Stay Here ( 34 )

209 12 0
                                    

_Jangan Lupa__Vote__Comment_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_Jangan Lupa_
_Vote_
_Comment_

Happy Reading......

Ini adalah sebuah mimpinya, untuk mempunyai mobil yang saat ini semua Gen Halilintar sedang merundingkannya. Atta telah menceritakan kepada Umi dan Abi mengenai keinginan Fateh yang ingin membeli mobil merah seperti warna kesukaannya. Fateh sendiri sudah terlelap satu jam yang lalu, karena pengaruh obat yang telah di minumnya, sehingga saat perundingan ini tidak ada Fateh yang ikut serta, di tambah Qahtan dan Soleha yang juga sudah tertidur. Penyakit itu sudah tidak bisa di rahasiakan lagi, karena pada akhirnya semua keluarganya juga tahu dengan apa yang terjadi sama Fateh, saat secara nyata melihat Fateh kambuh disiang hari karena posisi mereka semua ada disana.

"Tapi Umi, masa ulang tahun Fateh kalian semua tidak hadir, kalau bisa kalian berangkat setelah ulang tahunnya?" Pinta Atta pada keluarganya, karena keberangkatan mereka akan di lakukan besok hari, tentu saja ada dua hari sebelum keberangkatan Fateh.

"Tidak bisa Nak, tiket juga sudah di beli, kontrak kerja sudah terlewati 4 hari, kalau seperti ini, kita tidak bisa menjalin kerjasama dengan mereka semua dan mungkin mereka akan pergi dari kita semua." Ucapan Abinya ada benar juga, karena ia pernah berada dalam posisi seperti ini, ketika harus mengesampingkan urusan pribadinya untuk sebuah pekerjaan.

"Kita juga sudah bicara sama Fateh, dan syukurlah, Fateh menerima semua ini, maka tidak ada alasan lagi buat kita tidak pergi." Tambah Uminya, agar anaknya Atta tidak perlu memikirkan Fateh untuk masalah kepergian ini, karena Fateh juga sudah benar-benar menerima dan tentunya menyetujuinya.

"Iya Bang, kita saat ini hanya bisa berharap sama kalian, untuk selalu menjaganya, dan kasih kabar tentang keadaannya, sekecil apapun itu, karena bagi kita itu sangat perlu sekali buat kita." Sohwa ikut menambahi apa yang menjadikan beban pikirannya untuk pergi meninggalkan Fateh saat ini, sebenarnya ia ingin tetap tinggal, tapi ia tidak mungkin membiarkan Umi dan Abinya berkerja sampai seperti ini, apalagi mereka juga sudah terlihat sudah sangat Tua.

"Thariq, Saaih, karena kita menitipkan ini semua pada Bang Atta, jangan sampai kalian terlena dan tidak membantunya, seharusnya, kalian yang harus lebih sibuk untuk menjaga Fateh, walaupun sudah besar, jujur Fateh kadang masih ceroboh." Ucap Sajidah pada Saaih dan Thariq.

"Iya, kalian semua tenang saja, dan gak usah khawatir, kita berdua juga tahu, pasti akan sering memperhatikannya, ataupun akan selalu berada disisinya." Ucap Saaih memenangkan.

"Kakak pegang ucapanmu Saaih." Ucap Iyyah.

"Bang Thariq juga." Fatim yang berbicara, karena Thariq tidak mengeluarkan satu katapun.

"Iya." Thariq melihat Fatim, dan Muntaz hanya bisa tertawa melihat interaksi Abangnya dan Kakaknya itu.

"Untuk masalah mobil, biar Abi yang belikan untuknya, nanti Abi ternasfer ke rekening kamu ya Atta." Ucap Abi melihat Atta.

"Tidak Abi, Fateh bilang ingin menggunakan uang miliknya, tapi jika kurang, Fateh minta tolong buat tambahin." Ucap Atta.

"Memang berapa tabungannya sekarang, tapi menurut Abi uang yang di Abi juga sudah cukup untuk membelikan mobil yang menjadi keinginannya." Balas Abinnya.

"Iya Nak, keuangan Fateh saat ini yang berada di Umi sama Abi mungkin akan sangat cukup untuk membeli mobil, bahkan lebih." Tambah Uminya.

"Tapi kayaknya Fateh tidak memikirkan uang yang itu, yang Fateh pikirkan itu, Uang yang sekarang Fateh dapatkan sendiri, dan tersimpan di Bang Atta." Beritahu Thariq. Mereka keluarganya mulai mengerti.

"Oke, uang Fateh yang berada di Abang berapa sekarang?" Tanya Sohwa. Atta langsung mengeluarkan handphone dan bukunya, ia dapatkan ini dari istrinya yang menjadi management khusus Fateh.

