Stay Here ( 07 )

298 17 0
                                    

_Jangan Lupa-_Vote__Comment_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_Jangan Lupa-
_Vote_
_Comment_

Happy Reading.........

"Fateh hari ini pulangnya sama Kakak ya?" Fateh yang duduk di samping Dokter Dea mengangguk tanpa melihatnya. Pikirnya saat ini sedang tidak baik, banyak pertanyaan yang bermunculan di kepalanya yang ingin Fateh tanyakan, tapi Fateh tak mungkin mampu untuk melakukannya, karena Fateh bukan anak kecil lagi yang apa-apa harus di turutin, apalagi soal yang ingin Fateh inginkan yaitu perhatian, itu sangat tidak mungkin.

Dea melihat ke arah Fateh, dari raut wajah yang Dea lihat, Fateh seperti sedang memikirkan sesuatu, sampai Dea hanya bisa menggeleng melihat tingkahnya.

"Jangan terlalu berpikir dengan keras Fateh, anak seperti kamu saat ini, apa yang harus di pikirkan, nanti cepat Tua lho." Ucap Dea mencoba menarik perhatian Fateh agar Fateh bisa merespon ucapannya dan langsung membuyarkan pikirannya.

"Tua? Ateh harap bisa sampai usia itu Kak." Ucapan Fateh membuat Dea mengerutkan keningnya, lalu melihat kembali kearah Fateh yang masih fokus pada jalanan yang sedari tadi di lewatinya

"Kok ngomongnya ngaco, Fateh kenapa sih, coba cerita sama Kak Dea?" Tanya Dea, semoga Fateh bisa bercerita untuk mengurangi beban pikirannya.

"Kak Dea susah di ajak kerjasama, jadi mana mungkin Ateh menceritakannya, soalnya Kak Dea tidak bisa pegang janji." Jawab Fateh malas, lalu Fateh mengeluarkan Handphonenya sambil membuka akun sosial medianya, untuk menghilangkan rasa bosannya. Dea akui untuk ucapan yang Fateh katakan, karena Dea melanggar apa yang Fateh ucapkan agar tidak memberi tahukan pada Abangnya, Atta.

"Memangnya Fateh mau bicara apa, kayaknya penting Banget?" Dea mencoba memancing Fateh, karena Fateh bukan type orang yang bisa memendam perasaannya terlalu lama.

"Ateh nyesel pulang ke Indonesia Kak, karena sekarang mereka benar-benar sudah berbeda, tidak seperti dulu lagi, yang selalu memprioritaskan adik terkecilnya, tapi sekarang mereka malah sibuk dengan kerajaannya masing-masing, tidak lihatkah mereka, Ateh disini mulai kesepian Kak." Fateh menunduk, mencurahkan isi hatinya, dan akhir-akhir ini Fateh merasa anak yang cengeng, yang suka menangis, padahal Fateh adalah anak lelaki dari kesebelasan yang jarang sekali menangis.

"Dengerin ucapan Kakak sekali lagi, mereka pasti selalu memperhatikan Fateh, apapun alasannya, kamu tetap akan di perhatikan Teh, karena kamu sedarah dan tidak mungkin, mereka membiarkan kamu kesepian, Fateh harus percaya dengan omongan Kakak, mereka selalu sayang Ateh, bahkan mungkin lebih." Fateh terdiam, tidak berani lagi untuk menatap Dokter Dea, karena Fateh tidak mau terlihat sedih di depan Dokternya.

"Kakak sudah lama mengenal Bang Atta, dan Kakak sangat tahu betul bagaimana sikap Bang Atta, karena apa yang Fateh tuduhkan itu, salah." Tambahnya.

"Dari pada membahas ini semua, dan memang jika itu benar, sekarang Fateh harus bisa tersenyum, buktikan sama mereka, bahwa Fateh anak yang kuat, Ateh sudah besar dan mandiri, bisakan." Fateh mulai mengangkat wajahnya, melihat Dokter Dea yang menatap ke arahnya dengan senyum, dan dimana kini Fateh juga ikut tersenyum.

STAY HERE I ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang