Chapter 19

2.7K 264 5
                                    

{Happy Reading}

Akhtar mengepalkan tangannya kuat kuat, dirinya mendapatkan kabar jika gadisnya mengeluarkan diri dari sekolah ayahnya.

Akhtar mengambil sebatang rokok dan menyalakan nya lalu mulai menghisapnya, kepalanya terasa pusing memikirkan gadis itu mengeluarkan diri dari sekolah.

"Ck! Kenapa tu cewe malah ngeluarin diri sih?! "kesalnya

Jika Afsya mengeluarkan diri dari sekolah, rencananya pdkt nya gimana?

Akhtar tau, jika Afsya keluar dari sekolah dan melanjutkan pendidikannya di pesantren yang berada di Jawa, apakah ia harus menyusul Afsya demi kelancaran aksinya?

Ya!

Demi pdktnya berhasil, Akhtar memutuskan untuk menyusul Afsya ke pesantren, tak peduli jika dirinya harus keluar dari sekolah dady nya, Akhtar berdiri untuk berlalu ke kamar Raveer.

Akhtar dengan pakian santainya pergi menuju ruang kerja dady nya, tak peduli jika dirinya menganggu waktu kerja Raveer.

Tok, tok, tok!

Tiga kali ketukan tidak ada sahutan, Akhtar yang tipikal tidak sabaran menerobos masuk ke ruang kerja dady nya, dapat ia lihat dady nya sangat sibuk dengan berkas berkas yang menumpuk.

Jika ia disuruh mengerjakan seperi itu, makan dia akan membakar berkas berkas sialan itu.

"Dady"

Raveer tak menyahut

Akhtar mendengus kesal, ia menutup paksa laptop yang menjadi penghalang antara dirinya dan Raveer.

"Akhtar! "sentak Raveer

Lelaki paruh baya itu tidak suka jika dirinya di ganggu dalam waktu kerja, ia menatap putra sulungnya tajam "Dimana kesopanan kamu?! Dady lagi kerja, seharusnya kamu tau jika dady tidak suka diganggu! "

Akhtar mendengus sinis, selalu saja pekerjaan menjadi yang prioritas kan, Akhtar selalu tidak terurus oleh Raveer, lelaki itu sangat sibuk mengurusi perusahaan nya yang kini semakain berjaya.

"Cih, aku mau ngomong penting"

Raveer berdiri dari kursi besarnya "Kenapa? Kamu butuh uang, tenanglah dady akan mengirimnya, sekarang kamu keluar dan jangan mengganggu dady lebih dulu"

Akhtar berdecak kesal, ia tidak butuh uang, uang yang selalu diberi Raveer masih banyak direkeningnya,lelaki itu sering mengirimkannya tiap minggu.

"Aku gak butuh uang, dady dengerin aku lah, ini aku mau ngomong serius demi masa depan aku! "

Raveer menghentikan kegiatannya,ia menatap Akhtar "Masa depan? Kamu mau masa depan bagaimana? Dady akan menjaminnya "

"Najis, sombong banget bokap gue"

Akhtar memutar bola matanya malas "Ck! Sama anak sendiri sombongnya minta ampun, bangkrut aja baru tau rasa, aku mau mondok"

Hening.

"Dady! Aku mau mondok! "

Raveer mengerjapakan matanya berulang kali, apakah ia tengah bermimpi indah? Putra sulungnya ingin pergi pesantren?

"Jangan bercanda kamu, mana ada seorang Akhtar mau belajar agama, disuruh sholat aja nanti nanti"

"Siapa yang bercanda coba? Aku serius lho, aku mau pesantren di Jawa"

Raveer menatap putra sulungnya dalam, mencari kebohongan disirat matanya, nihil tidak ada itu semua "Kamu yakin, ada tipu muslihat apa kamu tiba tiba minta dipeasantren kan? "

AFSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang