Stay Here ( 40 )

289 13 0
                                    

_Jangan Lupa__Vote__Comment_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_Jangan Lupa_
_Vote_
_Comment_

Happy Reading.......

Aurel menggenggam tangan panas Fateh yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Akhirnya Fateh mimisan, dan terjatuh pingsan di dekapannya setelah terjadi kemarahan yang di lakukan kedua Abangnya yang lebih mendominasi memarahi Fateh, yang justru membuat Fateh terjatuh seperti ini, mereka akhirnya tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada Fateh dan Fuji, setelah Thariq menjelaskannya, dan mereka semua benar-benar menyesal telah melakukan ini pada Fateh. Kenapa mereka tidak bertanya dan menunggu sebentar penjelasan dari Fateh dan akhirnya mereka kembali pada ketakutan yang selama ini selalu ada dalam hidupnya.

Atta dan Saaih pikir semuanya tidak akan terjadi sampai seperti ini, sebelumnya mereka memang sangat kecewa dengan sikap Fateh, adik yang selama ini mereka didik dengan baik, dengan ajaran Abi dan Uminya, tiba-tiba saja berbuat buruk pada orang yang lebih besar darinya, apalagi seorang perempuan, tapi mereka tahu hanya dalam sebuah postingan yang belum bisa di selidiki kebenarannya. Sehingga kekecewaan mereka. Karena kekecewaannya terhadap Fateh mereka sampai tidak sadar bahwa adiknya itu sudah sakit bahkan sejak sebelum Fateh tiba di rumah.

"Tidurlah, Teh. Hari ini kau harus beristirahat, untuk mengembalikan keadaan tubuh kamu." Pinta Aurel pada Fateh yang masih terjaga saat sudah siuman dari pingsannya, hari sudah sangat benar-benar malam dan Fateh masih belum kembali tertidur.

"Kak Aurel janji tidak akan kemana-mana. Fateh jangan takut ya, kakak akan tungguin Fateh sampai bangun." Ucap Aurel sambil mengusap lembut wajah Fateh yang terlihat murung, kantung matanya sudah menghitam karena tak kunjung tidur, pipi Fateh pun semakin terlihat  nampak tirus. Tapi ucapan Aurel seolah angin yang lewat karena Fateh masih pada pendiriannya menolak untuk tertidur, dan menggenggam tangan Aurel semakin erat, sehingga Aurel tidak bisa berbuat apa-apa.

Cklek..

Terdengar suara pintu yang di buka, melihat siapa sayang masuk ke dalam ruangan Fateh.

"Sayang?" Panggil Atta yang masuk kedalam ruangan, di mana Saaih dan Thariq mengikuti dari arah belakang. Mereka melihat Fateh yang kembali terbaring di ranjang Rumah sakit, seperti, Rumah sakit ini adalah tempat kedua tempatnya untuk beristirahat. Padahal sudah 3 bulan ini Fateh tidak datang ke Rumah sakit ini, tapi sekarang Fateh kembali lagi.

"Kau istirahat dulu ya, biar aku yang menjaga Fateh, kamu benar-benar sudah kelelahan." Titah suaminya terlihat khawatir, sebenarnya Aurel ingin, tapi saat suaminya berucap seperti ini, Aurel merasakan tangan Fateh kembali menggenggam erat seolah Fateh menahannya untuk tidak beranjak.

"Fateh sama Abang dulu ya, kasihan Kak Aurel, ada baby juga lho di perut Kak Aurel." Mendengar ucapean dari Abangnya, rasanya Fateh ingin menolak, tapi yang di ucapkan Abangnya ada benarnya, sehingga pada akhirnya Fateh menurut, dan melepaskan genggamannya.

"Kak Aurel, gak akan pergi jauh kok." Fateh memejamkan matanya, saat Aurel mencium keningnya, walaupun Aurel adalah Kakak iparnya, tapi Kak Aurel benar-benar Kakak yang baik dan tidak pernah meninggalkannya di saat semuanya meninggalkan Fateh sendiri.

Saaih sudah tertidur pulas mungkin karena lelah, begitupun Aurel dan Atta yang terlihat membaringkan tubuhnya dan sudah pasti mereka berdua juga sudah tertidur, tatapi tidak dengan Thariq yang belum bisa memejamkan matanya, karena Fateh yang ia temani juga belum tertidur.

Thariq bingung sekarang harus berbuat apa, ia bahkan sudah banyak bercerita, tapi Fateh tidak sama sekali meresponnya, bahkan menjawab pertanyaan yang Thariq tanyakan. Mereka berdua terus ditemani dalam kesunyuan malam, Thariq yang melihat Fateh, dan Fateh yang melihat lampu malam yang terang di atas tubuhnya.

Thariq, Atta dan Saaih juga sudah meminta maaf dengan apa yang telah mereka lakukan, kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka sudah selesai, tanpa jawaban Fateh, dan mereka sudah yakin, melihat Fateh diam berarti Fateh belum bisa memaafknnya, tapi mereka juga sadar, itu adalah salah mereka sendiri, yang dengan mudah terprovokasi pada video yang saat ini sedang di cari siapa pelaku penyebarannya itu.

"Fateh, ayolah, apa kau tidak lelah, kau harus tertidur lagi Teh." Pinta Thariq sudah tidak bisa menahan Fateh untuk terus terjaga seperti ini.

"Ateh mau tidur selamanya Bang, Ateh nyerah dengan keadaan ini, sudah tidak ada yang sayang Ateh lagi, mereka sudah pergi meninggalkan Ateh, jadi Ateh mau pergi saja Bang." Thariq menggeleng dengan cepat, matanya kembali memanas, apa yang di ucapkan Fateh adalah salah, dirinya hanya saja sedang panik dan mungkin tidak bisa berpikir.

"Fateh jangan berbicara seperti itu, kita semua ini sayang Fateh, tidak ada yang meninggalkan Fateh, kita ada disini untuk Fateh." Fateh mengalihkan perhatiannya, melihat Thariq dengan air mata yang tiba-tiba saja terjatuh, melihat hal itu, Thariq menghapusnya, agar adiknya tidak menangis lagi.

"Ateh cape Bang." Thariq tidak tahu harus berbuat apalagi, keputusasaan Fateh membuat ia kini kembali menangis, sampai Aurel yang tertidur kembali membuka matanya karena mendengar tangis Thariq, sehingga Aurel kini melihatnya.

"Sayang." Aurel mengguncang tubuh Atta pelan yang tertidur di sampingnya, tidak lama untuk mengembalikan Atta dalam keadaan sadarnya, kini Atta sudah ikut bangun dan melihat arah pandang Aurel, yang mengarah pada Fateh, sehingga Atta harus bangkit dan mendekatinya.

"Ada apa?" Fateh melihat ke arah Atta, air mata Fateh kembali jatuh kesamping, Thariq bangkit dan berjalan keluar begitu saja, tanpa melihat Atta yang kini di buat bingung dengan sikap adiknya.

"Ada yang sakit?" Fateh menggeleng, Atta menarik kursi, lalu duduk, dan Aurel datang kembali, langsung duduk di tempat Thariq. Fateh menarik tangan Aurel, dan menyimpan di dadanya, Aurel hanya diam, dan memperhatikan perlakuan Fateh padanya.

"Jangan tinggalin Ateh, saat Ateh terbangun nanti, Ateh ingin melihat Kak Aurel tetap ada di samping Ateh." Pintanya dengan suara yang semakin pelan. Aurel mengangguk, lalu ia mengusap kepala Fateh dengan tangan satu lagi.

"Fateh jangan pernah takut, Kakak ada selalu disini, dan gak akan pergi kemana-mana." Fateh tersenyum mendengarnya, ia percaya dengan ucapan Kakaknya, akhirnya rasa lelah benar-benar menghampirinya, secara perlahan, Fateh mulai memejamkan matanya, dan tertidur dengan damai tanpa melepaskan tangan Aurel yang berada di genggaman Fateh.

"Apa Fateh marah sama aku sayang?" Tanya Atta pada istrinya yang mendapat perlakuan berbeda dari Fateh.

"Fateh tidak pernah marah, saat ini mungkin Fateh hanya sedang kecewa, karena perlakuan kamu sebelum itu terjadi." Jawab Aurel, ia juga sebenarnya kecewa saat belum tahu semuanya pada Fateh, tapi beruntungnya, Aurel bisa menahannya, kalau tidak mungkin kejadian akan lebih parah dari hal ini.

"Aku benar-benar menyesalinya sekarang, kenapa aku tidak bisa tenang dan berpikir sebentar saja dengan kejadian seperti ini." Atta mengusap pelan rambut adiknya, wajahnya benar-benar pucat, dan sembab karena kelamaan menangis, melihat kejadian seperti ini, berarti bukan mereka yang menjadi penyebab Fateh, melainkan dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol emosinya.

"Sudahlah sayang, ini sudah terjadi, kita tidak perlu membahasnya lagi." Atta diam setelah mendapat jawaban dari istrinya, mungkin saat ini memang benar, bukan saatnya membalas apa yang sudah terjadi, tapi bagaimana mereka mulai memperbaikinya dan menjadikan ini adalah satu pembelajaran, bahwa mereka tidak boleh bertindak cepat dan seharusnya bisa mendengar penjelasan dari Fateh terlebih dahulu di saat Fateh sudah mulai tenang.

To Be Continue...........

STAY HERE I ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang