Chapter 28 : Tea and Talk

88 12 2
                                    

Catatan dari buku jurnal Raja Xavier:

Anna suka : Bunga mawar, macaron rasa vanila dan stroberi, semua jenis teh yang diseduh pekat dan diberi sedikit susu, dan Jenderal Leon. (Yang terakhir itu, dia sangat sangat sangat menyukainya sampai rasanya membuat hatiku sakit saat melihat dia terus menerus sedih setelah kepergian Jenderal Leon.)

Anna benci : Udara dingin, Nordhalbinsel, ayahku, dan mungkin juga aku.

Cara agar Anna tidak membenciku : Menjadi temannya. (Tapi bagaimana caranya?)

Catatan:

Hari ini aku melihatnya mengenakan gaun pengantin milik Duchess Francis. Tapi anehnya dia tampak malu dan terus menutupi wajahnya. Padahal aku ingin memandanginya, kurasa aku tidak akan pernah bosan memandanginya. Dia tampak menakjubkan dan bersinar. Seperti matahari. Dan aku kehilangan kemampuan berkata-kata setiap kali melihatnya. Aku pasti sudah gila! Bisa-bisanya aku berpikir ingin menikahinya saat itu juga! Aku bahkan hampir benar-benar melamarnya dengan cincin itu hari ini di kereta kuda. Untungnya aku bisa berkilah dengan menceritakan tentang cincin itu dan jantungku di dalamnya, dan bahwa itu memang miliknya. Anna akan semakin menjauhiku kalau dia tahu apa yang kurasakan terhadapnya, atau seberapa sering aku memikirkannya dan memimpikannya. Dia mungkin akan benar-benar membenciku. Aku seharusnya bersyukur jika dia mau berteman denganku saja. Aku benar-benar tidak punya harapan kan? Lagi pula hubungan kami hanya ada di masa lalu, bukan masa sekarang.

***

"Kau melamun." Suara Leon yang datang tiba-tiba dengan sihir teleportasi membuyarkan lamunannya.

Anna sedang berada di balkon kamar Vierra setelah memastikan putrinya itu sudah tidur dengan lelap. Dia tidak ingin buru-buru pergi ke kamarnya—yang sebelumnya adalah kamar Xavier. Jadi dia memutuskan untuk minum teh di balkon kamar Vierra. Dia memerintahkan salah satu anggota pasukan Serigala yang ditugaskan untuk menjaga putrinya agar menyampaikan pesan pada Leon agar menemuinya di balkon kamar Sang Putri.

"Aku sedang berpikir." Kata Anna. Dia kemudian menyesap tehnya sebelum teh panas itu menjadi teh dingin karena udara di Noord yang selalu dingin membekukan. Anna merapatkan mantel bulunya dan mengusap-usap batu permata ruby di cincinnya. Inti jantung Naga Api Agung menghangatkannya seperti sebuah pelukan.

"Apa yang kau pikirkan?"

Ada banyak hal yang sedang Anna pikirkan hingga Anna tak tahu harus mulai dari mana. Ada banyak sekali hal yang terjadi hari itu. Tentang Elyan yang kini menjadi tanggung jawab Leon—dan Anna sendiri tidak yakin apakah Leon benar-benar bisa merawat anak itu seorang diri, terlebih dengan banyaknya gosip buruk yang mulai beredar tentang 'anak di luar nikah Grand Duke Winterthur' di kalangan para bangsawan. Tentang keputusannya untuk bernegosiasi dengan Haru, padahal Anna sendiri belum sepenuhnya yakin bahwa dia dapat melakukannya. Tentang keputusannya untuk melawan Orient jika mereka menolak negosiasi itu. Tentang kedatangan Jenderal Tyros yang membawakannya buku jurnal milik Xavier sekaligus jepit rambut berisi inti jantung Naga Angin. Tentang permintaannya pada Ludwig. Tentang isi surat Xavier. Dan apa yang Anna lihat di bola mata Aletheia siang tadi.

Ada banyak sekali yang harus dia pikirkan sampai rasanya Anna tak tahu apakah dia akan dapat tidur malam itu.

Anna menoleh ke sampingnya, Leon sedang menunggunya menjawab pertanyaannya. Sepasang mata Hazel itu tak beralih darinya. "Leon... Apa pendapatmu kalau aku menjadikan Westeria sebagai bagian dari Imperial Schiereiland?"

Leon tampak terkejut mendengar pertanyaan itu. Tapi dia buru-buru mengatur ekspresinya agar terlihat tenang, kemudian menjawab, "Menurutku itu agak ambisius dan tidak seperti dirimu."

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang