Stay Here ( 30 )

263 14 0
                                    

_Jangan Lupa__Vote__Comment_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_Jangan Lupa_
_Vote_
_Comment_

Happy Reading.......

Pagi ini semua terlihat normal, kediaman Gen Halilintar sudah pasti ramai, karena terlihat jelas, Qahtan dan Muntaz membuat Kakak dan Abangnya sudah berteriak pagi ini dengan kegilaan tingkah mereka berdua. Sampai teriakan dari arah dapur yang bisa menghentikan semuanya, karena sarapan sudah siap. Satu persatu semuanya mulai berdatangan memenuhi meja makan yang penuh dengan hidangan pagi, termasuk Fateh yang datang terakhir dan duduk dekat Qahtan, karena hanya itu kursi yang tersisa.

Fateh tidak sadar, bahwa keluarganya kini sedang memperhatikannya, pikir mereka Fateh tidak akan keluar, karena masih sakit, tapi nyatanya Fateh sudah bisa bergabung dengan mereka, membuat mereka merasakan lega, karena Fateh sudah tidak apa-apa.

"Are you oke Bang?" Tanya Qahtan yang duduk dekat Fateh, sambil melihat wajah Abangnya.

"I'M oke, jangan khawatir." Qahtan tersenyum dan langsung memeluk Abangnya, membuat aktivitas Fateh yang sedang mengambil makanan terhenti dan ikut membalas pelukan Qahtan terlebih dahulu.

"Kalau begitu hari ini kita bisa sama-sama pergi ke Rumah Sakit." Senang Qahtan yang di angguki semuanya, kecuali Fateh yang tidak mengerti, dan kini menatap Uminya yang berada di ujung dekat Abinya.

"Kak Aurel hari ini mau cek kandungannya memangnya Fateh tidak tahu?" Fateh membuka mulutnya tidak percaya, benarkah mereka akan ikut memeriksa kandungan Kakaknya, pasti rumah sakit akan penuh.

"Handphone Fateh ada di Saaih Umi." Ucap Saaih menjawab pertanyaan Uminya yang di tunjukkan pada Fateh.

"Oh pantesan, ya sudah ayo segera dimakan, soalnya Umi sudah tidak sabar mengantarkan Aurel ke rumah sakit untuk cucu pertama Umi." Ajak Uminya yang di angguki semuanya. Ini adalah kabar terbaik menurut mereka, karena akan ada calon anggota kecil yang baru dari keluarganya, yaitu anak pertama dari Abangnya, yang akan menjadi cucu dari Umi dan Abinya, serta ponakan pertama dari Tante dan Omnya yang benar-benar sangat banyak.

Selera makan Fateh tiba-tiba saja menghilang, padahal ia belum memasukkan satu suap pun, sudah beranjak pergi meninggalkan yang lainnya yang kini terkejut dan saling lihat satu sama lain tidak mengerti.

"Biar Saaih yang susul." Saaih ingin beranjak.

"Umi saja, lebih baik kamu lanjutkan makannya." Saaih kembali duduk, dan membiarkan Uminya yang pergi meninggalkan meja makan, ada yang mereka pikirkan saat ini, sebenarnya ada apa dengan Fateh, dan kenapa lagi.

"Apa Bang Fateh marah, karena Qahtan peluk?" Tanya Qahtan.

"Tidak sayang, bukan karena itu, lanjutkan saja ya sarapannya." Titah Sohwa yang di balas anggukan Qahtan.

Uminya secara perlahan membuka pintu kamar anaknya, sudah dapat di lihat, Uminya kini melihat Fateh yang sedang duduk di bawah kasur dengan memeluk lututnya. Seorang ibu memang tidak pernah salah dengan perasaannya, ia bisa saja merasakan apa yang sedang dirasakan Fateh saat ini.

STAY HERE I ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang