[48] Mabok

2.2K 382 50
                                    

Hai! Miss me? :D

*****

(Name) melipir dari para pemuda gila yang sayangnya kaya raya itu. Sudah cukup, ya, dirinya di bawa ke pesta ini. Ia tidak mau jadi pusat perhatian apalagi sampai menarik minat orang lain, seperti si pisang ijo yang beberapa saat lalu menggodanya.

"Mending gue mojok."

(Name) mengambil sepotong kue yang ada di meja dan mulai memakannya. Demi apapun, kue nya sangat enak. Rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut ketika masuk ke dalam mulut, memberikan sensasi tersendiri untuk (Name).

Mungkin (Name) asik makan sampai tidak menyadari ada sepasang mata yang menatapnya intens. Orang itu sibuk memperhatikan (Name), dari mulai sang gadis mengambil kue hingga ekspresi gadis itu ketika memakannya.

"Lo laper banget, ya? Kayak gak makan setahun."

Kepala (Name) menoleh cepat ketika mendengar suara yang dengan kurang ajarnya mengatakan hal tersebut.

Hal pertama yang dilihatnya adalah seorang pemuda dengan rambut keriting serta masker yang bertengger di mulutnya. Jangan lupakan sarung tangan putih yang membalut lengannya, mirip seorang pesulap.

Awalnya (Name) terkejut, tapi juga heran kenapa pemuda ini tidak bergabung dengan yang lain dan mengapa malah memilih untuk mojok di sudut ruangan seperti ini seolah sedang menjauhi kerumunan?

"Bukan urusan lo. Kalo lo gak suka, gak usah dilihat." (Name) membalas dengan ketus. Ia tidak mau pemuda ini mengganggu acara makannya yang khidmat.

"Seenggaknya makan yang bener." Dia berkata sembari menyodorkan selembar tisu dan mengisyaratkan kalau ada krim yang menempel pada pipi (Name).

"Kok baik? Tadi sarkas bener." (Name) membatin heran. Meskipun begitu, tangannya tetap terjulur mengambil tisu yang disodorkan. "Makasih."

"Nah, kalo gini kan lo jadi tau etika makan."

Netra (Name) sontak melotot mendengar perkataannya yang terang-terangan begitu.

"Maksud?! Berarti tadi dia mikir gue gak punya etika kah?! Lagian orang di pojok, siapa juga yang mau lihat?" (Name) membatin sambil misuh-misuh sendiri, "Gue tarik kata-kata gue yang tadi kalo dia itu baik!"

"Lo (Fullname) kan?"

(Name) reflek mengerutkan keningnya. Kenapa dia bisa kenal dengan (Name)? Dirinya saja tidak pernah bertemu dengannya sekalipun. Lantas, kenal dari mana?

Atau jangan-jangan—

"Gue pernah liat lo. Waktu main basket." perkataan dari pemuda itu berhasil mengeyahkan pemikiran-pemikiran (Name) yang sebentar lagi akan mengarah pada hal-hal yang tidak baik.

Dan lagi, kenapa dia tau kalau (Name) lagi bertanya-tanya? Cenayang kah?

Seolah tau, pemuda itu berkata yang mana semakin membuat (Nama) curiga."Ekspresi lo kelihatan jelas."

"Iyakah? Tapi gue gak kenal lo." kata (Name) jujur. Jangankan kenal, melihatnya saja pun tidak pernah.

Tunggu sebentar, berarti kalau dia kenal (Name) gara-gara lihat di lapangan basket, berarti dia anak HQ dong?

"Lo anak HQ?" tanya (Name).

Dia mengerutkan kening sembari melemparkan pandangan sinis seolah menyindir (Name) kalau pertanyaannya itu terkesan bodoh.

"Menurut lo?" sarkasnya.

"Nih orang ngajak ribut kah? Daritadi sarkas bener. Pengen gue comot mulutnya!" batin (Name) kesal.

HAIKYUU X READERS || HIGH SCHOOL ELITE! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang