Ruang Rapat Istana Utama, Noord, Nordhalbinsel
Pagi itu Anna dan Xavier bersiap akan memimpin rapat untuk menyatukan Schiereiland dan Nordhalbinsel menjadi satu kesatuan, yaitu Imperial Schiereiland. Sebenarnya hal ini sudah mereka bicarakan semenjak Xavier memutuskan untuk menyerahkan Nordhalbinsel pada Schiereiland. Namun Anna sempat menolaknya dan menyampaikan pendapatnya bahwa dia lebih suka jika mereka menggabungkan dua kerajaan tersebut dan mereka berdua memimpinnya bersama sebagai satu kesatuan secara sama rata dan seimbang.
"Kau saja. Aku akan membantumu dan mendukungmu. Aku mungkin bisa menjadi penasihatmu. Tapi kau lebih pantas memimpin." Kata Xavier.
"Kenapa kau berpikir begitu?" Tanya Anna.
"Kau anak sulung."
Anna tertawa sinis mendengarnya. "Kau juga."
"Uhm... tidak juga." Katanya. "Kau lihat pria di sebelah sana itu, meski tidak mirip, sebenarnya dia kakakku. Jadi aku bukan anak sulung." Kata Xavier sambil mengedikkan kepala ke arah Leon yang masih duduk di sofa bersama Irene untuk meminum teh dengan tenang sebelum rapat dimulai.
"Kau mungkin lupa, sebelum menjadi kakakmu, dia adalah anak angkat Ayahku. Dia juga kakakku. Jadi aku juga bukan anak sulung."
Leon yang merasa sedang dibicarakan, menoleh ke arah mereka. "Jadi kalian belum menentukannya? Kupikir diadakan rapat besar bersama para bangsawan hari ini karena kalian sudah menetapkan."
"Sudah. Aku setuju bahwa Imperial dipimpin oleh Tsarina Anastasia." Kata Xavier.
"Kenapa tiba-tiba menggunakan gelar itu?" Tanya Irene. "Kenapa tidak menjadi Maharani saja seperti kekaisaran Orient?"
"Itu gelarnya dulu sewaktu seluruh daratan ini adalah wilayah kekuasaannya." Jawab Xavier.
"Seribu tahun yang lalu. Dan itu pun sebelum Westeria dan Orient memutuskan untuk memisahkan diri dari Imperial." Jelas Anna. "Setelahnya aku mendapat gelar Ratu Agung. Ratu Agung Zhera."
"Ya. Jadi kau punya pengalaman menjadi pemimpin Imperial, Tsarina." Kata Xavier.
"Kau juga sudah berpengalaman menjadi pemimpin, Tsar."
"Tidak. Aku sejak dulu bergelar Raja, dan itu pun karena aku memimpin para naga. Yang memiliki gelar Tsar itu adalah ayahmu—ayahnya Ratu Agung Zhera maksudku—Tsar Schierei, pendiri Imperial. Tapi di banyak buku sejarah di masa sekarang, mereka menuliskannya sebagai Kaisar atau Raja. Sepertinya para penerjemah lupa, dulu kami menggunakan bahasa Halbinsel kuno sehingga yang ada hanya sebutan Tsar dan Tsarina." Jelas Xavier.
Penjelasan itu begitu akurat dan terperinci sehingga Anna kesulitan menemukan argumen yang tepat untuk mendebatnya.
"Leon, kau dulu mendapat pendidikan sebagai pewaris takhta sebelum aku dan Alexis lahir." Kata Anna. Leon mengangguk menanggapi. "Apa sebutan untuk pasangan Tsarina?" Tanya Anna.
"Tsar." Jawab Leon langsung.
Anna menoleh pada Xavier. "Kau dengar, pasanganku?"
"Grand Duke..." Panggil Xavier, tidak mau kalah dalam perdebatan itu, "Berdasarkan kitab hukum kepemimpinan yang kau baca, setelah aku menyerahkan Nordhalbinsel pada Schiereiland, siapa yang menjadi pemimpin dua kerajaan itu jika dua kerajaan tersebut digabungkan menjadi satu Imperial?"
Leon tampak berpikir sebentar, mengingat-ingat semua yang sudah dipelajarinya sejak kecil dahulu. "Ini rumit. Karena kau menyerahkannya setelah kalian menikah. Padahal dengan pernikahan itu sendiri, kalian sama saja sudah menyatukan dua kerajaan."
"Aku menyerahkannya sebelum kami meresmikan pernikahan di Nordhalbinsel. Pernikahan di Orient tidak bisa dianggap resmi di negara lain selain di Orient." Kata Xavier.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower of Eternity
FantasiLanjutan 'Lotus of East Palace' Seri terakhir dari 'The Rose that Blooms in North' "Banyak sekali bunga Wisteria yang bermekaran di Istana ini." "Itulah sebabnya Istana kami disebut Istana Wisteria." "Kudengar orang-orang Westerian dapat mengerti ba...