Pagi-pagi sekali terlihat ruang guru maupun ruang kelas sudah gaduh dan terlihat juga beberapa siswa mondar-mandir tidak tentu arah. Nasya yang baru saja tiba jadi bingung sendiri. Lalu ia memutuskan untuk masuk ke ruang kelasnya. Setibanya di kelas, ia pun juga tambah bingung. Pasalnya semua kursi dan meja tersusun sejajar menjadi tiga barisan memanjang.
"Woy!! bencana apa lagi ini hah!" teriak Nasya yang berhasil membuat seisi kelas kaget.
"Astaghfirullah.. Masuk ucap salam kek. Ini malah triak" protes Ilham selaku ketua tatakrama di kelas.
"Bacot lo. Apaan ni sampe meja sama kursi disusun kaya gini. Wah-wah parah lo pada, masa kursi sama meja gua lo taro didepan sih, balikin ke tempat asalnya ga" kesal Nasya yang melihat kursi sama mejanya tiba-tiba ada di depan, depan meja guru lagi.
"Tenang aja kali Sya. Lo ga bakal duduk di situ kok. Lagian kan ini buat persiapan untuk ujian anak 12" jelas Juna.
"Ujian!? kok gua ga tau".
"Kita aja baru tau tadi Sya" ucap Bima.
"Jadi hari ini kita jamkos gitu?".
"Iya jamkos, paling bentar lagi juga pulang".
"Yah tau gini kagak usah sekolah gua tadi".
"Ya udah lah ya, udah terlanjur juga. Oya kantin yok, anak gua udah pada minta jatah ni" ucap Vano sambil mengelus perutnya.
"Hamil sama siapa lo!" tanya Nasya memelototi Vano.
"Awas entar matanya kluar baru tau rasa".
"Gua langsung ambil aja tu mata lo".
Setelah merapikan semua meja dan kursi, Nasya dan kelima temannya langsung menuju ke kantin sekolah. Kantin tampak sepi, hanya ada beberapa siswa disana. Dikarenakan sebagian siswa masih mempersiapkan segala keperluan.
"Oya, kok dari tadi anak baru itu ga keliatan ya".
"Iya juga ya. Ga sekolah kali dianya".
"Gua sih tadi sebelum masuk kelas sempat liat tu anak ada di rooftop, kalo gua ga salah liat sih dia sama cowok" sahut Bima.
"Rooftop? lo liat ga wajah cowok itu" tanya Nasya rada penasaran.
"Ga liat Sya, emangnya kenapa" tanya Bima balik.
"Ga pa-pa. Gua pergi bentar ya" Nasya segera beranjak dan berlari-lari kecil menuju ke suatu tempat.
Dengan napas terengah-engah, Nasya terus menaiki anak tangga yang lumayan panjang. Untuk bisa sampai di rooftop, tinggal dua puluh anak tangga lagi sehingga bisa sampai di sana. Sambil mengontrol napas dan detak jantung, tangan Nasya sudah terkepal kuat dan bergumam pelan.
"Kalo sampai itu beneran mereka berdua.. Liat aja, apa yang bakal gua lakuin".
Nasya membuka knop pintu dan mendorongnya pelan agar tidak menimbulkan suara. Belum sempat pintu terbuka sempurna, ia langsung dikejutkan oleh pemandangan yang ada didepannya itu. Bagaimana tidak, baju seragam yang tergeletak di lantai, sepatu serta kaos kaki terlempar kesana kemari, dan.. Sebuah gundukan besar sedang bergerak-gerak di atas sofa yang ditutupi kain.
Pikiran Nasya kini sudah travelling kemana-mana. Ia sudah tidak dapat berpikir jernih. Dengan tangan yang sudah gemetar hebat, ia pun memberanikan diri untuk membuka penutup kain itu dan...
"Ka-kalian sedang apa hah!!".
"Na-Nasya.. Kamu.. Ke-kenapa ada disini" kaget Gino dan segera memungut lalu mengancingkan baju seragamnya.
"Gua tanya kalian sedang apa disini! dan.. Tampa baju?" tanya Nasya semakin emosi.
"Ini ga seperti yang lo liat, lo salah paham".
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD GIRL IS MINE
Teen FictionNasya Aqilah Bramaskah anak bungsu yang cantik nan dimanja dan disayangi oleh Orang tua sekaligus Abang-abangnya .Anak dari sepasang suami istri yang bernama Evan Dimas Bramaskah dan Ayana Shahab yang hidup serba berkecukupan dengan sifat badgilrnya...