42

430 96 17
                                    

"Kak Jefri, ayo."

Padahal kala itu, Anna ingin mengajak Jefri pulang bersama.

Tetapi, pada akhirnya, jok belakang motor Jefri di isi oleh Ranya.

Benar, Anna ingat nama gadis itu. Anggota OSIS yang kerap Anna intip kedekatannya dengan Jefri.

"Duluan, Kak Anna."

Di depan gerbang sekolah, Anna lepaskan seulas senyum untuk Ranya yang menyapa. Sementara Jefri hanya sebatas membunyikan klakson saja.

Senyuman Anna musnah saat Jefri bersama Ranya lenyap dari pandangan mata. Yang timbul kali ini adalah seraut muram lantaran ditinggalkan orang-orang. Anna tak berniat menumpang di salah satu motor kosong kawan-kawan Jefri meski beberapa menawari. Anna bilang nanti ia pulang dijemput pacarnya.

Anna tidak bisa berpikir benar. Bahkan ia lupa kalau kondisi dompetnya sama keringnya dengan tenggorokan. Ia juga lupa bahwa Kay tidak bisa datang menjemput karena ada jadwal kuliah.

Minuman rasa markisa, Anna kerahkan sekuat tenaga untuk membuka tutup botolnya tetapi tetap tak terbuka. Alhasil, ia hanya sebatas memeluk itu sepanjang meruntuki kebodohan, berikut menikmati perasaan yang awutan.

Bagaimana cara untuk pulang, Anna sudah tidak memiliki ide. Ayah dan ibunya sama-sama susah dihubungi karena memang sedang disibukkan dengan pekerjaan.

Menendang kerikil, berjongkok mencabuti rumput-rumput kecil di sela-sela paving.

Anna menanti. Anna tak peduli sampai kapan.

Pikirnya, ia akan ada di sana dalam satu dua jam mendatang sampai nanti ayah atau ibunya mengabari akan pulang.

"Anna!"

Namun, ternyata dalam sepuluh menit kemudian, yang datang adalah Jefri.

"Jefri."

Anna bangkit dari acara berjongkok tanpa manfaat. Jok belakang motor Jefri kini kosong. Bibirnya melengkungkan senyuman, pun mata yang mulai sayu dipaksa menerbitkan dua buah sabit.

Jefri tak membalas. Ia hanya merogoh dompet dari tasnya, lalu mengambil selembar uang dua puluh ribuan yang kemudian ia berikan pada Anna.

"Buat naik ojek."

Tanpa mempersilakan Anna duduk di jok motornya, Jefri berlalu begitu saja.

Kata Jefri, "Buruan pulang, nanti keburu ujan."

Bahkan seruan setengah bergetar Anna kala bertanya, "Kamu mau ke mana?"

tak menuai balasan apa pun.




Maka tidak perlu dipertanyakan lagi, antara mendung dan sepasang mata, siapa yang lebih dulu menyerah.

[]

PAPER GLASS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang