Chapter 27 : The Greenhouse

79 13 0
                                    

Setelah membaca surat itu, Anna hanya terdiam menatap kosong ke depan sambil memeluk kertas surat itu di dadanya. Dia kemudian memejamkan matanya, mencegah air matanya jatuh karena surat itu. Berbagai hal berkecamuk dalam pikirannya.

Apa yang kau pikirkan saat menulis surat ini, Xavier? Tanya Anna.

Aku hanya ingin membantumu sebisaku bahkan walau pun aku telah tidak bersamamu lagi. Suara Xavier menjawabnya.

Apa kau tahu akan jadi sehancur apa diriku setelah kau tiada? Jika kau pernah melihatnya di salah satu masa depan yang pernah kau lihat dalam mimpi-mimpimu, lalu kenapa kau tidak mencegah hal seperti ini terjadi?

Anna, sayang... Ini tidak sesederhana itu. Semua hal terjadi karena suatu alasan. Ini tidak terjadi begitu saja. Kematianku, yang juga mengakibatkan kematian Kaze dan Shuu, serta hukuman yang diterima oleh Elle sehingga dia tidak dapat melukai siapa pun lagi, sehingga Elle tidak bisa membunuh Leon, serta rencana Reina yang gagal menyiapkan Naga Baja untuk menghancurkan negeri kita—

Jadi kau memang sudah memikirkannya, bukan? Kau mengorbankan dirimu sendiri untuk melindungi kami semua. Untuk melindungiku, Vierra, Leon, dan seluruh negeri ini.

Suara itu tak menjawabnya lagi.

Lama Anna menunggunya menjawab, tapi hanya keheningan yang dia dapatkan. Keheningan itu membuatnya memikirkan lebih banyak lagi tentang isi surat Xavier.

Anna pun teringat pada saran Irene pada rapat sebelumnya yang juga disetujui oleh Xavier—atau bisa dibilang suara Xavier di kepalanya. Kemungkinan Irene menyarankan hal itu karena Irene memang sudah melihatnya terjadi di masa depan.

"Tunjukkan bahwa kau adalah Ratu para Naga."

Anna mungkin memang harus menunjukkan kuasanya sebagai Ratu para Naga. Dengan begitu Orient akan berhenti mengganggu negerinya.

"Kasih sayang dan pengampunan itu bagus, aku bersyukur kau memiliki keduanya, tapi terkadang, ada kalanya kau harus bangkit dan melawan. Bukan untuk menyakiti atau pun balas dendam, lebih untuk mencegah agar tidak ada yang disakiti lagi."

Kata-kata itu dalam surat dari Xavier terngiang kembali. Anna hampir dapat mendengar suara Xavier yang mengatakannya langsung padanya.

Pengorbanan Xavier tidak boleh menjadi hal yang sia-sia. Dia harus meneruskan perjuangan Xavier untuk melindungi seluruh negerinya dan rakyatnya serta orang-orang yang masih hidup di sekitarnya.

Jika dia tidak bertindak sekarang, maka kelak putrinya yang mewarisi takhtanya lah yang akan terkena imbasnya. Jika Anna gagal melindungi semua yang disayanginya, paling tidak dia harus berhasil melindungi semua yang masih hidup saat ini. Jika dia ingin Orient berhenti menyerang negerinya, maka dia harus bertindak.

Anna mengenakan jepit rambut pemberian Xavier itu dan melangkah keluar dari ruang kerjanya. Anna kemudian memerintahkan Eliza untuk memanggil Ludwig yang saat itu masih berada di Istana Utama agar dapat berbicara dengannya dan menemuinya di rumah kaca. Sementara itu, Constanza sudah lebih dulu pulang ke kediaman Smirnoff untuk menyiapkan pasukannya, berjaga-jaga jika negosiasi benar-benar tidak bisa dilakukan dan perang benar-benar terjadi. Anna juga menugaskan Constanza untuk mencari tahu siapa orang yang telah menyusup masuk ke kediaman Smirnoff dan mencuri bom Morta dari ruang kerja Ludwig. Karena besar kemungkinan orang itu adalah mata-mata Reina yang menjadi salah satu pekerja di rumahnya.

Matahari masih bersinar terang, beberapa jam sebelum senja tiba di Noord. Salju tidak turun sama sekali sepanjang hari. Jadi Anna memanfaatkan cuaca cerah hari itu untuk membawa Vierra keluar. Setelah memastikan keretanya cukup hangat dan nyaman dan Vierra mengenakan selimut tebal yang menghalau udara dingin, dia membawa kereta bayi Vierra menuju rumah kaca di tengah taman Tulip kristal, tempat Ludwig sudah menunggunya sambil meminum teh yang dihidangkan oleh para pelayan.

The Flower of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang