Chapter 32

2.4K 257 33
                                    

{Happy Reading}

Keluarga Assegaf menunggu didepan ruangan dimana Alya ditangani dokter, sedangkan luka gus Ali sudah diobati oleh suster, saat ini lelaki dengan keogoisan yang tinggi itu duduk menjauh dari keluarga, bukannya apa, ia hanya takut terkena amukan Alvi dan Yusuf.

Pintu terbuka, dan nampiklah seorang dokter perempuan yang tersenyum manis ke arah mereka "Bagaimana keadaan adik saya? "tanya Alvi

Dokter bername tag Haruka itu tersenyum menggeleng "Pasien baik baik saja, cuma akibat lintiran yang cukup kuat membuat keretakan tulang di tangan kiri pasien, kalian tenang saja, tangannya akan kembali sembuh jika sering dipijat dan terapi tangan"ucap nya

Gus Alvi mengeryit heran, lintiran? Siapa yang telah berani melintirkan tangan adik kesayangannya itu? Satu nama terlintas saat ini, Ali.

Ia akan menahan dirinya untuk tidak menghakimi Ali, lelaki berusia dua puluh lima tahun itu melirik sekilas adik lelakinya yang kini menunduk.

"Putri saya terkana lintiran? "dokter Haruka mengangguk

"Siapa yang telah berani melintir tangan putriku?! "geram Yusuf

Dokter Haruka tersenyum canggung, ia berpamitan kepada keluarga Assegaf dan izin undur diri. Sedangkan gus Alvi berjalan dengan langkah lebar menuju Ali.

Ditariknya kerah baju Ali.

Bugh!

"Saya yakin kamu penyebab adik saya saat ini?! Jawab?! "

Gus Ali memegang pipinya yang kini kembali menerima pukulan gus Alvi, gus Alvi yang geram tidak ada jawaban Ali lantas menyeret nya ke depan Yusuf dan Alma.

"Bocah labil"cibir Alvi

Yusuf menatap putra keduanya, tangannya terulur untuk menepuk bahu lelaki itu "Kenapa kamu tega membuat adikmu terluka hm? "tanyanya dengan nada rendah tapi penuh penekanan

Ali memggeleng pelan "I-ini bukan salah Ali, tapi mas Alvi"cicitnya

Gus Alvi yang merasa namanya disebut hanya diam, ia ingin lihat seberapa jauh Ali terus menyalahkannya, ia akan tahan emosinya kali ini.

"Kenapa kamu menyalahkan mas Alvi le? "tanya Alma sedikit tak suka, kenapa putra sulungnya yang disalahkan.

Gus Ali menatap Alvi yang kini menatapmya tanpa ekspresi "M-mas Alvi yang memulai semua ini, Ali lepas kendali dan tidak sengaja memelintir tangan kiri Alya, maafin Ali abah,umi"

Yusuf menghela napas berat, ia mengusap lembut rambut putra keduanya "Jangan diulangi, kasian adikmu sekarang harus merasakan sakit ditangannya"

"Dan untuk Alvi,seharusnya kamu bisa lebih dewasa sedikit untuk mengatasi permasalahan kamu dan Ali"ucapnya pada Alvi yang hanya dibalas deheman malas Alvi

"Lho? Mas Yusuf kok gitu? Kenapa disini seolah olah Alvi yang salah? "tanya Alma

"Umi sudah, Alvi yang salah disini"

Alma menghela napas pelan, ia pergi meninggalkan ketiga lelaki itu untuk melihat putri nya, Yusuf yang melihat Alma pergi ikut menyusulnya dan meninggalkan kedua putranya.

Ali juga hendak ingin masuk, tapi tangannya dicekal oleh Alvi "Bocah labil, bisa bisanya kamu menyalahkan saya atas perbuatan konyolmu itu? Saya takut otak kamu bergeser Li"

Ali menatap tak suka ke arah Alvi "Berhenti mengejek gue bocah labil"

"Kalo bukan labil apa? Bodoh? Atau tengil? "

"Mas Alvi egois tau gak? Pasti senengkan Ali dimarahi abah, dan bisa jadi Alya tidak ingin dekat lagi dengan Ali, wah, mas Ali hebat ya"

Alvi berdecih "Marahi? Kamu merasa dimarahi? Heh Ali! Jangan mentang mentang saya kakak kamu jadi kamu bisa seenaknya menyalahkan saya!"

AFSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang