Chapter 22

2.6K 280 50
                                    

{Happy Reading}

Suasana sore pesantren Ar-Rasyid cukup ramai, hal ini disebabkan karena kepulangan putra pertama kyai Yusuf bernama Muhammad Alvi Ibrahim Mansyur Al-Assegaf, namanya cukup panjang karena nama ini pemberian kakek dari kyai Yusuf.

Pukulan rebbana mulai bermain ketika mobil hitam memasuki area pesantren,sholawat dinyanyikan oleh anggota qosidah yang memang disediakan di pesantren ini, pernah juga di lombakan dan barakhir menjadi juara.

Sambutan meriah untuk putra pertama kyai Yusuf dihadiri beberapa ulama yang memang dekat dengan pemilik pesantren ini, keluarga ndalem sudah menunggu seseorang yang akan keluar dari mobil hitam itu.

Mobil berhenti tepat dihadapan keluarga ndalem, seorang lelaki berperawakan tinggi dan gagah itu keluar dengan pakaian khas orang timur.

Santriwati memekik tertahan melihat pesona tampan seorang gus bernama Alvi, sangat tampan.

Gus Alvi mendekat ke arah keluarganya, ia menyalami satu persatu keluarga dan beberapa ulama yang datang diacara penyambutan kepulangannya.

"Assalamualaikum abah"

Suara itu sangat candu ketika didengar, suara bariton yang amat akan khas "Wa'alaikumussalam Alvi"

Kyai Yusuf memeluk putranya, air matanya tak bisa ia cegah untuk luruh, menepuk nepuk punggung lebar putranya,kyai Yusuf melepas sedangkan gus Alvi beralih untuk memeluk Alma.

"Assalamualaikum umi"

Alma memeluk putranya "W-wa'alaikumussalam Alvi, umi kangen kamu nduk"

Akvi tersenyum tipis "Alvi juga kangen umi"

Alma melepas pelukannya ,gus Alvi berali pada kedua adiknya "Mas Alvi! Alya kengen banget, ya Allah, mas Alvi kenapa baru pulang? "Alya memeluk pinggang gus Alvi, tingginya hanya sebatas bawah dada.

Gus Alvi terkekeh "Maafin mas ya"

Alma melepas pelukan nya "Mas Alvi bawa oleh oleh buat Alya ndak? Oh ya, mas Alvi, Alya punya sahabat baru lho, namanya mbak Afsya"

"Kamu tuh ya dek, mas Alvi baru pulang lho, mas juga belum menyapa mas Alvi, kamu udah  ngomong aja, apalagi ngomngin mbakmu itu"celetuk gus Ali

Gus Alvi menatap adiknya "Ali, jangan menyelah pembicaraan oranglain"

Gus Ali mengangguk pelan "Mas Alvi apa kabar? "

"Baik"

Gus Ali berdecih kesal, singkat sekali jawabannya "Udah yuk masuk, nanti lanjut dindalem, mas Alvi juga harus menyapa temen temen abah yang ada di ndalem"

Gus Alvi mengangguk, sebelum ia masuk ia sempatkan untuk menatap seluruh santri yang berada dipesantren ini, bibirnya berkedut ke atas membentuk senyuman, hal itu mampu membuat santriwati sangat bahagia ketika mendapati senyuman dari gus Alvi.

Gus Alvi dan yang lain masuk ke ndalem, mereka berbincang bincang ringan dan sesekali bercanda dengan gus Ali.

...

"Kayaknya kita telat deh liat gus Alvi "

Ketiga gadis itu gagal ikut menyambut kedatangan gus Alvi, semuanya disebabkan oleh keinginan Ajeng yang ingin pergi dari pesantren, katanya sayang kalo disia sian momen begini.

"Semua ia gara gara Ajeng, coba aja Ajeng gak merengek mau keluar pesantren pasti kita bisa ikut meriahkan sambutan kedatangan gus Alvi"kesal Nazwa

Bukannya marah, Ajeng justru tertawa "Maaf, lagian kan kapan lagi kesempatan buat keluar pesantren, udah lama banget kita dikurung disini"

AFSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang