11

781 167 6
                                    

Pertemuan diakhiri dengan Kay yang membunyikan klakson mobil, melaju berlainan dengan arah motor Jefri.

"Jef, naik motornya jangan kenceng-kenceng. Dingin." Anna di jok belakang, berseru.

"Suruh siapa malem-malem pake gaun pendek gitu."

Tiada kepedulian dari seorang Jefri.

Anna mendengus. Tapi tak protes.

"Lain kali gak perlu alesan wifi rumah eror, pengen minum kopi, atau dikejar deadline. Bilang aja mau ketemu Bang Kay. Nggak usah boong. Dosa!"

Kini, Jefri telah tahu, penyebab Anna mengenakan pakaian seanggun malam ini, yang mana tak biasa terjadi. Dan, kenyataan bahwa Anna tak berdandan untuknya membuat Jefri mencelos.

Juga perihal kedatangan Kay yang Anna rahasiakan.

"Kalo aku bilang, nanti kamu nggak mau nganterin. Lagian, aku nggak sepenuhnya boong. Aku emang lagi dikejar deadline dan Kak Kay dateng buat bantuin aku."

"Lain kali jangan cuma nyuruh pacar buat bantuin nugas. Suruh pacar kamu jemput juga. Udah ada pacar 'kan sekarang?"

Satu lagi kenyataan yang menyebabkan suasana hati Jefri berubah kelabu. Keinginan menggebu Anna untuk punya kekasih sudah terpenuhi.

"Nanti Papah marah. 'Kan kamu tahu, aku nggak boleh keluar malem, kalo nggak sama kamu."

"Udah tahu nggak boleh, ya jangan dilakuin."

Mereka berseteru di tengah-tengah malam, di tengah perjalanan pulang.

"Iya, deh, yang nggak pernah membangkang perintah orang tua."

Lirih, Anna menjadi pihak terakhir yang menutup perseteruan. Jefri diam, memacu motornya kian kencang.

Jefri sedang berantakan dan ingin segera memulangkan Anna, lalu berbenah segegas mungkin.

Menata potongan hati dan pikiran yang mendadak tercecer di mana-mana, yang segalanya serba Anna Laila Husna.

"Jefri!"

Anna sangat antagonis malam ini.

"Dingin banget."

Anna tidak tahu atau bahkan tidak mau tahu perihal Jefri dan perasaannya setelah dicurangi.

"Jef, boleh peluk, nggak?"

Anna berlaku semena-mena.

Motor dihentikan Jefri di tepi jalan. Ia tanggalkan jaket jeans miliknya untuk kemudian diberikan pada Anna.

"Pake!"

Termangu. Anna menggeleng. "Kamu di depan, nanti kedinginan."

"Pake, Na!"

Ada keraguan di mata Anna.

Tanpa persetujuan Anna, Jefri memakaikan jaketnya pada perempuan itu.

"Udah tahu 'kan lagi musim ujan. Hawanya dingin. Nggak usah maksa pake gaun tipis pendek pula kayak gini. Cantik, tapi tersiksa buat apa."

Ada yang lain dari Jefri malam ini.

Anna sadar. Wajah rupawan itu tidak sekalem biasanya. Perlakuan laki-laki itu juga tidak selembut hari-hari sebelumnya.

Jefri selalu mengutamakan keselamatan.

Jefri selalu berusaha menjauhi larangan.

Namun, malam ini, ada yang tidak biasa dari seorang Jefriyan Mas'adie Rasyid.

"Jef, kalo nggak boleh pegangan, bawa motornya pelan-pelan! Aku takut jatuh."




"Ya udah, pegangan!"

[]

PAPER GLASS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang