Sepanjang perjalanan rasa panik dan khawatir akan Hanna menghantui Zera. Bahkan, beberapa kali ia tidak fokus dalam menyetir mobilnya.
"Cii pelan-pelan aja nyetirnya" ucap Hanna dengan suara lemah karna pusing dikepalanya
Zera tidak menanggapi nya ia terus menyetir mobilnya dengan terburu-buru.
"Cii Zeraa, boleh berhenti dulu ga?" ucap Hanna lagi yang terus memandangi wajah samping Zera
"Cicii plis berhenti sebentar yaa" ucapnya lirih namun terdengar lembut
Perlahan mobil itupun berhenti dengan pelan atas permintaan Hanna.
Zera terus menatap kedepan dengan mata yang sudah berkaca-kaca dan nafas yang tidak teratur.
Perlahan tangan Hanna terangkat menyentuh punggung tangan Zera dan mengenggamnya.
"Cii, tenangin diri cici dulu ya. Kalo udah tenang, kita lanjut jalan lagi"
"..."
"Cici kenapa? Hm?"
"..."
"Aku disamping cici lho, bukan didepan cici"
Dengan perlahan Zera menoleh kearah Hanna. Baru sedetik menatap Hanna, air matanya yang sedari tadi ditahan luruh seketika.
"Hei, kenapa ci? Aku salah ya?" ucap Hanna sangat lirih bahkan seperti bisikan ditelinga Zera
Zera hanya menggeleng. Hanna melemparkan senyum hangatnya
"Cici jangan nangis lagi ya. Aku gasuka orang yang aku sayang itu nangis apalagi karna aku" ucapnya sambil menghapus air mata Zera dipipinya
Dengan sekuat tenaga, Hanna mengambil air di kursi belakang untuk diberikan kepada Zera
"Dedek mau ngapain" ucap Zera yang memegangi Hanna
"Ini, minum dulu airnya" dengan menyodorkan botol yang ia ambil dari kursi belakang tadi
Zera langsung menerimanya dan meminum air tersebut.
"Gimana? Udah tenang?"
"Aku gabisa tenang kalo kamu udah kayak gini dek"
"Tapi ini hal biasa yang akan terus terjadi dengan penderita penyakit seperti aku, ci"
"Iyaa, tapi kamu beda dek. Hati cici sakit ngeliat kamu kayak tadi. Cici takut"
Hanna melepaskan sealt belt nya kala melihat cici nya akan menangis lagi. Lalu ia langsung mendekap erat Zera kedalam pelukannya
"It's okay, cici boleh nangis sepuasnya sampai cici tenang. I'm here"
Hanna merasakan pelukan yang sangat erat dari Zera. Lebih erat dan semakin erat. Tangisannya juga semakin deras dan terasa menyesakkan. Bahkan, sesekali Zera... meremas bajunya. Ya, seperti itu seakan melampiaskan rasa sesak nya.
Dirasa cukup tenang, Hanna pun melepaskan pelukannya dan menangkup pipi Zera.
Ia tersenyum manis sambil menghapus sisa-sisa air mata dipipi Zera.
"Mau aku aja yang nyetir mobilnya?" ucap Hanna
"Engga, cici aja yang nyetir. Pasang lagi sealt belt nya"
Lalu Zera menjalankan mobilnya lagi. Kali ini ia membawanya cukup santai daripada sebelumnya.
Skip
Mereka sampai dirumah Hanna tepat jam 22.15 WIB.
"Mamah pasti nungguin ya?" ucap Zera sambil melepas sealt belt nya
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA [END]
General FictionHanna, seorang anak perempuan yang sangat disayangi dan dicintai oleh mamanya. Bahkan, seluruh keluarga besarnya juga sangat menyayanginya. Kalau ada kalimat "tuhan itu adil sama semua makhluk nya" itu tidak berlaku untuk seorang Hanna. Hidup dia sa...