34

428 90 2
                                    

Sebenarnya Jefri tidak ada urusan apa-apa di ruang OSIS. Kelas dua belas berarti ia purna tugas.

Perkataannya pada Anna hanya sebuah omong kosong belaka demi menggalakkan yang Taufan kata 'pantang baper sama pacar orang.'

Jefri hanya duduk-rebahan sembari menikmati cemilan. Kadang memberi saran kalau diminta. Selebihnya, Jefri habiskan dengan menonton film di laptopnya. Ponsel Jefri habis baterai, sedang di charge di pojokan ruangan.

"Nonton apaan, Kak?"

Ranya, perempuan manis, satu tingkat di bawah Jefri mendekati.

"Spiderman."

"Mau ikutan nonton, boleh?"

"Boleh kalo job-nya udah beres."

"Udah, kok. Bendahara. Tinggal nunggu uang proposal turun aja, hehe."

Jefri hanya tersenyum dan mengangguk. Berdua, mereka duduk melantai di atas karpet, sama-sama menyandarkan punggung pada dinding, dan sama-sama mensejajarkan kaki.

Sama-sama serius memperhatikan layar hingga seseorang di ambang pintu mengira Jefri benar-benar sesibuk itu dan tidak bisa mengantarnya pulang.

Anna berjalan lesu di tengah-tengah koridor yang se-sepi hati.

Ponsel dimainkan.

Kak Kay dihubungi. Namun, ditolak. Pesan Kay, "Entar dulu masih jam kuliah. Udah tahu 'kan sekarang kuliahku nggak daring lagi."

Anna menghembuskan napas berat. Namun, apa yang menggelayut di benak tidak turut terlepaskan. Anna butuh seseorang yang bisa menjadi tempatnya melepaskan cerita.

Maka, langkah dihentikkan. Haluan dipindahkan menuju perpustakaan.

Anna ketikkan pesan kepada seseorang.



Jef, aku nunggu kamu di perpus.
Nanti kalo rapatnya udah beres, kabarin, ya.

[]

PAPER GLASS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang