Ibuku pernah mengatakan bahwa saat aku dilahirkan, hidupnya berubah.
Aku tak pernah benar-benar mengerti maksudnya, jadi aku menanyakan artinya padanya. Tapi dia hanya tersenyum padaku dan mengatakan bahwa kelak, suatu hari nanti, aku akan mengerti maksudnya. Intinya, dia sangat bahagia bahwa aku terlahir di dunia ini dan menjadi putrinya.
Hal itu membuatku bertanya-tanya dalam hati apakah itu sebabnya ibuku di usianya yang sudah empat puluh tahun, kembali mengandung. Benar, beliau hamil anak ke tujuh. Dan tepat setelah dokter Istana mengetahui penyebab dari kondisi Ibu yang melemah selama beberapa hari itu, Ibuku, Sang Tsarina menyatakan bahwa beliau mempercayakan Imperial padaku, kemudian ibu dan ayah pergi menikmati 'masa pensiun' mereka dengan tiga adik-adikku yang masih belum menginjak usia dewasa di rumah liburan mereka di Shina.
Aku tidak keberatan menjadi Tsarina di usia sembilan belas tahun—hampir dua puluh tahun, karena tentu saja aku sudah mempersiapkan diri sejak kecil untuk saat ini. Dan sungguh, aku sama sekali tidak keberatan ayah dan ibuku menikmati waktu mereka untuk berlibur jauh ke Shina tanpaku. Aku tahu betapa masa muda mereka dulu dihabiskan untuk membangun Imperial yang kini sudah menjadi negeri yang kuat, makmur dan damai. Aku sudah banyak mendengar kisah perjuangan mereka dahulu baik dari mereka berdua atau pun dari semua penghuni Istana. Jadi aku benar-benar mengerti kalau kini mereka ingin meninggalkan semua kejayaan mereka sebagai pasangan pemimpin Imperial yang amat sangat diagungkan serta dipuja semua orang, dan memulai hidup yang lebih sederhana dan tenang di Shina, jauh dari keramaian, di atas bukit-bukit yang keindahannya bahkan tak bisa kubayangkan.
Yang menjadi masalah sekarang adalah, Ibuku dan Ayahku memutuskan bahwa dua adikku lainnya sudah cukup besar untuk turut tinggal di Istana bersamaku. Si anak ketiga sekaligus pangeran pertama, Pangeran Edward Vladislav de Gratina del Norte le Grand yang baru saja genap berusia lima belas tahun, serta si anak kedua, Putri Leonora Eris de Gratina del Norte le Grand yang usianya hanya beda satu tahun setengah denganku, dinyatakan oleh Sang Tsarina Anastasia dan pasangannya yang sangat dicintainya, Raja Xavier, bahwa keduanya sudah cukup dewasa untuk tidak ikut dengan mereka ke Shina. Ya, itu lah masalah hidupku saat ini.
Aku tidak bermaksud mengeluh. Maksudku, jika dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Ibuku dan Ayahku dulu waktu mereka masih muda—perebutan takhta, pembunuhan terhadap orang tua mereka, perang, kematian, dan lain sebagainya—seorang adik laki-laki berusia lima belas tahun yang suka mengurung diri di perpustakaan Istana, serta seorang adik perempuan berusia delapan belas tahun yang hobinya adalah minggat dari Istana sehingga membuat seisi Istana kocar-kacir menemukan Sang Putri, tentu bukan masalah besar. Sampai akhirnya Sang Putri benar-benar menghilang selama seminggu dan masih belum ditemukan hingga sekarang.
Memang sempat ada perselisihan di antara kami. Bukan karena perebutan takhta tentunya, karena Leonora sama sekali tidak tertarik dengan takhta. Dia lebih berjiwa bebas dan hanya ingin menikah dengan pangeran tampan dan hidup bahagia selamanya seperti dongeng. Aku tak bisa menyalahkannya, karena itulah tepatnya yang terjadi pada Ibu kami. Ibu bertemu dengan seorang pangeran tampan yang kemudian menjadi Raja dan menikah dengannya lalu menyerahkan kesetiaannya, kerajaannya bahkan hidupnya pada Ibu dan menjadikan Ibu sebagai Tsarina. Lalu mereka hidup bahagia seperti yang ada di dongeng. Intinya, cita-cita Leonora adalah menjadi seperti Ibu kami. Tapi di Imperial tidak ada pangeran tampan di sekitar usia kami yang masih belum bertunangan dengan siapa pun yang akan rela menyerahkan segalanya seperti halnya ayah kami. Hanya ada seorang Grand Duke tampan yang menjadi idola kami berdua sejak kecil. Benar, perselisihan kami berawal dari Grand Duke yang tampan ini. Lebih tepatnya, paman kami yang tidak bisa menua dan hidup abadi. Grand Duke Leon Winterthur, pria paling tampan di Imperial—selain ayah kami tentunya.
Leonora—yang namanya merupakan bentuk penghormatan dari ayah kami atas jasa-jasa Sang Grand Duke untuk Imperial selama dia 'tiada' dulu—sangat menyukai Grand Duke Winterthur dan sudah menyatakan cintanya setelah berminggu-minggu dia menimbang-nimbang apakah sebaiknya dia menyatakannya atau memendamnya saja. Akal sehatnya dikalahkan oleh perasaannya yang sudah menggebu-gebu dan akibatnya, dia harus menerima pahitnya penolakan. Grand Duke Winterthur menolaknya dengan kalimat penolakan paling menyakitkan baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower of Eternity
FantasyLanjutan 'Lotus of East Palace' Seri terakhir dari 'The Rose that Blooms in North' "Banyak sekali bunga Wisteria yang bermekaran di Istana ini." "Itulah sebabnya Istana kami disebut Istana Wisteria." "Kudengar orang-orang Westerian dapat mengerti ba...