjang mengekor di bagian belakang, sewarna salju dan bertabur berlian, berkilauan saat terkena pantulan cahaya lampu kristal. Sinar matahari terpancar dari kedua matanya yang hanya menatap ke depan, ke arah pasangannya yang telah menanti di altar. Dia tersenyum padanya, wajah berseri-seri dan pipi merona merah, dan sang mempelai pria pun terpesona melihatnya.

Aku jatuh cinta padamu, kata sang mempelai pria.

Baru sekarang? tanya sang mempelai wanita sambil terus berjalan perlahan menuju altar. Tatapannya tak beralih sedikit pun dari pasangannya itu. Senyuman terlukis di wajah cantiknya.

Dan saat itulah, saat dirinya mulai melewati para tamu undangan, mereka memperhatikannya lebih detail. Meski gaun sang mempelai wanita terlihat sangat panjang hingga beberapa meter ke belakang, namun bagian depan dibuat lebih pendek untuk memudahkannya berjalan, terlebih karena sang mempelai wanita sedang mengandung. Gaun bagian depannya cukup pendek sehingga semua orang dapat melihat bahwa sang mempelai wanita bertelanjang kaki di atas es. Itu karena sepatu hak tinggi tidak baik dikenakan oleh wanita yang sedang mengandung dan hanya tinggal menunggu beberapa minggu sebelum hari perkiraan lahirnya.

Namun setiap kali telapak kakinya akan memijak lantai yang terbuat dari es, kelopak mawar merah yang sangat besar muncul di sana sehingga sang mempelai wanita selalu berpijak di atas kelopak mawar yang lembut dan hangat. Lantai yang terbuat dari es berubah menjadi lantai yang terbuat dari kelopak-kelopak mawar saat dia lewati, lebih indah dari karpet dan permadani mana pun yang pernah dibuat oleh tangan manusia. Salju yang berjatuhan pun berhenti dan udara menghangat di sekitarnya. Lampu gantung yang terbuat dari kristal es berubah menjadi lampu gantung yang terbuat dari bunga-bunga Wisteria dan cahaya dari kunang-kunang ungu. Tumbuhan yang merambati pilar-pilar aula, yang terbuat dari es dan perak, berubah menjadi pohon mawar rambat yang bunga-bunganya mekar dengan sangat indah dan menebarkan aroma musim semi saat dilewati olehnya. Aula Istana Utama yang bertema taman musim dingin abadi itu kini berubah menjadi taman musim semi yang elok. Segala hal yang dilewatinya berubah menjadi lebih indah dan lebih hidup. Semua akan mengira itu sihir, tapi itu sama sekali bukan sihir.

Aku sudah jatuh cinta padamu sejak dulu. Setiap waktu. Sang mempelai pria menjawab pertanyaan pasangannya itu. Dan meski aku selalu terpesona setiap melihatmu, meski kau selalu terlihat cantik menakjubkan setiap waktu dan semakin cantik lagi di waktu berikutnya, dan tak sedetik pun dalam hidupku aku tak mengagumimu, izinkan aku mengatakan padamu bahwa hari ini kau tampak sangat bersinar sampai aku yakin matahari akan malu berada di atas langit. Kau membawakan musim semi ke dalam musim dinginku yang tanpa akhir.

Sang mempelai wanita tak dapat berkomentar apa-apa mendengar pujian itu. Dia berusaha tetap tenang seiring setiap langkahnya yang semakin dekat dengan pasangannya meski jantungnya berdebar dan matanya tak tahan ingin mengeluarkan air mata haru dan bahagia.

Jangan meneteskan air mata di hari bahagia ini, sayang. Kata sang mempelai pria saat menyadari mata wanita yang dia cintai itu tampak berkaca-kaca.

Kalau kau berkata semanis itu bagaimana bisa aku tak meneteskan air mata! Aku sangat bahagia hari ini sampai rasanya aku bisa menangis membanjiri seisi Istana.

Tahan lah air matamu sebentar lagi. Aku bahkan belum mulai mengucapkan ikrar pernikahan.

Kenapa rasanya lama sekali.

Peresmian pernikahan mereka sempat tertunda selama tiga bulan dari rencana semula karena urusan internal kerajaan asal sang mempelai wanita. Dia yang awalnya memiliki gelar Putri Schiereiland, kini memegang kekuasaan tertinggi di kerajaan itu. Dia kini adalah Ratu Schiereiland setelah diketahui bahwa mendiang Raja—ayahnya—menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada putrinya, bukan kepada putranya.

Mereka akhirnya berhadapan di depan altar. Dan cincin pernikahan pun sudah mereka kenakan. Maka ikrar pernikahan diucapkan,

"Aku, Xavier Fils du Roi Nordlijk del Norte le Grand, Raja Nordhalbinsel ke tiga puluh lima, Penguasa Clera, kepulauan Terrasen, Irlenia, Winterthur dan Wilayah Utara, Penguasa Samudra Tygriss dan tujuh lautan, menjadikanmu, Anastasia Roselia-Isabelle de Gratina, Ratu Schiereiland dan Nordhalbinsel, sebagai satu-satunya istriku dan satu-satunya Ratuku. Dan berjanji untuk saling mencintai, mengasihi, menghargai dan menjaga, baik pada waktu susah maupun senang, pada waktu sehat maupun sakit, dan aku menjanjikanmu kehidupan yang senantiasa dipenuhi berkah dan kebahagiaan dari sekarang sampai selamanya."

Kau tidak mengatakan sampai maut memisahkan? Seingatku biasanya ada kata-kata itu. Kata Anna.

Aku tidak suka kata-kata itu, jadi kuhilangkan saja. Kesannya seolah aku akan berhenti mencintaimu jika maut memisahkan. Kesannya seperti maut mampu memisahkan kita.

Oh, tentu saja! Kau seorang Raja, jadi kau bebas merubah kata-kata dalam ikrar pernikahan.

Sayangku, apa kau tidak akan mengatakan 'Aku bersedia'?

"Aku bersedia." Kata Anna langsung sebelum para tamu undangan mulai gusar karena sang mempelai wanita sejak tadi tampak diam terlarut dalam suasana.

Sekarang kau boleh meneteskan air mata bahagiamu, Istriku.

"Sekarang Anda boleh mencium mempelai—"

Bahkan sebelum kalimat itu selesai diucapkan, Anna sudah lebih dulu mencium suaminya itu, menyembunyikan dari khalayak air mata bahagianya yang mengalir di pipinya tanpa bisa dicegah.

Aku akan mencintaimu sampai maut menyerah untuk memisahkan kita. Kata Anna saat menatap sepasang mata emerald itu.

Xavier menghapus air mata dari wajah Anna. Aku akan tetap mencintaimu bahkan jika maut memisahkan kita. Dan jika itu terjadi, aku akan menemukanmu lagi di masa kehidupan yang lain. Jika tidak bisa, akan kucari cara untuk menemukanmu kembali. Aku tidak akan menyerah. Dan saat itu aku akan mengingatmu lagi dan mencintaimu lagi seperti tak pernah terpisah denganmu, tak peduli berapa ribu tahun telah berlalu. Dan...

Dan?

Xavier tersenyum, kemudian menciumnya lagi, Selamat ulang tahun, Anna sayang.


***

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang