Istana Utara, Di ujung Wilayah Utara
Salju tidak pernah berhenti turun di tempat itu. Langit selalu gelap tak peduli siang atau malam. Namun Istana itu dapat terlihat bahkan dari kejauhan. Istana Utara terbuat dari es yang tak pernah mencair, terletak di atas puncak gunung bersalju, tampak bersinar dalam kegelapan. Begitu indah dan tampak tak nyata, namun perjalanan ke sana bukan lah hal yang mudah. Tidak ada jalan setapak pada gunung bersalju itu. Tidak ada manusia biasa yang dapat pergi ke Istana Utara tanpa mati membeku atau pun terpeleset es dan jatuh dari ketinggian. Tapi Anna pergi bersama Leon sehingga dia dapat mencapai Istana Utara dengan sihir teleportasi.
Anna bersyukur tidak membawa serta Vierra dalam perjalanannya kali ini. Udara dingin nan membekukan itu bisa membunuh siapa pun, tapi Anna dapat bertahan karena cincin permata ruby nya yang menyimpan jantung Naga Api Agung yang selalu menghangatkannya. Meski awalnya dia merasa berat meninggalkan putrinya itu di Istana di bawah perlindungan Irene, putrinya yang masih belum berumur seminggu itu bisa mati akibat udara dingin ekstrem di Istana Utara. Istana yang kini dihuni oleh Eleanor dan Elias.
Leon menceritakan padanya bahwa Eleanor mengirimkan surat dan meminta untuk bertemu dengan Anna. Karena Eleanor tidak dapat meninggalkan Istana Utara dan terkurung di sana, maka Anna lah yang harus mendatanginya.
Eleanor tampak gugup saat Anna dan Leon memasuki Istananya. Tak terlihat wajah 'Roh Salju' yang kejam yang membunuh ribuan orang yang mereka lihat di perbatasan Wilayah Utara di hari kematian Xavier. Kini yang ada di hadapan mereka adalah seorang wanita yang mendapat kutukan untuk hidup abadi, terkurung di dalam Istana Utara selama seribu tahun. Eleanor telah mendapatkan hukuman atas perbuatannya.
Anna hanya diam memperhatikan saat Eleanor berlutut di hadapannya. Wajahnya menggambarkan penyesalan mendalam yang dia rasakan, namun tak ada air mata yang keluar dari dua bola mata yang sebiru es itu.
"Aku ingin meminta maaf dengan benar padamu." Eleanor mengawali kata-katanya dengan suara sejernih kristal. "Aku tahu, kau takkan bisa memaafkanku. Jika aku ada di posisimu pun aku tidak akan memaafkan perbuatanku. Kau berhak marah padaku. Tapi asal kau tahu, aku tak pernah berniat untuk membunuhnya. Aku menyayanginya seperti saudaraku sendiri. Aku sangat menyesal. Aku benar-benar minta maaf."
Eleanor masih tertunduk, menunggu kata-kata keluar dari bibir Anna. Kata-kata pengampunan yang terasa sangat mustahil, maupun kata-kata penuh amarah. Yang mana saja, akan dia terima dengan lapang dada. Tapi Anna hanya diam menatapnya dari kursi tempat duduknya yang sudah diberi sihir penghangat.
Leon berdiri tak jauh dari mereka, tangan disilangkan di depan dada, pedang tersampir di samping. Matanya terpaku pada dua wanita itu di hadapannya. Dia mengawasi, berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, meski sebenarnya Leon tahu Eleanor tidak akan bisa menyakiti Anna. Dia tidak akan bisa menyakiti siapa pun lagi sekarang.
"Bagaimana kau melaluinya?" Tanya Anna, setelah lama dia hanya diam membisu.
Eleanor mendongak, menatapnya, "Maaf?"
Anna turun dari tempat duduknya dan menghampiri Eleanor yang masih berlutut di atas lantai yang terbuat dari es. Dia mengulurkan tangannya pada Eleanor. Dengan ragu, mantan Ratu itu menerima uluran tangan Anna dan mereka pun duduk di atas kursi masing-masing.
Eleanor masih menatap Anna dengan bingung. Dia akan mengerti jika saat itu Anna menamparnya atau meluapkan amarahnya. Dia akan mengerti jika Anna menggunakan kekuatannya untuk membakarnya atau menghisap habis energinya dengan duri-duri mawarnya. Dia akan memaklumi jika Anna berusaha membunuhnya saat itu juga meski sudah tahu bahwa dirinya kini abadi. Tapi dia sama sekali tak memahami tindakan Anna yang memberinya uluran tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower of Eternity
FantasyLanjutan 'Lotus of East Palace' Seri terakhir dari 'The Rose that Blooms in North' "Banyak sekali bunga Wisteria yang bermekaran di Istana ini." "Itulah sebabnya Istana kami disebut Istana Wisteria." "Kudengar orang-orang Westerian dapat mengerti ba...