"547 juta Abi." Mereka semua membuka mulutnya tidak percaya, kenapa banyak sekali.

"Serius Nak, kok banyak banget, kerja apa saja Fateh saat tiba disini?" Kaget Uminya.

"Itu mah melebihi uang tabungan Thariq sekarang." Kaget Thariq sambil menggelengkan kepalanya.

"Saaih juga." Atta yang mendengar itu hanya bisa tersenyum.

"Padahal Umi, kalau saja Fateh menerima undangan atau podcast dari media, pasti akan lebih banyak, hanya saja, Atta tidak melakukan itu, karena takut Fateh kelelahan." Beritahu Atta.

"Paling besar itu, dari pembayaran Shooting MV bersama Ayusa, Fateh hampir menerima 300 jutaan Umi karena dapat tambahan dari pihak Ayusa, dengan lagunya yang benar-benar viral dan penomenal, bahkan sekarang hampir mau 20 JT penonton."

"Lalu ada transferan 20 juta, dari Bunda, karena Fateh sudah bantu-bantu berdagang satu hari di tokonya."

"Dan yang terakhir, transferan-transferan sebesar 5 juta, untuk satu kali iklan posting di akun media sosial milik Fateh." Atta menjelaskan pemasukan-pemasukan yang Fateh terima, dan menurutnya ini memang benar-benar di luar dugaan Atta juga, apakah ini memang rezeki Fateh, dan rencana Tuhan. Di balik ia ingin membeli sebuah mobil, tapi di akhir jika hal buruk terjadi, mereka harus menjual mobil itu, dan di berikan uang itu pada orang-orang yang membutuhkan, ataupun para anak yatim piatu. Keinginan yang mulia itu mungkin di dengar oleh Tuhan, dan maka di berikan jalan.

"Baiklah kalau begitu, Abi serahkan semuanya padamu ya Atta, saat ulang tahun lebih baik, belikan saja mobil mainan dulu, maka setelah itu, baru kamu sama Fateh beli, biar Fateh membeli mobil yang benar-benar menjadi keinginannya." Atta mengangguk, ia juga memang sudah merencanakan hal itu, maka saat Abi menyarankan seperti ini, Atta pasti langsung menurutinya.

"Dan Doakan kami semua nanti di sana, di balik kerjanya kami, kami akan mencari dan bahkan ikut mendaftarkan Fateh sebagai salah satu calon penerima jantung nanti, Abi akan memasuki setiap Rumah Sakit terbaik, kalau perlu di setiap negara, Abi akan cari, hiks... Hanya untuk mempertahankan Fateh, dan jika tidak bisa, Abi akan meminta, Abi saja yang menggantikannya, Abi rela, hanya untuk Fateh." Uminya langsung memeluk suaminya, mereka terkejut dengan ucapan Abinya, dan dengan buru-buru, mereka langsung memeluknya.

Dalam materi mereka sudah tidak perlu di katakan lagi, karena mereka sangat mampu, tapi dalam keadaan seperti ini, sebenarnya mereka ingin menyerah saja, tapi mereka kembali di tarik pada sebuah kesadaran, karena masih ada Tuhan yang akan bisa membantu mereka, bahkan akan menjadi satu harap mereka semua untuk bisa membawanya kembali pada keadaan semula.

"Semoga semuanya berjalan lancar, dan bisa mendapatkan apa yang saat ini sedang kita upayakan, kita tidak perlu menyerah, karena orang yang mudah menyerah itu adalah, orang yang gagal." Atta memberikan semangatnya pada semua adik-adiknya, agar tetap semangat, walaupun saat ini ada satu tangkai bunga yang akan layu, dan mereka harus bisa membantu yang layu itu, untuk kembali segar lagi seperti sedia kala.

"Lebih baik sekarang semuanya istirahat, dan pastikan kembali, apa barang-barang yang akan dibawa ke Dubai apakah sudah lengkap atau belum, biar nanti saat disana kita bisa melakukan ini semua sesuai dengan rencananya." Titah Abinya yang di angguki semuanya.

Ruangan itu kembali sepi, tidak ada satu orangpun, karena semua sudah kembali pada tempat tidurnya, dan hari juga memang sudah terlalu larut malam.  Saaih naik secara perlahan pada kasur yang dimana ada Fateh yang lagi tertidur, ia tidak sampai membangunkan adiknya, karena menganggu adiknya terbangun sama saja membawa pada sebuah kekhwatiran, apalagi akhir-akhir ini Fateh sangat sering sekali kambuh penyakitnya, bahkan dalam hal kecil apapun. Membuat Fateh diam itu sangat sulit, maka dengan cara seperti ini mungkin akan benar-benar lebih baik, apalagi untuk kesembuhannya, itu sangat bagus sekali.

To Be Continue........

STAY HERE I ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang