•••
Haidar tertegun melihat seorang perempuan dengan gaun putihnya yang berlumuran darah itu.
Teriakan kesakitan seolah menggambarkan betapa menderitanya perempuan itu.Haidar lantas berlari menghampiri perempuan yang dikenal nya itu. Namun semakin ia mengejarnya, maka semakin jauh pula jarak di keduanya.
"Aaaaaaaaa sakit...." Jeritan demi jeritan Haidar dengar.
"Zulfa...Zulfa..." Panggil Haidar
Sedangkan yang di panggil tak memberikan respon. Ia hanya memeluk tubuhnya sendiri, seolah ada luka di bagian tubuhnya.
Haidar berhenti mengejar, ia bisa melihat bahwa jarak di antara keduanya kini kembali seperti semula. Tidak dekat juga tidak jauh.
"Zulfa mendekatlah.." pinta Haidar dengan putus asanya.
Haidar mencoba untuk meraih tangan Zulfa, namun jarak itu semakin tercipta di antara keduanya.
"Zulfa, saya mohon berikan penjelasan. Setidaknya jangan biarkan saya kebingungan." Tuntut Haidar bahkan kini ia berlutut di dengannya.
Sementara itu dari arah belakang, Shafiya muncul dengan gaun putih bersihnya. Juga dengan setangkai bunga di tangannya. Ia terlihat begitu cantik dengan pakaian itu. Namun di matanya jelas ada luka mendalam. Bahkan ada sisa air mata di kedua pipinya.
Shafiya terlihat mengulur kan tangannya ke arah Haidar. Namun Haidar tidak bergeming sedikitpun.
Melihat respon Haidar Shafiya tersenyum. Ia lantas mendekati Zulfa yang masih menahan rasa sakitnya.Shafiya kemudian memeluk erat tubuh Zulfa.
Sedetik kemudian darah itu berpindah memenuhi bajunya. Juga rasa sakit itu seolah berpindah tempat.Haidar bingung, ia mendekati Shafiya yang kini terduduk lemas. Dengan wajah pucatnya Shafiya masih mempertahankan senyuman nya.
"Gus, tolong jangan berpaling dari saya." Lirih Shafiya
Haidar tak menjawab lalu pandangannya jatuh ke arah Zulfa.
Yang kini tersenyum ke arahnya ia bahkan menari gaun yang semula berlumuran darah itu kini bersih, gelang kaki itu bergemericik satu sama lain.
Shafiya mencoba meraih pipi Haidar. Ia ingin mengalihkan pandangan Haidar dari Zulfa.
"Gus, tolong cintai saya juga. Sebesar Gus mencintai Zulfa."
Shafiya mencoba membersihkan wajah Haidar yang terlihat terganggu dalam tidurnya.
"Apa yang Gus mimpikan, sampai keringat nya seperti ini." Cemas ShafiyaYa satu jam yang lalu Haidar kembali, bahkan Haidar tidak berniat memberi tahu kemana dirinya pergi. Ia langsung memilih tidur.
Shafiya masih setia mengusap bulir-bulir keringat di kening Haidar. Namun cengkraman dari Haidar membuat Shafiya kesakitan.
"Gus udah bangun?" Tanya shafiya mencoba menekan rasa sakit di pergelangan tangan nya.
Haidar yang sadar dari mimpinya itu kemudian menghempaskan tangan Shafiya.
Shafiya berdiri, dirinya mulai menuangkan air dari dalam teko ke gelas. Kemudian dirinya memberikan kepada Haidar.Haidar tidak langsung menerima ia memandang Shafiya dengan penuh kerumitan. Mata itu milik perempuan yang mungkin masih ada di hatinya, namun sosok di hadapannya adalah seorang wanita yang berhasil mengetuk pintu hatinya kembali.
"Minum dulu Gus seperti nya Gus mimpi buruk." Ucap Shafiya menyadarkan Haidar dari lamunannya.
Haidar menerima gelas itu, itu membuat senyum shafiya mengembang seketika. Haidar membuka dua kancing atasnya, sementara Shafiya menyalakan kipas angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Munajat Cinta
Spiritual"apaan si pa, Shafiya kan udah bilang kalau Shafiya gak mau mondok." Shafia terus berteriak ke arah Arman papanya "tapi ini demi kebaikanmu nak, papa gak mau kamu terjerumus terlalu jauh lagi. kamu mabuk-mabukan, balapan sana-sini, bahkan kamu serin...