Kini Leo tengah berada di kantor Papa, guna melihat beberapa berkas yang harus ia tandatangani. Namun, saat sedang fokus membaca beberapa berkas, ia mendapat telfon.
"Hallo, Om Setya. Tumben nelfon, ada apa?"
"Gimana kabar kamu?"
"Baik, om."
"Jadi gini, om nelfon kamu ini mau minta tolong," ucap Om Setya dari telfonnya
"Minta tolong apa, om?"
"Jadi gini, besok Asti kan pulang ke Indonesia, jadi om minta tolong buat jemput Asti ke bandara ya," ucap Om Setya.
"Besok ini om?"
"Iya, sekalian kamu cariin dia apartemen, nanti biar om yang bayar."
"Iya, om."
"Yaudah gitu aja, om matiin telfonnya ya."
"Iya, om."
.
.
.
Keesokan harinya."Arkennia, temenin aku yuk," ucap Leo.
"Kemana?" tanya Carra.
"Bandara," jawab Leo.
"Jemput siapa? Pacarnya ya?" tanya Carra.
"Bukan, cuma temen," ucap Leo.
"Yang bener?" tanya Carra.
"Iya, cepetan ganti baju kamu," ucap Leo.
"Siapp."
.
.
.
"Mana temennya?" tanya Carra. Leo menggeleng.
"Leoo," panggil salah seorang perempuan.
"Aku cariin kamu tau ga," ucap perempuan tersebut.
"Oh, udah lama?" tanya Leo.
"Belum sih," jawab perempuan tersebut.
"Itu siapa?" tanya perempuan tersebut.
"Oh saya?" tanya Carra, perempuan tersebut mengangguk.
"Carra."
"Gue Astiasa Setya Samantha , panggil aja Asti," ucap Asti. Asti merupakan temen sekolah Leo saat di Belanda.
"Siapanya Leo?" tanya Asti.
"Asistennya, Leo."
"Oh, Hmmm, gimana kalau kita makan dulu," usul Asti.
"Ga ada waktu gue, habis ini gue mau syuting, besok aja," ucap Leo.
"Loh bukannya eng--" ucapan Carra terpotong.
"Udah pulang aja yuk sekarang."
"Yaudah deh, kalau gitu. Trus aku harus tinggal dimana? Kan aku disini engga ada rumah, atau aku harus tinggal dirumah kamu, lagi pula aku juga udah kangen sama Tante Yeon-Ra, sama Om Andrew."
"Engga, kata Bokap lo kemarin Lo tinggal di apartemen yang dibeliin sama bokap Lo," ucap Leo.
'astaga papi, engga bisa diajak kerjasama buat Deket sama Leo, kan kemarin gue udah bilang engga usah beli rumah atau apartemen, malah dibeliin.' batin Asti.
"Kak Asti," panggil Carra.
"Eh iya?"
"Ayok kita udah ditinggal sama Leo."
"Ah iya," ucap Asti.
Mereka pun berjalan kearah parkiran mobil di bandara.
"Aku duduk didepan ya," ucap Asti.
"Ga bisa, didepan ada Carra," ucap Leo.
"Ih tapikan aku mau lihat jalanan Jakarta," ucap Asti.
"Iya, pasti dia kangen sama suasana Jakarta, jadi kak Asti duduk didepan aja, biar gue yang dibelakang," ucap Carra.
"Yaudah, cepetan. Gue mau syuting."
"Iya."
.
.
.
"Ini apartemen aku?" tanya Asti.
"Iya, Lo sekarang tinggal disini, yaudah kalau gitu, gue mau ke lokasi syuting," ucap Leo.
"Yaudah, aku juga mau istirahat."
"Gue pamit."
"Iyaa, hati-hati."
.
.
.
"Emang sekarang kita ada jadwal syuting?" tanya Carra.
"Engga, sih."
"Ih bohong."
"Biarin, lagipula dia baru pulang, pasti dia capek, Kale pun capek dari kemarin engga ada istirahat."
"Iya juga sih, tapi kalau dirumah aku tuh bosen," ucap Carra.
"Gimana kalau kita shoping?" tanya Leo.
"Eh engga usah, kita pulang aja, istirahat."
"Bener?"
"Iya," jawab Carra.
"Yaudah."
.
.
.
Kini Carra terbangun dari tidur siangnya, dan melihat disampingnya Leo yang tengah tertidur pulas. Carra beranjak dari ranjangnya, dan berjalan kearah kamar mandi.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, dan memakai pakaian, Carra keluar dari kamar mandi. Dilihatnya Leo yang tengah tertidur.
Carra mengeringkan rambutnya, dan memakai skincare. Carra berniat ingin berjalan-jalan dengan motor barunya, karena ia sangat bosan dirumah.
Ia mengambil jaket, dan berjalan keluar kamar.
"Dimana kunci motornya ya, kok gue lupa naroknya," ucap Carra sambil mencari-cari kunci motor. "Nah ini dia ketemu," sambungnya, setelah beberapa saat mencari.
"Oh iya, gue belum bawa dompet." Ia kembali berjalan kearah kamar. Dan mengambil dompet. Saat akan kembali berjalan keluar kamar, ia dikejutkan dengan suara Leo yang parau karena baru saja bangun tidur.
"Mau kemana?" tanya Leo.
"Eh udah bangun? Ini aku mau keluar sebentar," ucap Carra.
"Kemana?"
"Mungkin beli jajanan di pinggiran jalan."
"Trus engga izin gitu sama aku?" tanya Leo.
"Tadikan kamu tidur, jadi ya engga izin. Takut ganggu," ucap Carra.
"Besok kalau pergi itu izin dulu, katanya kalau pergi tanpa izin dari suami dapat dosa," ucap Leo.
"Iya, maaf."
"Jangan diulangi lagi," ucap Leo.
"Iya, yaudah aku pergi dulu."
"Tunggu, aku ikut."
"Mau ikut?" Leo mengangguk.
"Oke aku tungguin."
.
.
.
"Mau beli apa?" tanya Leo.
"Kayaknya ga jadi beli deh," ucap Carra.
"Kenapa?"
"Mending motoran kaya gini aja," ucap Carra.
"Yaudah kita keliling aja," ucap Leo.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Actor
RandomDijodohin dengan aktor? keberuntungan atau kesialan? Arshcarra Arkennia Elgibran diharuskan menikah dengan seorang aktor papan atas, Leo Gualtiëro. Perjodohan yang telah ditetapkan oleh Ayah mereka sejak dulu membuat Carra dan Leo tidak bisa menol...