Chapter 15 : Funeral

71 10 5
                                    

Sehari setelah kematian Xavier, Anna harus bersiap sejak pagi-pagi sekali untuk memimpin upacara pemakaman suaminya itu. Para pelayan memandikannya, memakaikannya gaun berduka berwarna hitam, serta menata rambutnya dengan lebih sederhana. Anna hampir tak bergerak sama sekali, seolah hanya raganya saja yang ada di sana tapi jiwanya tidak. Hal berikutnya yang dia tahu, dia sudah ada di ruang makan untuk sarapan pagi bersama Leon dan Irene yang akan terus menemaninya di Istana Utama selama masa berkabung.

Selama bermenit-menit lamanya, tak ada satu pun yang mengangkat alat makan mereka. Padahal pagi itu Leon sengaja meminta para pelayan menyiapkan menu sarapan khas Schiereiland kesukaan Anna, yaitu Sup Keju, bahkan meski Leon dan Irene sama-sama tidak dapat mengonsumsi keju. Sup keju di hadapan mereka tak disentuh sama sekali. Tak ada yang bicara. Ruang makan Istana Utama pagi itu begitu sunyi.

"Aku tidak bisa." Kata Irene sambil mendorong jauh piringnya.

"Kita harus segera menyelesaikan sarapan agar dapat memulai upacara pemakamannya." Bahkan nada bicara Leon begitu datar. Dia mengawasi Anna dari sudut matanya. Anna memandangi sarapan di hadapannya dalam kesunyian yang meresahkan.

"Kurasa aku tak bisa hadir." Kata Irene.

"Kau ibunya. Kau harus hadir dan menyampaikan pidato."

"Bahkan tidak ada mayatnya. Tidak ada yang dikuburkan!" Irene berteriak. Air matanya tumpah. Saat itu, Irene menoleh ke arah Anna yang masih diam tak bergerak. Tatapannya kosong. "Menangis lah! Siapa bilang seorang pemimpin Imperial tidak boleh menangis? Menangis lah sepuasnya dan jangan tahan air matamu! Tidak ada yang berhak melarangmu berduka!"

"Irene!" Leon memperingatkan. Lalu sadar bahwa Ibunya masih sangat terguncang atas kematian Xavier, Leon melembutkan nada suaranya. "Jenderal Irene... tolong jangan seperti ini."

"Marie..." Anna memanggil kepala pelayan Istana dengan suara serak karena sudah lama dia tak mengucapkan apa pun. Yang dipanggil segera menghampirinya. "Ganti hidangan sarapannya. Xavier dan Leon tidak bisa makan keju. Sepertinya ibu mertuaku juga tidak bisa makan keju. Jadi untuk kedepannya, hilangkan keju dari menu makanan sehari-hari."

Dengan sigap Marie dan pelayan lainnya membawa pergi hidangan sarapan pagi itu. Namun sebelum mereka membawa hidangan pengganti, Anna sudah lebih dulu pergi meninggalkan ruang makan.

"Kau mau ke mana?" Tanya Leon.

"Aku mau istirahat sebentar di kamar. Kepalaku pusing karena tidak tidur semalaman. Minta pelayan untuk mengantarkan sarapan ke kamarku." Kata Anna sambil lalu.

Leon tak bisa menahan kepergiannya, jadi dia membiarkan Anna pergi ke kamarnya. Tak lama kemudian, Marie dan para pelayan membawakan hidangan pengganti untuk sarapan.

"Aku akan sarapan sendiri di sini. Bawakan ini padanya. Dia tidak akan menyentuh makanannya sama sekali. Jadi jangan tinggalkan makanan ini begitu saja. Pastikan dia menghabiskan semuanya." Kata Irene sambil menyiapkan sarapan untuk Anna di atas nampan dan menyerahkannya pada Leon. "Aku mau saja melakukan semua itu untuknya tapi dia lebih dekat denganmu. Dia akan lebih nyaman denganmu dari pada denganku."

Leon menuruti perkataan ibunya itu. Dia pergi ke kamar Anna sambil membawakan sarapannya. Pintu kamarnya ditutup rapat, namun tidak dikunci. Leon dapat mendengar suara tangisan Anna bahkan dari jarak beberapa langkah di luar kamarnya. Hatinya sakit mendengar suara tangisan tanpa henti itu.

"Yang Mulia, aku akan masuk." Kata Leon. Dan saat dia masuk, Anna sudah lebih dulu menghapus air matanya dengan terburu-buru. Tapi Leon dapat melihat mata Anna yang masih sembab karena tak berhenti menangis sejak kemarin. "Silahkan dimakan." Kata Leon sambil menyerahkan bubur pada Anna. Dia menuruti perkataan ibunya dengan tak langsung pergi dari sana sebelum memastikan Anna benar-benar memakan bubur itu.

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang