Chapter 39

2.7K 331 12
                                    

{Happy Reading}

60 votes untuk lanjut!

Muhammad Alvi Ibrahim Mansyur Al-Assegaf, putra pertama dari pasangan Yusuf Al-Zuwahir Assegaf dan Alma Habibah, lelaki yang tampan yang tumbuh dengan didikan agama sejak dini, 8 tahun menetap di Negeri lahirnya para ulama, Yaman.

Lelaki dengan khas senyum manisnya dan kulit yang putih,Alvi menempuh pendidikan diluar Indonesia atas ajakan paman dari abahnya.

Kembali setelah 8 tahun lamanya, meninggalkan semua kenangan dan teman temannya yang berada disana.

Alvi sendiri seorang pengusaha pakaian muslim,tidak ada yang tahu jika putra sulung Yusuf mengembangkan bisnis seperti ini, Alvi sudah mengembangkan bisnisnya selama 4 tahun, tak hanya itu, ia memiliki caffe dan rumah makan didaerah Jawa dan sekitarnya.

Lebih dari itu, Alvi seorang pendakwah, setiap bulannya pasti akan ada undangan yang akan memintanya mengisi ceramah.

Alvi mengenal dunia bisnis dari temannya yang berada di Yaman, ia bekerja sama dengan temannya sampai ia bisa mendirikan bisnisnya sendiri, tak lupa juga bantuan dan dukungan teman dan kerabatnya di Yaman.

Keluarga nya hanya tahu Alvi memiliki caffe dan rumah makan, tidak dengan bisnis pakaian muslim.

...

Tibalah dimana hari yang sangat sakral untuk kedua insan, suasana sangat ramai dengan orang orang yang menghadiri pernikahan putra sulung kyai Yusuf, seribu lebih undangan disebarkan, melebihi itu, tamu yang berdatangan melebihi undangan, mulai dari teman teman Alvi yang sengaja datang dari Yaman hanya untuk menghadiri penikahan sahabatnya.

Sebagian lain alumni santri disini, dan jangan lupakan teman teman Ali dan Alya yang sengaja mereka undang untuk menghadiri pernikahan ini.

Alvi, lelaki itu sudah duduk tegap didepan meja yang didepannya sudah ada kyai Khazem dan seroang penghulu, disampingnya ada Yusuf, Ali dan paman dari abahnya, Zaid.

Sedangkan diatas, Afsya telah selesai dirias, ia dengan balutan pakaian pengantin putih elegan tak lupa niqob yang menutupi hiasan wajahnya,disisi lain ia bahagia, bahagia karena pernikahan nya didepan mata dan kesedihan karena Arga tidak ada didekatnya, sangat menyayangkan itu semua.

"Mbak Afsya, kayaknya udah mau dimulai, ayo kita turun"

Alya pun sudah selesai dirias, tak lupa Alma, istri dari Yusuf sudah pulang dari rumah sakit sebelum dua hari acara pernikahan dimulai, Aira dengan putra keduanya tersenyum melihat Afsya.

"Anak umi sudah besar, hari ini akan menikah"

Afsya menoleh, ia mendekati Aira dan memeluknya dari samping "Terimakasih untuk semuanya umi Aira, terimakasih sudah mau mengurus Afsya, terimakasih sudah memberikan kasih sayang seorang ibu, Afsya sayang umi Aira"

Aira tersenyum hari "Umi juga sayang Afsya, semoga umma kamu dan abba kamu bahagia melihat putri kecilnya saat ini akan menikah"

Afsya melepas pelukanya, ia beralih mengambil Araf, putra ketiga ning Aira.

"Araf, gantengnya"

Araf tersenyum ,ia dengan tangan mungilnya menarik niqob Afsya "Eh, jangan"

Araf cemberut, ia mengulurkan tangannya ke Aira, meminta nya ksmbaki digendong "Ih, kok gak mau sama kak Afsya? "

Balita satu tahun dua bulan itu menjulurkan lidahnya "Ihh, gak sopan"

Aira terkekeh "Jangan gitu"Aira meraup wajah anaknya.

Afsya terdiam, tatapannya lurus kedepan "Mbak Afsya kenapa? Mbak sedih karena Araf?"

Aira menatap Afsya "Maafin Araf ya Sya, kamu jangan sedih nanti make up nya luntur "

AFSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang