Pagi-pagi Carra sudah berada dikantor.
"Mending aku bikin minum dulu ah, mumpung masih pagi banget jadi enggak rame seperti biasanya."
Kini Carra berjalan menuju pantry kantor.
"Pagi, mbak," sapa Carra kepada Belinda.
"Hmm..."
Saat ini Carra sedang mengambil teh dan gula.
"Gue liatliat lo deket sama Juan."
"Iya kita emang deket, kenapa mbak?"
"Lo bisa jauhi Juan ga?"
"Lho kenapa mbak? Apakah itu menganggu mbak?"
"Iya itu sangat-sangat menganggu gue! Gue enggak suka liat Lo deket-deket sama Juan. Jadi jauhi Juan, atau gue bikin Lo enggak betah buat kerja disini."
"Enggak dulu deh, mbak. Soalnya mas Juan baik sama saya, enggak mungkin saya jauhi mas Juan yang baik banget hanya karena mbak yang nyuruh."
"Lo ngebantah gue? Ha?!"
"Ya mbak pikir aja." Jawaban dari Carra membuat Belinda kesal.
"Awsh mbak panas," rintih Carra saat minuman yang Belinda buat mengenai tangannya.
"Ups sorry sengaja, ini baru hal kecil yang gue buat agar lo enggak betah kerja disini." Belinda meninggalkan Carra yang masih merintih.
'dasar sialan!' batin Carra.
"Ih kok perih banget sih? Mana merah lagi. Apa ini karena airnya benar-benar panas ya? Ih kalau gini kulit aku jadi jelek dong."
.
.
.
"Lo dipanggil pak Leo."
"Hm..."
"Lo denger enggak?"
"Iya saya denger saya enggak budeg."
"Mulai kurang ajar Lo sama gue, berani sama gue Lo?" ucap Belinda.
"Ih kenapa sih mbak? Kita sama sama manusia ciptaan Allah, ngapain takut, yang seharusnya takut tuh kita sama Allah."
"Diem Lo, malah pakai ceramah segala, cepetan ikut gue!"
"Sabar kali."
.
.
.
Tok!
Tok!
"Masuk!"
Carra dan Belinda memasuki ruangan Leo.
"Lho ada ay-" ucap Carra terhenti saat ia hampir saja keceplosan.
"Udah bawa laporannya?" tanya Leo. Carra mengangguk.
"Coba bawa sini," pinta Leo.
Saat melangkah kakinya, Belinda yang berada di sebelah Carra degan sengaja menyandung kaki Carra. Hal tersebut membuat Carra terjatuh, dan yang lebih parahnya pelipis Carra mengenai ujung meja yang terdapat kaca disana, membuat pelipis Carra berdarah.
'gue buat malu Lo didepan pak Leo dan pak Andrew' batin Belinda.
"Astaghfirullah Carra! Enggak papa?" tanya Ayah.
"Sakit."
"Coba liat kesini," perintah Leo agar Carra menghadap kepadanya. Leo terkejut saat melihat darah yang mengalir bebas di wajah Carra.
"Ayo kita kerumah sakit," Carra hanya mengangguk. Dengan segera Leo membawa Carra menuju rumah sakit.
"Kamu sengaja bikin karyawan tadi jatuh kan?" tuding ayah kepada Belinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Actor
RandomDijodohin dengan aktor? keberuntungan atau kesialan? Arshcarra Arkennia Elgibran diharuskan menikah dengan seorang aktor papan atas, Leo Gualtiëro. Perjodohan yang telah ditetapkan oleh Ayah mereka sejak dulu membuat Carra dan Leo tidak bisa menol...