Chapter 36

2.7K 294 12
                                    

{Happy Reading}

Disinilah ia berada, didalam satu ruangan bersama gadis yang pernah mengisi hatinya, entah hatinya masih terisi oleh gadis itu atau sudah terisi dengan gadis lain.

Alvi menatap Afsya tanpa ekspresi, lelaki itu hanya menatap sekilas dan langsung memusatkan kembali pandangannya pada Alma, ia tersenyum tipis.

"Assalamualaikum umi, apa kabar? "

"Wa'alaikumussalam, umi baik"

Alvi mengangguk "Sudah makan? "Alma menggeleng pelan

Alvi melirik Afsya yang hanya diam menunduk "Apa menantu umi tidak menawarkan umi makan? "

Wajah pucat itu terlihat bingung "Menantu? Sejak kapan umi punya menantu? Kamu sudah menikah mas? "

Alvi terdiam "Mas kamu sudah menikah? "

"Belum umi, sekarang umi makan dulu ya"

Alma menggeleng pelan "Lidah umi pahit,umi gak mau apa apa, umi cuma mau mas Alvi temenin umi disini"

"Makan dulu ya umi? "

"Enggak mas, Afsya boleh kupaskan umi jeruk? Kamu membawa jeruk bukan? "

Afsya mendongak, ia mengangguk "Biar saya saja, kamu bisa kembali ke pesantren "

Gerakan Afsya terhenti, ia manatap manik mata Alvi "Saya juga bisa, lebih baik gus pulang dan menyapa keluarga besar pesantren"

"Lain kali, silahkan kamu kembali ke pesantren "

Afsya mendelik tak suka "Umi, Afsya izin kembali ke pesantren "

"Lho? Jangan, nanti yang nemenin umi siapa?"

"Ada Alvi umi"sahut Alvi

Alma menggeleng "Umi mau Afsya juga nemenin umi, kasian Afsya harus balik lagi ke pesantren"

Alvi menghela napas pelan,ia akan mencoba bersikap biasa,ia harus bisa melupakan Afsya!

Afsya memberikan jeruk yang telah dikupas kepada Alma, gadis itu kembali diam seraya mamandangi lantai rumah sakit.

"Apa suamimu tidak ikut kemari? "

Afsya mendongak "Suami? Maksud nya? "

"Jangan pura pura melupakan sesuatu, dimana Ali? "

"Ada, beliau dipesantren"

Alma memberikan sisa jeruknya kepada Alvi "Alvi, tubuh umi terasa lemas,umi ingin kembali tidur, kamu tetap disini, jika umi kembali bangun dan tidak melihat kamu disini, umi marah"

Alvi mengangguk, tangannya terulur untuk menyelimuti Alma, dan setelahnya ia duduk dengan keadaan hening. Afsya sendiri merasa sangat canggung jika didekat Alvi.

"Apa masih ada perasaan benci untuk saya? "

Afsya terdiam "Tidak ada, saya sudah mengikhlaskan semuanya, tidak ada perasaan benci untuk siapapun"

"Kamu yakin? "

"Kenapa? "

"Tidak"

"Bagaimana kabar Ali? "

AFSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang