Chapter 10 : The Heir

83 11 0
                                    

Istana Utama, Noord, Nordhalbinsel, Imperial Schiereiland

Tiga minggu kemudian...

Siang itu Anna berjalan cepat menuju ruang rapat usai membaca surat yang dikirimkan oleh delegasi Orient. Leon menyusulnya di belakang, meminta Anna untuk memelankan langkahnya dan mengingatkannya bahwa dia sedang hamil besar. Tapi Anna tidak memedulikannya karena dia ingin segera menyelesaikan urusan dengan Orient.

Berjalan lah pelan-pelan, sayang. Tidak perlu terburu-buru. Kata Xavier.

Kau seharusnya ada di sini jadi aku tak perlu tergesa-gesa menyelesaikan semuanya sendiri seperti ini. Protes Anna.

Maaf...

Sudah lah, selesaikan saja urusanmu dengan cepat, lalu kembali ke sisiku segera. Aku sangat merindukanmu.

Saat Anna memasuki ruang rapat, semua orang sudah berkumpul di sana. "Orient meminta sebagian wilayah kekuasaan kita untuk sebagai ganti rugi atas kerusakan dan kerugian yang dialami mereka dengan meledaknya bom sihir Morta di Jungdo." Anna mengumumkan kepada seluruh Jenderal dan bangsawan tinggi yang turut menghadiri rapat itu.

Beberapa hari yang lalu Anna mendapat informasi bahwa terdapat ledakan bom sihir Morta di Jungdo. Meledaknya bom sihir tersebut menyebabkan banyak korban tewas salah satunya Maharani Orient yang juga merupakan teman dekatnya, Lee Yeon-Hwa. Anna sudah memanggil Ludwig terkait masalah ini dan Ludwig menyatakan bahwa seseorang telah mencuri bom sihir tersebut dan meledakkannya di Jungdo. Namun Ludwig masih berusaha membantu Orient dengan membuat sebanyak mungkin penawar racun bagi mereka yang masih bertahan hidup setelah ledakan Morta.

"Bom sihir itu bukan perbuatan kita! Itu ulah Pangeran Ludwig." protes Duke Grindelwald.

"Bom sihir itu dicuri oleh seseorang dan orang tersebut meledakkannya di Jungdo sehingga Pangeran Ludwig lah yang dituduh. Seseorang ingin kita berperang dengan Orient. Padahal kita sudah hampir menandatangani perjanjian perdamaian dengan mereka." Sanggah Anna. "Jangan memperkeruh masalah dengan menuduh orang yang tak bersalah, Duke Grindelwald."

"Wilayah apa yang mereka minta, Baginda?" Tanya Duke Richterswill.

"Wilayah apa? Ha!" Leon melemparkan tatapan sinis pada Duke Richterswill, tampak tak percaya pada apa yang baru saja dikatakan oleh Sang Duke. Leon kemudian beralih pada Anna dan merubah sikapnya menjadi lebih formal. "Kita berhak menolak setelah apa yang mereka lakukan terhadap Montreux dan Schere, Tsarina. Jangan turuti permintaan mereka."

"Menolak berarti memperumit keadaan, namun itu menunjukkan kekuatan kita bahwa kita tidak tunduk pada mereka." Kata Anna. Dia menatap semua yang hadir di ruang rapat itu satu-persatu. Hanya dirinya dan Irene lah yang merupakan perempuan di ruangan itu. Mereka semua yang ada di ruangan itu adalah para bangsawan dan Jenderal, para pria berkuasa, yang usianya lebih tua darinya. Tapi mereka akan mendengarkan semua perkataannya karena Anna lah pemimpin mereka semua. "Namun... jika kita menerimanya dengan gamblang, kedepannya kita akan semakin dimanfaatkan oleh mereka dan mereka akan memandang kita sebagai bangsa yang lemah karena semudah itu menyerahkan wilayah kekuasaan kita."

"Kita bisa menerima permintaan mereka dengan persyaratan." Usul Jenderal Tyros Engelberg. Dia adalah jenderal termuda di antara para Jenderal, Dia seusia dengan Xavier-Anna menduga Sang Jenderal justru lebih muda dari Xavier, dan biasanya lebih suka diam mendengarkan saat rapat besar, tanpa menunjukkan minat dan terlihat tak peduli. Jadi Anna sedikit tertarik pada usulnya saat Jenderal Tyros yang biasanya diam dan tampak tak peduli justru angkat bicara.

Bagaimana menurutmu? Tanya Anna.

Coba dengarkan dulu usulnya. Tyros biasanya memiliki ide-ide segar yang di luar pemikiran siapa pun. Kata Xavier.

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang