68

397 65 7
                                    

Musim-musim berlalu setelah pelukan hangat di bibir pantai, di pagi buta itu.

Jefriyan Mas'adie Rayid masih kerap menyempatkan barang lima sampai sepuluh menit di antara sibuknya untuk memikirkan Anna Laila Husna

yang secara tiba-tiba nihil eksistensinya,
tak diketahui rimbanya,
sedang apakah dia dan di manakah dia,

Jefri tak pernah tahu, sampai tiba sebuah pesta.

BASKET SMA [73]

+62xxxxxxxx: Jangan lupa dateng ke nikahan gue, ya, gaes!

Jefri datang dan tahu

Anna, juga.
Memakai setelan gaun sederhana berwarna cokelat muda, rambutnya tak sepanjang sewaktu remaja, duduk tenang, dan hingga saatnya tiba

pergi ia menuju singgasana, dan

"Selamat, ya, semoga bahagia."

menyalami kedua mempelai yang berbahagia, Kai dan Andin, istrinya.

Pelan, tapi sampai ke telinga Jefri yang kebetulan duduk di jajaran terdepan bareng Doni, Taufan, dan teman-teman lain.

"Anna bukan sih, Jef?"

Tadinya Jefri juga bertanya-tanya ketika pertama kali menemukan sosoknya di depan portal gedung, sedang membayar ongkos untuk jasa ojek online yang ia pesan.

Penjaga portal tidak memperkenankan pihak tak berpentingan seperti tukang ojek untuk masuk kawasan sakral, sehingga Jefri yang kebetulan berlalu dan melewatinya, melihat melalui spion mobil, perempuan tak asing itu berjalan payah di atas dua hak tinggi.

Padahal setapak masih cukup panjang untuk dilalui.

Jefri sempat punya niat putar balik, tapi tak begitu yakin.

Mobilnya kala itu sudah cukup sesak oleh penumpang yang didominasi teman-teman SMA-nya.

"Anna nggak sih?"

Taufan ulangi pertanyaan yang tak satu orang pun iyakan.

"Iya, bener. Anna itu."

Doni menyuara, akhirnya.

"Wah, kok cantik?"

"Dari dulu dia juga udah cantik, sih."

"Maksud gue, makin-makin sekarang."

"Makin apaan nih?"

"Makin kebangetan cantiknya."

Bukan hanya Taufan dan Doni yang bicara kini, tetapi yang lain juga. Soal Anna, jadi bahan obrolan renyah. Anna yang ini, Anna yang itu, yang begini, dan yang begitu.

"Yang dulu dipepet Bang Kai 'kan?"

"Iya, sempet pacaran juga kok mereka."

"Kalau gue jadi dia, ogah banget lah dateng ke nikahan mantan."

Senyap. Mereka serempak menoleh pada satu yang sedari tadi hanya diam dengan pandang yang jatuh horizontal ke depan, ke sebuah punggung, lalu kemudian sepasang mata.

"Jef?"

"Hm."

"Anna, Jef."

Tak perlu diberitahu, Jefri pun sudah tahu. Lalu, kalau itu Anna, memangnya kenapa?

[]

PAPER GLASS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang