"Mules beneran anjrit abis liat muka si nenek lampir itu!" (Name) menggerutu.Sehabis melarikan diri dari kantin akibat adanya polusi berjalan yang tiba-tiba ngajak join di mejanya, membuat (name) berjalan tak tentu arah sekarang. Ya (name) sendiri masih belum tau seluk-beluk sekolah ini. Jadi dia jalan-jalan saja sekalian cari tahu. Tapi kayaknya sekarang dia nyasar deh.
"Ini dimana ya?" tanya (name) sembari menoleh kanan-kiri. Sepi. Tidak ada seorangpun yang lewat. Atau mungkin lagi pada di kantin semua? (Name) juga gak inget dia pernah lewatin lorong ini.
Celingak-celinguk memandang ke sekitar, (name) menangkap sesuatu yang familiar, "Eh bentar- itu kan?"
Matanya memicing, memandang sosok pemuda dengan tumpukan buku yang menggunung hingga menutupi sebagian wajahnya. Namun rambut hitam gradasi putihnya yang berciri khas di tambah dengan posturnya, membuat (name) mudah mengenali pemuda tersebut.
"Gak jadi sial gue." kata (name), "Mau nanya sekalian modus ah~" lanjutnya sembari menghampiri pemuda tersebut.
"Halo, kak Kita!" sapa (name) mencegat pemuda bernama Kita Shinsuke itu seperti begal. Shinsuke sendiri langsung berhenti begitu ada seseorang yang berdiri di depannya.
Kepalanya melongok -melihat siapa sosok begal-ralat, manusia yang mencegatnya.
"Oh? Kamu?" katanya setelah melihat wajah (name).
(Name) menyengir, "(Fullname). Anak baru yang waktu itu di anterin ke auditorium. Makasih banget lho yang waktu itu." kata (name) memperkenalkan diri.
"Bukan apa-apa kok. Udah tugas saya." balas Shinsuke sembari mengangguk. Walaupun mukanya ketutupan buku, tapi kepalanya masih keliatan kalo dia ngangguk.
"Kayaknya kak Kita lagi ribet ya? Mau aku bantu bawain?" tawar (name). Sekalian ia mau modus juga. Hehehe. Gak deng, bercanda. (Name) kan lagi nyasar, jadi dia nawarin bantuan supaya di bantuin balik. Gak enak kalo udah di bantuin, masa gak bantuin balik.
"Gapapa? Gak ngerepotin?" tanya Shinsuke merasa tak enak.
"Gak lah. Aku juga lagi luang. Lagipula waktu itu kan Kak Kita udah nganterin aku. Anggap aja balas budi." balas (name).
Kemudian ia mengambil setengah tumpukan buku tersebut. Barulah muka Shinsuke keliatan. (Name) sendiri bingung kenapa laki-laki itu mau repot-repot membawa tumpukan buku itu sendirian? Apa itu tugas OSIS? Kalaupun iya, kenapa gak minta bantuan orang lain?
"Makasih ya." ucap Shinsuke sembari tersenyum kecil.
(Name) tidak tahan untuk tidak mengulas senyum juga. "Santai aja."
"Oh iya. Ini mau di taro kemana?" tanya (name).
"Perpustakaan." jawab Shinsuke, (name) mengangguk.
Mereka lalu melangkahkan kakinya menuju perpustakaan yang berada di lantai lima. Jadi mereka menuju lift yang berada di ujung lorong.
"Kamu gak makan siang?" tanya Shinsuke. Soalnya di waktu istirahat, cuma (name) sendiri yang berkeliaran di saat yang lain lagi pada di kantin.
"Udah. Kakak gak makan?" (Name) bertanya balik.
"Niatnya sih abis ini." jawab Shinsuke. Karena banyak kerjaan, jadi makan siangnya agak di tunda. Ia sudah sering melakukan ini sih jadi gak masalah.
"Masa makan pake niat dulu sih kak? Kakak kan ketos, jadwalnya pasti padet apalagi udah kelas dua belas. Harus makan jangan sampai telat!" Tanpa sadar (name) mengomel.
Ya meskipun dirinya juga sering menunda makan, tapi kalau dia ingin melakukan aktivitas yang berat seperti olahraga atau mengerjakan tugas, (name) akan makan terlebih dahulu. Soalnya kalo gak makan, (name) gak akan ada tenaga untuk menjalani hari-harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIKYUU X READERS || HIGH SCHOOL ELITE!
FanfictionCerita tentang (fullname) yang baru pindah ke sekolah Elite yang isinya anak konglomerat semua. Dari yang anak CEO, tuan muda, anak pengusaha, pengacara, dokter, sampe juragan ayam pun ada. (Name) yang tadinya sekolah di SMA negeri mengalami cultur...