Istana Kaisar, Jungdo, Orient
"Tadi kau bilang mau pergi?" Tanya Yeon-Hwa. Suaranya selembut kain sutra dan sepelan bisikan angin karena pendengarnya berada tepat di hadapannya, sedang memeluk tubuhnya yang tak ditutupi sehelai benang pun selain selimut mereka. Mata biru es itu mengunci tatapannya. Mencegahnya beralih pada hal lain selain dirinya dan kebersamaan mereka.
Para penjaga melakukan tugas mereka, berjaga di luar kamar, tidak mengizinkan siapa pun menginterupsi. Maharani memerintahkan bahwa tidak boleh ada yang mengganggu malamnya, bahkan Kaisar sekali pun. Namun Kaisar memang tidak ada di Istana malam itu dan sudah tidak ada di Istana selama beberapa hari sebelumnya, juga tidak akan ada selama beberapa hari setelahnya karena kesibukannya.
Semua tahu bahwa Sang Maharani kerap membawa seorang pria ke kamarnya, namun tidak akan ada yang berani membicarakannya secara terang-terangan. Tembok Istana mungkin dapat mendengar, jendela-jendela Istana mungkin dapat melihat, tapi gerbang Istana bagaikan mulut yang tertutup rapat. Kaisar sekali pun membiarkannya dan berpura-pura tidak tahu meski sebenarnya dia mengetahui perbuatan istrinya.
"Oh, benar..." Kata Elias sambil masih membelai kekasihnya itu, menikmati kebersamaan mereka dalam malam yang hangat. "Aku bisa melupakan segalanya jika sedang bersamamu."
Yeon-Hwa menciumnya singkat. Menggodanya. "Jangan pergi." Pintanya. Lebih seperti perintah.
Elias menahan diri dari godaan itu. Meski sangat sulit baginya karena setiap hal tentang Yeon-Hwa, setiap tindakannya, setiap sentuhannya, sesingkat apa pun, bisa membuatnya lepas kendali. "Hanya sebentar." Katanya. Suaranya yang dalam seperti sedang memohon. "Aku hanya ingin mengucapkan perpisahan pada orang tuaku dan Elle. Aku harus meminta restu mereka untuk pernikahan. Setelah itu aku akan kembali lagi padamu."
"Dan kita akan menikah?"
"Dan kita akan menikah."
Yeon-Hwa tersenyum bahagia mendengar janji itu. Semenjak menjadi Maharani dan tahu bahwa Elias adalah pasangan jiwanya, bahwa mereka ditakdirkan bersama, bahkan meski awalnya dia tak peduli tentang takdir, Yeon-Hwa menginginkan pernikahan dengannya. Menginginkan cinta yang sebenarnya. Tidak seperti pernikahan politik dengan Haru, yang dia lakukan demi perdamaian.
Yeon-Hwa jadi mengerti kenapa Ibunya sampai rela meninggalkan kehidupan sebagai seorang Putri, kenapa ibunya lebih memilih tetap pura-pura lupa ingatan dan hidup sebagai rakyat biasa di Westeria. Karena Yeon-Hwa juga akan memilih pilihan yang sama demi bisa hidup bersama dengan Elias.
Namun pilihannya lebih rumit. Karena jika dia tidak menikah dengan Haru dan tidak menjadi Maharani, maka perdamaian yang dirinya dan Elias usahakan, mungkin takkan pernah terjadi.
Pada akhirnya, Haru memang menepati janjinya. Haru memberinya kuasa sebagai Maharani. Membuat suaranya didengar oleh semua orang. Membuat kata-katanya menjadi perintah mutlak yang berlaku di kekaisaran. Menaruh Orient di telapak tangannya. Haru juga tidak pernah menyentuhnya tanpa izin meski tidur di ranjang yang sama dengannya. Tidak juga meminta kesetiaan padanya. Haru membebaskannya, namun ternyata itu belum cukup.
Kebebasannya hanya ilusi. Dia tetap diawasi oleh jutaan pasang mata rakyatnya yang akan menudingnya sebagai wanita jahat jika mengkhianati Haru. Orang-orang menganggapnya sebagai seorang penari yang merayu Kaisar, menipu semua orang, dan membuat Kaisar membuang istrinya yang berdarah bangsawan serta menikahi dirinya yang hanya rakyat jelata. Orang-orang hanya tahu kisah tentang penari cantik dari rumah bordil, seorang gadis penggoda yang menjadi Maharani. Haru tidak memberitahu semua orang bahwa Yeon-Hwa adalah keturunan Kaisar Lee, tidak juga memberitahu semua orang tentang kebenaran terkait pemberontakan Kaisar Qin. Karena itu, Yeon-Hwa tetap dikenal sebagai gadis jelata yang beruntung, bukan pewaris takhta yang sebenarnya. Dia tidak bisa menunjukkan pada semua orang siapa pria yang benar-benar dia cintai dan ingin dia nikahi. Dan itu membuatnya merasa seperti hidup dalam sangkar yang cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower of Eternity
FantasyLanjutan 'Lotus of East Palace' Seri terakhir dari 'The Rose that Blooms in North' "Banyak sekali bunga Wisteria yang bermekaran di Istana ini." "Itulah sebabnya Istana kami disebut Istana Wisteria." "Kudengar orang-orang Westerian dapat mengerti ba...