•••
Mereka berempat hanya diam, Kaitlyn yang selalu melirik ke arah Aira dan Nia. Sedangkan Dinda hanya diam melirik khawatir pada Kaitlyn.
Kaitlyn sangat tidak suka diam-diam seperti ini. Ia memutuskan untuk ingin berdamai bersama mereka
Kaitlyn berdeham pelan. "Jadi.. kita diam-diam gini aja? Kan nggak seru."
"Iya bener, rasanya aneh tau nggak. Mending kita main bareng kayak kemarin aja. Lupain masalah kemarin. Gimana?"
Dinda juga mengusulkan rencana agar hubungan pertemanan kita ini tetap seperti biasa.
Tapi tatapan Aira dan Nia yang terlihat berbeda membuat senyuman di wajah Dinda menjadi pudar.
"Rencananya kurang bagus ya?" Tanya Dinda dengan hati-hati
Aira menatap Dinda datar. "Lupain masalah kemarin?"
"Iya."
"Lo segitu mudahnya ya bilang kayak gitu, tanpa lo tau kalau itu hal yang buat trauma Nia balik lagi!"
Kaitlyn sangat bingung merespon itu, akhrinya ia hanya terdiam.
"Kaitlyn juga korban kali Ra, kok lo bisa ngomong gitu?"
Dinda terlihat kesal sampai dia tidak sadar menaikkan suaranya satu oktaf
"Huh? Ini juga nggak bakal terjadi kalau dia nggak suka sama Adam!"
Kaitlyn sangat terkejut, ia melihat Aira dengan wajah kecewa. Mungkin dia benar, ini semua karena dirinya. Semua hal ini juga nggak bakal terjadi kalau dia tidak mudah suka pada seseorang.
"Nggak habis pikir gue, ternyata lo bisa ngomong kayak gini ya!"
Dinda berdiri dari duduknya, ia memandang Aira dengan tatapan tidak percaya.
"Kaitlyn cuma mau kita temenan kayak biasa, seharusnya lo–"
"Seharusnya apa?! Benar kata Adam, seharusnya kita nggak temenan sama orang kek lo berdua!"
Kaitlyn langsung menghentikan Dinda yang ingin menjawab ucapan Aira. Bila tidak masalah ini pasti akan lebih rumit.
"Emm, gue minta maaf. Gue nggak mau kalian marahan kayak ini, tapi semoga aja hubungan kita segera membaik." Ucap Kaitlyn dengan senyum kaku yang menghiasi wajahnya.
Sebenarnya ia merasa sakit hati, ia juga tidak ingin menjadi orang ke tiga diantara mereka. Tapi, ini juga sudah terjadi. Mau bagaimana lagi?
"Nggak bisa."
Kaitlyn lngsung melihat Nia yang menunduk dari tadi.
"Kita nggak bisa temenan lagi." Ucap Nia yang dari tadi menunduk, ia mengepalkan tangannya dan suaranya sepeti biasa.
"Nia?"
Nia mengangkat kepalanya dan berdiri menghadap Kaitlyn. "Kita nggak bisa temenan lagi Lyn."
"Apa? Ta-tapi..."
"Adam benar, gue seharusnya pilih-pilih sebelum berteman.. Lo nggak cocok temenan sama gue."
Kaitlyn membuang pandangannya. "Ah.. gitu ya.."
"Lo jelek, bodoh, dan lo bukan apa-apa kalau temenan sama gue. Lo juga–"
"SETAN! Apa maksudnya lo ngomong gitu?" Dinda berteriak lagi, semua mata menuju ke arah mereka. Kaitlyn sangat tidak suka menjadi pusat perhatian.
Nia menunjukkan seringainya. "Kenapa? Gue salah ngomong? Dia kan memang gitu."
Kaitlyn hanya diam. Mau mengelak pun, yang di sebutnya oleh Nia juga tidak salah. Gadis itu tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREYSON (END)
Teen FictionKaitlyn hanya seorang siswi biasa, bahkan keberadaannya tidak mungkin di ketahui oleh murid poluper di sekolahnya. Walaupun dirinya tidak cantik tapi ia memiliki senyuman yang manis. Dia juga bukan siswi berprestasi sehingga di kenal oleh semua muri...