Reruntuhan Kastil Montreux, Montreux, Nordhalbinsel
Usai rapat dengan para Jenderal, Raja Xavier dan Grand Duke Winterthur pergi ke Montreux untuk pemakaman Jenderal Arianne Montreux serta memantau perkembangan pencarian terhadap korban-korban yang mungkin masih selamat. Jenderal Tyros Engelberg turut datang bersama pasukannya dari wilayah perbatasan timur untuk membantu wilayah Montreux.
Ada terlalu banyak korban meninggal dan luka parah. Sebagian besar didominasi oleh para prajurit wanita Montreux. Dan sebagian dari mereka ada yang kehilangan sebelah tangan, sebelah kaki, namun lebih banyak lagi yang mengalami trauma akibat pengeboman tersebut. Meski terdapat juga korban warga sipil yang meninggal dan luka-luka, namun tak sebanyak para prajurit wanita itu yang jumlahnya mencapai ratusan. Warga sipil di Montreux diberikan perlindungan dan dialihkan ke wilayah Trivone. Mereka mendirikan tenda-tenda di Trivone serta membuka Kastil Trivone yang tadinya merupakan rumah liburan untuk Ratu Irene. Mereka menggunakan Kastil Trivone untuk balai pengobatan dan tempat perawatan para korban. Raja mengerahkan para penyihir menara untuk turut membantu para dokter dan paramedis di Trivone.
"Arianne..." Suara Irene terdengar rapuh. Tak seperti dirinya yang selalu bersemangat dan penuh energi, saat melihat mayat sahabatnya serta kehancuran di Montreux, dia terlihat sangat terpukul. "Arianne, sahabatku... Maafkan aku..."
Xavier memeluk ibunya, mencoba menenangkannya, "Ini bukan salahmu, Bu. Kita tak pernah mengantisipasi hal seperti ini dapat terjadi."
"Siapa wanita cantik itu?" Bisik Tyros pada Leon dari kejauhan saat melihat Sang Raja memeluk wanita muda yang tampak seusia dengannya.
"Dia Ibu—" Tapi Leon buru-buru menghentikan kata-katanya. Dia ingat Xavier belum mengumumkan pada semua orang bahwa Ibu Suri, Irene Winterthur sudah kembali dari kematian yang diyakini oleh semua orang. Tidak bijak rasanya memberitahu hal ini pada siapa pun jika Raja belum mengumumkannya.
"Ibu?"
"Ibu Suri mengenalnya."
"Ibu Suri? Mendiang Ratu Irene maksudmu?" Tyros bertanya memastikan.
"Begitulah."
"Mustahil! Dia kelihatannya lebih muda dariku. Dia sepertinya belum lahir atau masih bayi ketika mendiang Ratu Irene meninggal."
"Ibunya dulu salah satu dayang Ratu Irene." Jawab Leon sebisanya karena tak terbiasa berbohong.
Tyros mengangguk-angguk seolah dia benar-benar mengerti. "Dimana dia tinggal?" Tanyanya kemudian.
"Kediaman Winterthur." Jawab Leon langsung, yang mana segera disesalinya.
"Denganmu? Kenapa?"
"Kenapa kau sangat ingin tahu? Itu bukan urusanmu." Leon mulai kesal.
"Dia tunanganmu atau kekasihmu?"
"Bukan."
"Kalau begitu, bantu lah rekanmu ini, Jenderal Leon. Aku ingin berkenalan dengannya. Dan... mungkin juga melamarnya. Dia luar biasa mempesona. Aku tertarik padanya."
Leon menarik kerah Tyros bersiap melayangkan tinju, "Jangan gila!"
Tyros tertawa sambil melepaskan diri dari Leon. "Kalau begitu dia pasti Ibu Suri Irene Winterthur. Sungguh kejutan besar bahwa ternyata beliau masih hidup. Semua orang akan sangat heboh kalau tahu." Ucap Tyros dengan santai seolah dia tidak baru saja membongkar rahasia besar.
Mendengar itu, Leon segera menurunkan tangannya. "Kenapa kau berpikir begitu?" Tanya Leon dengan hati-hati.
"Pertama..." Tyros merapikan kembali kerahnya. "Raja Xavier tidak akan pernah memeluk wanita lain seperti itu meski pun jauh dari Istrinya, kecuali jika wanita itu adalah anggota keluarganya sendiri dan setahuku dia tidak punya adik perempuan. Kedua, wanita muda yang sangat cantik itu memiliki mata emerald, kau mungkin tak tahu, tapi mata itu sangat langka dan hanya pernah terlihat di Westeria beberapa puluh tahun yang lalu, yaitu orang-orang Klan Reyes dari Westeria yang kini sudah punah. Dan meski Raja Vlad sudah menyingkirkan semua lukisan wajah Ratu Irene sehingga aku tak pernah tahu wajahnya, semua orang tahu Raja Xavier mendapatkan mata emerald yang sangat unik dan langka itu dari Sang Ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower of Eternity
FantasyLanjutan 'Lotus of East Palace' Seri terakhir dari 'The Rose that Blooms in North' "Banyak sekali bunga Wisteria yang bermekaran di Istana ini." "Itulah sebabnya Istana kami disebut Istana Wisteria." "Kudengar orang-orang Westerian dapat mengerti ba...