Sudah 10 menit lamanya Gita berdiam didalam mobil, tangisnya pun perlahan mulai surut. Setelah berpikir sejenak, ia tidak mungkin datang ke kantornya dengan keadaannya yang sekarang.
"Ngga, gue ga bisa ke kantor dengan kondisi gue yang kayak gini" ia pun mengambil ponselnya yang ada di dalam tas dan menghubungi Luna
"Ya ada apa Gi?" ucap Luna diseberang telepon
"Lun gue ga bisa ke kantor ya hari ini. Tolong lu handle dulu kerjaan kantor buat sekarang, kalo ada meeting yang mengharuskan gue dateng, cancel aja gapapa. Sorry banget ya"
"O-oke.. Tapi ada apa sih Gi? Tumben banget dadakan. Are you okay?"
"Ada, adalah. Gue ga bisa cerita, tapi gue oke ko. Btw makasih sebelumnya ya Lun"
"Iya, yauda kalo ada apa apa hubungin gue aja nanti"
"Iya, bye" sambungan pun terputus
Gita mulai menjalankan mobilnya lagi, dia butuh tempat sandaran untuk sekarang. Pikirannya berantakan, perasaannya campur aduk, fisik dan batinnya sedang lemah.
Satu-satunya yang terlintas di kepala dia, rumah mamahnya. Ia pun menyusuri jalan menuju kesana, entah apa yang akan dia lakukan tapi yang pasti ia hanya ingin berada dalam pelukan mamahnya.
-------
Sampailah ia dirumah mamahnya. Satpam yang bertugas disana langsung membukakan pagar untuk mempersilahkan mobil Gita masuk dan diparkirkan di area depan rumah tersebut.
Gita mengetuk pintu rumah tanpa mengucapkan apapun. Cukup lama pintu itu tidak dibuka. Dia terus mengetuk pintunya dan sampai akhirnya orang yang ada di dalam rumah membukanya.
"Gita" ujar mamahnya sedikit terkejut dengan kedatangan anaknya itu.
Entah bagaimana air matanya menetes lagi walaupun sudah ia tahan sedari tadi. Ia langsung mendekap tubuh mamahnya begitu erat. Sedangkan mamahnya masih tidak paham ada apa dengan anaknya ini.
"Kamu kenapa Gi? Kenapa sampe nangis kayak gini?" ucap mamahnya lembut sambil mengelus punggung Gita
Diam. Gita sama sekali tidak membuka suaranya.
"Kita masuk yuk"
Mereka pun masuk ke dalam rumah dengan Gita yang masih setia memeluk mamanya.
"Okey, sini sini duduk dulu" ucap mamahnya lagi dan mereka pun duduk bersebelahan di ruang tamu.
"Ada apa sayang, hm? Cerita sama mamah" bujuknya dengan lembut. Mamahnya membelai rambut Gita dengan penuh kasih sayang, harap-harap bisa sedikit menenangkan anaknya.
"Mamah ambilin minum dulu mau?"
Gita menggeleng dalam pelukannya
"Yauda bilang sama mama, cerita, kamu kenapa. Kalo kamu diem aja kayak gini mamah ga paham ada apa sama kamu. Kenapa, hm? Masalah kerjaan? Berantem sama Luna?"
Gita menggeleng.
"Ada yang nyakitin kamu? ada yang jahat sama kamu?" mamahnya masih menebak nebak. Gita menggeleng lagi
"Terus kenapaa??" tetap sabar. Bahkan sama sekali tidak ada emosi yang ditunjukkan mamahnya
"Hanna? Hanna bikin masalah sama kamu atau marah sama kamu?"
"Nggaaa" ucapnya dengan suara parau dan melepaskan pelukannya
"Teruss?"
Gita menarik nafas dan menghembuskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA [END]
Художественная прозаHanna, seorang anak perempuan yang sangat disayangi dan dicintai oleh mamanya. Bahkan, seluruh keluarga besarnya juga sangat menyayanginya. Kalau ada kalimat "tuhan itu adil sama semua makhluk nya" itu tidak berlaku untuk seorang Hanna. Hidup dia sa...