63

463 77 42
                                    

"Kalo Kak Anna gimana? Pernah suka juga nggak sama Kak Jefri? Secara 'kan kalian tuh katanya dari SD bareng mulu."

Konversasi masih berlanjut meski seisi benak Anna telah sedemikian ribut. Satu pertanyaan Ranya berhasil melempar Anna pada peperangan maha dahsyat. Hatinya berseru lantang bahwa sampai detik ini pun posisi Jefri masih belum juga terganti.

Namun, lisan Anna hanya bungkam.

Terkutuklah ia yang pada akhirnya memutuskan untuk menipu Ranya dengan senyuman palsu dan sepatah kata pengelakan.

"Enggak."

Sedetik berselang terbit seraut wajah sumringah. Ranya seperti tak percaya tapi dengan bahagia menerima. "Oh iya, 'kan Kak Anna udah punya pacar, ya."

Anggukan pelan Anna menyambut.

"Kak Kayrendra yang dulu alumni sini 'kan?"

Lagi, Anna hanya mengangguk.

"Btw, Kak Kay juga nggak kalah keren, sih. Ganteng juga. Beberapa kali pernah liat di depan sekolah jemput Kak Anna. Waktu itu juga datang ke acara dies natalies. Denger-denger orang tuanya donatur paling gede di sekolah kita."

Tak Anna sangkal apa-apa yang menjadi klaim Ranya terhadap pacarnya. Ia hanya tersenyum, tak senang, tak bangga juga mendengar pujian yang terlontar. Setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan. Ranya hanya tahu Kay sebatas permukaan, tetapi tidak dengan lapisan terdalam laki-laki itu yang barangkali hanya Anna dan Tuhan yang tahu.

Di samping sosok anak tunggal dermawan yang hidup di keluarga bergelimang harta, Kay adalah sosok manja, segala mau selalu harus dipenuhi atau ia akan terus merongrong hingga berakhir murka.

Bukan satu dua kali Kay memohon pada Anna untuk dipuaskan nafsunya setelah yang pertama. Namun, terang saja Anna menolak. Enggan mengulang kesalahan fatal serupa. Akibatnya, Kay marah dan mendiamkan Anna berhari-hari belakangan ini.

"Kak, menurut Kakak, Kak Jefri mau nggak, ya, jadiin aku pasangan promt night-nya besok?"

Kembali, pertanyaan Ranya menggaet atensi Anna utuh.

"Kenapa nggak coba tanya langsung aja sama Jefri-nya?"

"Malu, Kak. Udah pernah ditolak. Kalo Kakak nanti datengnya sama siapa? Pasti sama pacar, ya?"

Anna bahkan tak memikirkan siapa pasangan promt night-nya nanti. Tak pula terpikirkan oleh Anna untuk mengajak Kay datang ke sana sebab kiriman pesannya yang kemarin saja belum dibalas.

"Nggak tahu." Tersenyum kecut, Anna menunduk. "Nggak dateng kali."

Merasakan perubahan signifikan raut muka Anna di sana, Ranya kontan saja bertanya, "Atau Kakak mau sama Kak Jefri? Ajakin aja, Kak. Pasti Kak Jefrinya mau kalo Kak Anna yang ngajak."

Terang saja, tanpa banyak pertimbangan, Anna menggeleng. Senyuman kali ini tertampil lebih tulus. "Ajakin sama kamu aja."

"Serius, Kak?"

"Apaan nih serius-serius?"

Obrolan antara Ranya dan Anna disela oleh suara Jefri yang tiba-tiba turut nimbrung. Entah sejak kapan Jefri berdiri di belakang, di antara kursi dua perempuan.

"Kak Jefri ngagetin aja!"

Jefri hanya tertawa mendengar suara nyaring Ranya menuturkan protes. "Sorry, Ran."

Tak terdengar sama sekali suara Anna, padahal tadi Jefri perhatikan dari kejauhan, Anna banyak bicara dengan Ranya. Tiba-tiba saja, ia menaruh curiga.

"Udahan, yuk, ngomongin saya-nya. Udah mau adzan maghrib, nih. Yuk ke mushola!"

PAPER GLASS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang