36

443 97 2
                                    

Koridor masih sepi saat itu. Jefri berangkat pagi. Anna juga, entah kebetulan atau memang sengaja. Bukan diantar pacar atau ayahnya, hanya tukang ojek online.

Jefri sempat melihat pemandangan Anna membayar ongkos tanpa diberi kembalian. Maklum, masih pagi, abangnya belum dapat pemasukan.

Anna pun tak keberatan. "Ambil aja, Bang," terangnya, tersenyum.

Namun begitu memasuki gerbang, senyuman Anna lenyap. Kembali muncul ketika Jefri memantiknya, pun itu hanya sebentar.

Ingin hati bertanya apa masalah Anna hingga hari-hari hanya terus membuatnya bermuram durja. Namun, sampai langkah sejajar mereka menuai penghujung yakni ambang pintu kelas Anna, Jefri berat lisan dan juga hati untuk memulai percakapan.

"Jefri."

Yang dipanggil menoleh.

Jefri memenukan Anna masih berdiri di depan pintu kelas, tak lantas masuk. Ia menunduk, seperti sukar mengutarakan maksud.

"Mau ngomong apa, Na?" Sampai kemudian Jefri bertanya lembut.

Anna memilin ujung tali tas gendongnya. "Nanti pulang bareng, ya."

Kali ini, Jefri yang menunduk. Tangannya menggusak leher belakang. Merasa berat mengutarakan jawaban.

"Saya rapat bareng anak-anak OSIS dulu, nggak apa-apa?"

Jefri tidak membual. Ia sungguh-sungguh diminta menghadiri rapat sebagai perwakilan senior. Meski jabatan Jefri dulu tidak setinggi ketua, kinerjanya sebagai wakil betul-betul dinilai luar biasa.

"Sampe jam berapa?"

"Kayaknya enggak lama, mungkin."

Seingat Jefri, perencanaan acara sudah delapan puluh persen tersusun. Rapat kali ini mungkin akan singkat saja.

"Lama juga enggak apa-apa."

Kening Jefri berkerut. "Mau nunggu? Atau mau pulang duluan?"

Kuku-kuku dimainkan Anna asal sebelum mengangkat kepala. "Nunggu, boleh?"

Jefri terdiam. Bukan keberatan, hanya cukup terperangah.

Anna yang mudah bosan tiba-tiba mau menunggu meski berapa lamanya tidaklah tentu. Bukan pertama kali, mengingat Anna juga pernah menunggu Jefri hingga terkunci di perpustakaan tempo hari.

Namun, bagi Jefri, ini tetap tabu sehingga yang diberikan laki-laki itu sebatas anggukan ragu sebelum berlalu. 

Sepintas, Jefri dengar petuah Anna di ujung sana.




"Jef, fokus rapat aja! Kapanpun selesainya, bakal aku tunggu."

[]

PAPER GLASS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang