Stay Here ( 47 )

278 15 0
                                    

_Jangan Lupa__Vote__Comment_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_Jangan Lupa_
_Vote_
_Comment_

Happy Reading..........

Pintu kamar Thariq terbuka, Sohwa melihat Fateh yang tertidur dalam dekapan Abinnya, lalu ada Uminya yang tertidur di sampingnya.

"Abiiii.. Umiiii.." Sohwa mengguncang pelan tubuh Abinya, begitu juga dengan Uminya, keduanya kini sama-sama membuka matanya. Umi bangkit dari tidurnya, dan melihat ke sekeliling ada Sohwa yang tengah tersenyum menatapnya. Lalu melihat ke arah Fateh yang berada di dekapan Abinya masih tertidur pulas dengan selimut yang masih membungkus tubuhnya.

Umi melepaskan termometer yang masih bertengger di mulut Fateh. Lalu melihatnya dan tersenyum saat dirasakannya tubuh Fateh sudah tak menggigil lagi seperti sebelumnya. Dengan pelan, Umi kembali lagi mengusap lembut rambut Fateh dan turun dari tempat tidurnya.

"Umi, Abi, barusan Bang Atta telpon, mereka hari ini menunggu kalian." Beritahu Sohwa pada kedua orang tuanya. Hari ini adalah kepulangan Atta dari Rumah Sakit yang akan di adakan sebuah penyembutan, dan tentunya keluarga Gen Halilintar di utamakan harus hadir dalam acara yang akan di siarkan secara live ini.

"Tapi..." Ucapannya terhenti saat melihat Fateh yang berada dalam dekapannya ini, dan Abi juga tidak bisa harus meninggalkan Fateh, karena saat ini Fateh masih sakit.

"Abiiii, pergilah, urusan Fateh biar Sohwa yang  jaga disini, Abi jangan khawatir, pasti Fateh aman sama Sohwa, Saaih juga akan nemani Sohwa disini, jadi lebih baik Umi sama Abi pergi saja, kasihan Bang Atta yang hanya di teman Bang Thariq nanti." Ucap Sohwa yang sangat mengerti dengan keadaannya saat ini

"Tidak Sohwa, Abi benar-benar tidak bisa meninggalkan adik kamu dalam keadaan seperti ini." Abinya mengeratkan dekapannya pada Fateh yang masih tertidur dengan lelap, Uminya ikut melihat Fateh, dan apa yang di katakan Abinya memang benar.

"Tapi Abi, kalau Abi dan Umi tidak pergi, adik-adik yang lain juga kayaknya tidak mau pergi, mereka ingin melihat baby Bang Atta bersama Umi dan Abi, terus Bang Atta mungkin akan kepikiran kenapa kalian pada tidak datang." Sohwa mengingatkan Abinya, di sisi lain Fateh mungkin masih bisa di jaga sama anaknya yang lain, tapi untuk penyambutan ini, hanya terjadi sekali bukan. Abi membelai lembut rambut Fateh yang terkulai di dadanya.

"Abi, Sohwa tahu ini sangat berat buat Umi dan Abi, tapi jika untuk membatalkan kedatangan Umi dan Abi mereka akan membenarkan, berita-berita bahwa Umi dan Abi memang sudah tidak peduli sama Kak Aurel, kemarin saat kelahiran Kak Aurel Umi dan Abi tidak hadir, sudah banyak pendapat-pendapat yang cukup buruk, Sohwa tidak mau Abi, memperkeruh lagi suasana ini, apalagi sampai Fateh tahu. Abi tenang saja, Fateh akan baik-baik saja, karena ada Aku dan Saaih yang akan menunggunya." Ucapan yang di keluarkan Sohwa memang benar-benar, jika mereka berdua tidak mendatangi undangan ini, akan semakin berdampak buruk, dan kasihan juga sama Atta yang akan menanggung malu akibat ucapannya kembali salah.

"Terimakasih Sohwa, sudah mengingatkan Abi, kamu benar, jika Abi kembali membatalkan undangan ini, akan banyak opini buruk yang terjadi. Kalau begitu, titip dan jaga Fateh sebentar ya, Abi janji setelah semuanya selesai, Abi dan Umi akan langsung pulang.

"Iya Abi, sama-sama." Sohwa mengambil alih tubuh Fateh dari dekapan Abinya. Rasanya Sohwa ingin menangis begitu saja melihat adiknya. Sohwa saat ini seperti sedang menimbang seorang bayi yang tidak bisa melakukan apa-apa.

"Fateh, maafin Umi sama Abi ya, harus meninggalkan Fateh dulu, Umi sama Abi janji, jika saat nanti acaranya telah selesai, kami akan segera pulang dengan cepat." Ucap Uminya sambil menciumi Fateh cukup lama.

"Sohwa titip Fateh, jika ada apa-apa langsung telepon Abi." Sohwa mengangguk, ia pasti akan melakukan itu.

-----

Kediaman Atta benar-benar sangat ramai, dengan adanya satu stasiun televisi yang akan meliputi kegiatannya hari ini yang akan disiarkan secara langsung. Keluarga Gen Halilintar sudah pada tempat duduk yang sudah disiapkan, begitupun juga dengan keluarga The Hermansyah, dan Krisdayanti yang sama-sama sudah berada di tempatnya.

"Saya tidak melihat Fateh, bagaimana keadaannya sekarang." Tanya Anang pada Hali yang saat ini sedang duduk bersebelahan.

"Semalam demam, tapi pagi tadi panasnya Allhhamduliah sudah turun, jadi Fateh tidak bisa mengikuti kegiatan hari ini." Hali menjawab pertanyaan dari besannya.

"Syukurlah, padahal kemarin saat saya menjenguk dengan keluarga ke Rumah masih baik-baik saja dan malah berlarian kesana kemari." Ucap Anang seingatnya yang 3 hari yang lalu sekeluarga datang menjenguk Fateh.

"Iya, kemarin kehujanan bersama adiknya, jadi Fateh demam kembali, sekarang benar-benar sudah rawan sekali dengan kondisi tubuhnya." Hali menunduk, Anang hanya bisa menguatkan besannya ini. Kalau dirinya berada di posisinya mungkin tidak akan sekuat besannya saat ini.

"Bapak dan Ibu dari Atta dan Aurel di persilahkan untuk mendekati cucunya dan ikut bergabung bersama putar dan putrinya." Anang mempersilahkan Hali untuk berjalan terlebih dahulu, mendekati Cucunya yang sedang berdiri dalam gendongan Atta. Kini akan di lakukan sesi photo-photo, bersama keluarga besar. 

Setelah itu mereka semua melanjutkan rangkaian-rangkaian kegiatan yang akan di lakukan.

"Ucapan selamat dari perwakilan keluarga Gen Halilintar yang akan di ucapkan Muntaz Halilintar, anak kesembilan dan merupakan adiknya dari Atta Halilintar." Semua teralihkan pada Muntaz yang saat ini sedang berjalan, lalu berdiri di ujung kiri dengan memegang buket bunga berwarna ungu, dan satu mix yang menjadi pengeras suaranya.

"Hari ini aku akan berbicara memakai bahasa Indonesia, agar semua mengerti apa yang ingin aku ucapkan tulus dalam hati." Semua tersenyum mendengar ucapan Muntaz, dan langsung memberikan tepuk tangannya yang sangat keras.

"Aku datang dan berbicara mewakili dari adik-adiknya Bang Atta, yang saat ini tidak lengkap." Ucap Muntaz, disini, Atta baru tahu dan sadar bahwa ia belum melihat beberapa adiknya.

"Bang Atta dan Kak Aurel selamat menjdai Ayah dan Bunda buat ponakan pertama Muntaz, terimakasih sudah memberikan kami semua kebahagiaan yang benar-benar luar biasa, kami semua di sini sungguh sangat berantusias saat Bang Atta memberitahu kami bahwa Kak Aurel sudah melahirkan, dan kami semua rasanya ingin sekali cepat-cepat agar bisa bertemu dan melihat wajah keponakan kami yang sangat cantik." Mereka tersenyum mendengarnya, lalu kembali memandangi Muntaz.

"Dari semua adik-adik Bang Atta, yang sangat perhatian itu adalah Muntaz, mereka yang hadir tidak membawa apa-apa, tapi disini Muntaz membawanya buket Bunga buat Kak Aurel dan Bang Atta, tapi tunggu dulu, ralat ya, ini itu Bunga yang di buat khusus untuk Bang Atta dari Muntaz dan Bang Fateh." Mereka tertawa.

"Bang Fateh sampai tidak hadir, karena kemarin kami pulang sampai kehujanan, jadi Bunga ini penuh histori dan perjuangannya, di terima dengan baik ya Kak Aurel dan Bang Atta." Muntaz berhasil lalu memberikan buket bunga itu pada Bang Atta yang langsung di terima dan di ciumnya, Atta juga mencium kening Muntaz dan bergantian dengan Kak Aurel.

"Mungkin hanya itu saja yang mau Muntaz ucapkan, sekian dan terimakasih." Muntaz memberikan Mic itu dan langsung pergi dengan menghapus air matanya, Sajidah mengikuti Muntaz untuk menenangkan, ia tahu betul bagaimana perasaan Muntaz saat ini, yang berniat akan memberikan Bunga itu berdua, kini menjadi seorang diri, sungguh Muntaz tidak kuat dan ingin saja Muntaz pulang ke Rumah saja, menemani Abangnya.

To Be Continue........

STAY HERE I ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang