Chapter 39 : Phoenix

77 10 0
                                    

Catatan dari buku jurnal Raja Xavier:

Sesuatu yang sangat aneh terjadi hari ini.

Aku sedang bekerja di Dong-gung seperti biasa sambil mencoba mencuri dengar semua percakapan para pelanggan untuk mencari berita terbaru terkait kekaisaran. Sementara Anna yang merasa lelah sudah lebih dahulu pergi ke kamar dan tidur. Tiba-tiba saja salah satu pelanggan memanggilku dan mengajakku bicara dengan bahasa Schiereiland. Aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena dia menggunakan jubah dan menutupi kepalanya dengan tudung—serta dia terus saja menunduk dan tidak menatapku. Kupikir dia pasti mabuk karena dia mengatakan bahwa dia mengenalku dan mengatakan bahwa dia adalah ayah mertuaku. Dia pasti benar-benar mabuk, karena pertama, aku tidak mengenalnya. Kedua, aku tidak menikahi siapa pun selain Anna, dan ayahnya sudah meninggal karena dibunuh ayahku. Lagi pula aku sedang menyamar menjadi Riz. Istri Riz adalah Diana Vinogradoff yang mana ayahnya juga sudah meninggal.

Awalnya aku sudah mau meninggalkannya begitu saja, tapi dia menahanku dan menunjukkan sesuatu yang membuatku membeku untuk beberapa saat. Sesuatu yang dia simpan dalam sebuah kotak. Aku tidak mungkin salah mengenalinya. Benda itu—jika memang aku salah mengenalinya—sangat mirip dengan jam pasir Grimoire. Jam pasir yang kata Elle sudah lama menghilang. Saat aku baru akan menyentuhnya, dia segera menutup kembali kotak tersebut, lalu berbisik padaku:

"Belum saatnya. Aku akan segera memberikan ini padamu sebagai hadiah pernikahan kalian, menantuku. Untuk saat ini, berusaha lah untuk tetap hidup demi putriku. Dan demi putri kalian yang sedang dia kandung. Lindungi keduanya jika memang benar kau mencintai putriku, kalau perlu pertaruhkan nyawamu untuk mereka. Sebagai gantinya, saat kau berada dalam bahaya, aku akan melindungimu dengan mempertaruhkan nyawaku juga."

Baiklah. Dia pasti hanya orang asing yang sedang mabuk. Karena Anna tidak sedang hamil. Dia pasti akan memberitahu kabar gembira itu padaku jika memang benar.

Tapi ada hal yang masih mengganggu pikiranku hingga sekarang. Pria itu, setelah kuperhatikan dari dekat, memiliki mata Naga. Seperti milik para Pelacak Naga Orient. Seperti milik Alexis. Dan entah bagaimana, tepat setelah dia pergi dari Dong-gung, barulah aku menyadari bahwa wajahnya memang tampak familier. Dan saat aku berlari keluar untuk mengejarnya, dia sudah menghilang.

Aku mungkin sedang mabuk juga. Atau mungkin ini hanya efek kelelahan. Masalahnya...

Pria itu sangat mirip dengan mendiang Raja Edward.

***

Sore itu, sesuai dengan janjinya dengan Reina, Anna—dalam wujud Eri—menemuinya dengan membawa jepit rambut Naga Angin yang sudah bersih dari noda darahnya. Tapi kali ini Anna tidak datang sendiri. Leon, yang juga sudah mengenakan pakaian tradisional Orient, turut menyertainya dalam rupa Ren. Anna pun memperkenalkannya pada Reina.

"Jadi ini tunanganmu itu?" Tanya Reina sebelum mereka berangkat menuju tempat pembuatan Naga Baja. Dia mengamati wajah Ren, kemudian tersenyum.

"Benar, Baginda."

"Siapa namamu?" Kini Reina bertanya pada Leon. Suaranya tetap tenang dan anggun seperti biasa, namun dia memandangi Ren seperti memandangi permata baru yang berkilauan.

Leon menjawabnya dengan suara Ren, "Nama saya Sato Ren, Baginda."

Anna menyembunyikan senyuman lega saat Leon berhasil memperkenalkan dirinya dengan logat suku Ilbon yang sempurna.

"Ren..." Ucap Reina perlahan, seperti sedang memanggil seorang kekasih, "Apa kau mau bekerja di Istana?"

Dan dengan tawaran itu lah Leon—sebagai Ren—diperkerjakan sebagai penyihir Istana yang khusus melayani Ibu Suri. Dengan begitu, sejauh ini semua berjalan sesuai rencana Anna. Dan setelahnya mereka pun berangkat menuju tempat pembuatan Naga Baja.

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang